Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Politik

70 Persen Napi Terorisme Nusakambangan Disebut Ingin Ikut Program NKRI

Amir Bima menceritakan 90 persen dari napi terorisme di Nusakambangan dalam posisi tawaquf atau tidak mengkafirkan orang yang mengikuti program NKRI.

10 Maret 2023 | 04.53 WIB

Image of Tempo
Perbesar
Seorang narapidana tindak pidana terorisme memberi hormat bendera Merah Putih saat ikrar setia kepada NKRI di Lapas Narkotika Kelas IIA Gunung Sindur, Kabupaten Bogor, Jawa Barat, Selasa, 9 November 2021. Para narapidana ini berikrar pula mereka akan melepaskan baiat terhadap organisasi teroris mana pun dan keluar dari organisasi jihadis radikal lainnya. ANTARA/Humas Ditjenpas

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

TEMPO.CO, Jakarta - Narapidana atau napi terorisme Baharudin Ahmad alias Amir Bima menyebut 70 persen kawan-kawannya di lembaga pemasyarakatan atau Lapas Permisan Nusakambangan, Kabupaten Cilacap, Jawa Tengah, ingin mengikuti program Negara Kesatuan Republik Indonesia atau NKRI.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Amir Bima adalah salah satu tokoh terorisme di Bima, Nusa Tenggara Barat, yang beraksi sejak 2010. Dia bahkan merekrut banyak orang, terutama di wilayah Bima dan Poso, Sulawesi Tengah. Selain itu, dia pernah terlibat dalam pendanaan kelompok teroris Mujahidin Indonesia Timur atau MIT Poso, dan tertangkap dua kali karena kasus terorisme.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Meski begitu, Amir Bima sudah berubah. Di Lapas Nusakambangan, dia menjadi anggota Tim Safari Dakwah. Dia bertugas menyadarkan pemikiran-pemikiran Napi lain di Lapas tersebut.

"Selama mengunjungi Lapas high risk, bertemu dengan orang-orang yang masih ghuluw (keras), berdiskusi dengan mereka," kata Amir Bima dalam keterangan tertulis yang diterima Tempo pada Kamis malam, 9 Maret 2023.

Lebih jauh, dia menceritakan 90 persen dari mereka dalam posisi tawaquf atau tidak mengkafirkan orang yang mengikuti program NKRI.

"Sebanyak 70 persen dari mereka berkeinginan mengikuti program (NKRI). Hanya saja di sini cukup sulit mendapatkan tambahan literasi untuk membantah pemahaman mereka," tutur Amir Bima.

Dia melanjutkan, hal tersebut menjadi salah satu kendala. Ke depannya, kata dia, pihaknya ingin buku-buku bacaan ditambah.

Amelia Rahima Sari

Amelia Rahima Sari

Alumnus Antropologi Universitas Airlangga ini mengawali karire jurnalistik di Tempo sejak 2021 lewat program magang plus selama setahun. Amel, begitu ia disapa, kembali ke Tempo pada 2023 sebagai reporter. Pernah meliput isu ekonomi bisnis, politik, dan kini tengah menjadi awak redaksi hukum kriminal. Ia menjadi juara 1 lomba menulis artikel antropologi Universitas Udayana pada 2020. Artikel yang menjuarai ajang tersebut lalu terbit di buku "Rekam Jejak Budaya Rempah di Nusantara".

Image of Tempo

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
>
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus