Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Politik

Ada Dusta di Antara Mereka

Menjadi saksi Nazaruddin, Angelina Sondakh membantah semua keterangan saksi-saksi lain. Terancam dijerat pasal memberi keterangan palsu.

20 Februari 2012 | 00.00 WIB

Image of Tempo
Perbesar

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

RAPAT khusus itu digelar di ruang kerja Ketua Fraksi Partai Demokrat Jafar Hafsah, di lantai sembilan gedung Nusantara I, sore hari 11 Mei tahun lalu. Pertemuan yang dihadiri sepuluh politikus partai biru itu membahas masalah penting: aliran dana proyek Wisma Atlet SEA Games di Palembang kepada beberapa petinggi partai.

Menurut sumber Tempo yang mengetahui pertemuan itu, selain Jafar, yang hadir adalah Ketua Komisi Hukum Dewan Perwakilan Rakyat Benny Kabur Harman, Wakil Badan Anggaran DPR Mirwan Amir, dan Ketua Komisi Olahraga Mahyuddin. Selain itu, ada Edi Ramli Sitanggang, Ruhut Sitompul, Angelina Sondakh, Max Sopacua, Muhammad Nasir, dan Bendahara Umum Partai Demokrat Muhammad Nazaruddin.

Meski obrolan berlangsung santai, sepanjang pertemuan semua orang lebih banyak diam. Jafar bertanya kepada Nazaruddin, apakah benar ada aliran dana kepada petinggi partai. Benny Harman, yang awalnya akan menjadi ketua tim pencari fakta kasus ini, menimpali pertanyaan Jafar.

"Saya enggak terlibat. Coba tanya ke Angie, Mirwan, dan Koster (I Wayan Koster, anggota Fraksi PDI Perjuangan)," kata Nazar seperti ditirukan sumber tadi. Saat itu Nazar mengaku mengetahui ada aliran uang Rp 9 miliar kepada sejumlah orang.

Semua terdiam mendengar keterangan Nazar. Benny lalu melempar pertanyaan kepada Angelina Sondakh dan memintanya menjawab tantangan Nazar. Menurut sumber tersebut, saat itu Angie hanya terdiam, tidak membenarkan atau membantah.

Soal apa jawaban Angie saat itu masih simpang-siur. Seorang peserta rapat itu mengatakan Angie mengaku mengalirkan sejumlah uang dari proyek Wisma Atlet kepada beberapa petinggi Demokrat. Mereka yang kebagian adalah Ketua Umum Anas Urbaningrum sebesar Rp 2 miliar, Mirwan Amir Rp 1,5 miliar, dan Jafar Rp 1 miliar.

Duduk sebagai saksi untuk Nazaruddin, Rabu pekan lalu, Angie membantah pengakuan itu. Tak hanya membantah adanya aliran uang, ia juga mementahkan hampir semua pertanyaan yang diajukan hakim. Wayan Koster, yang hadir sebagai saksi setelah Angie, sama saja.

Menurut dia, pertemuan lebih dari setengah tahun lalu itu hanya pertemuan biasa. Angie mengaku dipanggil untuk mengklarifikasi dugaan keterlibatannya dalam kasus suap Wisma Atlet. "Disebut-sebut itu pertemuan TPF, padahal pertemuan biasa saja," katanya.

Dalam pertemuan yang berlangsung setelah ia pulang dari Belanda pertengahan tahun lalu, Benny Harman menanyakan perihal pemberitaan di media massa yang santer menyebutkan keterlibatan Angie. "Saya bilang saya tidak tahu-menahu soal itu," ujarnya.

Nazaruddin dalam persidangan yang sama menjelaskan, uang yang dimaksud diantar oleh Jeffri, kurir Angelina, ke ruangan Wayan Koster di lantai enam gedung Nusantara I. Uang itu lantas diserahkan kepada Mirwan Amir. Oleh Mirwan, uang itu dibagikan kepada Anas Urbaningrum sebesar Rp 2 miliar, Jafar Rp 1 miliar, dan untuk dia sendiri Rp 1,5 miliar.

Meski Angie membantah, nyatanya petinggi-petinggi Demokrat yang lain membenarkan adanya pertemuan itu. Wakil Ketua Umum Demokrat Max Sopacua mengatakan pertemuan memang membahas kasus Wisma Atlet. Demikian pula Ruhut Sitompul.

Bukan hanya soal pertemuan tim pencari fakta yang disangkal Angie. Mantan anggota Badan Anggaran yang kini jadi tersangka itu juga mengaku tak tahu soal aliran dana dari perusahaan Nazaruddin ke Kongres Demokrat di Bandung.

Dalam persidangan itu Nazar mengungkapkan, sebelum kongres, ada pertemuan di sebuah pusat belanja di Jakarta Selatan. Angie, Anas Urbaningrum, dan Nazar hadir dalam pertemuan itu. Menurut Nazar, Anas meminta dia dan Angie menyiapkan dana untuk pemenangannya sebagai ketua umum.

Atas mandat itu, Nazar meminta Grup Permai menyediakan dana untuk mendukung Anas. Jumlahnya Rp 30 miliar dan US$ 5 juta. Sebesar US$ 2 juta dibagikan pada putaran pertama untuk utusan dewan perwakilan cabang. Pembagian uang ini diketahui Angie dan suaminya, Adjie Massaid (almar­hum). Bahkan keduanya ikut memasukkan uang ke amplop.

Kesaksian ini dikuatkan oleh keterangan Mindo Rosalina Manulang. Rosa mengatakan pernah meminta uang sejumlah Rp 250 juta kepada Yulianis, Wakil Direktur Keuangan Grup Permai. Uang tersebut untuk menyumbang kongres partai di Bandung. Anas dialokasikan mendapat Rp 100 juta dan Andi Alifian Mallarangeng Rp 150 juta.

Angie menolak menjawab pertanyaan yang diajukan oleh Nazaruddin ini. Ia beralasan, pembahasan tentang bagi-bagi duit di kongres itu tidak berkaitan dengan alasan pemanggilan dirinya.

Saat Nazar mengejar soal pertemuan pejabat Kementerian Pemuda dan Olahraga untuk mengatur anggaran proyek, lagi-lagi Angie membantahnya. Dia hanya mengakui satu kali pertemuan dengan Menteri Pemuda dan Olahraga Andi Mallarangeng, tapi tidak untuk membahas proyek Wisma Atlet. "Pertemuan itu hanya silaturahmi karena Pak Andi baru diangkat sebagai menteri," kata Angie.

Nazaruddin dan Mahyuddin hadir dalam pertemuan yang berlanjut dengan makan siang itu. Menurut Angie, saat itu Mahyuddin meminta Menteri Andi mengajukan permintaan anggaran untuk pelaksanaan pesta olahraga SEA Games. Menjelang pertemuan berakhir, Sekretaris Kementerian Pemuda dan Olahraga Wafid Muharam muncul. Tak lama setelah pertemuan itu, Kementerian mengajukan penambahan anggaran untuk persiapan SEA Games di Palembang sebesar Rp 2,125 triliun. Dalam anggaran pendapatan dan belanja negara perubahan disebutkan anggaran untuk proyek itu hanya Rp 950 miliar.

Tak hanya menyanggah adanya pertemuan untuk membahas proyek, Puteri Indonesia pada 2001 ini juga membantah semua isi pembicaraan via BlackBerry Messenger dengan Rosa soal permintaan uang dalam proyek Wisma Atlet. Padahal, dalam transkrip pembicaraan mereka yang disita penyidik Komisi Pemberantasan Korupsi, Angie berulang kali meminta dikirimi uang. "Itu bukan pembicaraan saya. Saya tidak mengoperasikan BB (BlackBerry)," katanya kepada ketua majelis hakim. Angie mengaku belum menggunakan BlackBerry pada Mei dan Oktober 2010. Sebaliknya, berdasarkan foto yang dimiliki Tempo, Angie terlihat memegang alat komunikasi itu sejak April 2010.

Jurus bantah Angie membuat kubu Nazar meradang. Elza Syarief, salah seorang pengacara Nazar, menuding Angie membuat keterangan palsu. Dia mengancam melaporkan Angie ke polisi. Adapun KPK menunggu putusan majelis hakim soal keterangan Angie itu.

Kartika Candra, Rusman Paraqbueq, Trie Suharman


Fakta Sidang Jawaban Angie
Luthfi Ardiansyah, sopir Wakil Direktur
Keuangan Grup Permai Yulianis, mengantar kardus berisi duit
Rp 3 miliar ke ruangan Wayan Koster.
Saat keluar, ia berpapasan dengan Angie,
yang akan masuk ke ruangan yang sama.
"Saya tak pernah ke sana."
Soal salinan komunikasi dengan Mindo Rosalina Manulang,
mantan Direktur Marketing PT Anak Negeri,
melalui layanan BlackBerry Messenger.
"Tidak pernah, Yang Mulia." "Saya tidak mengenali pembicaraan itu,
saya baru menggunakan BB (BlackBerry) pada akhir 2010."
"Ibu Angie menyebut duit rupiah sebagai 'apel Malang' dan dolar 'apel Washington'," ujar Rosa. "Saya tidak kenal istilah itu."
Soal pertemuan dengan Menteri Pemuda dan Olahraga saat membahas proyek stadion Hambalang di Bogor. "Tidak ada satu pun (membahas) tentang proyek."
Tentang perintah Menteri Pemuda dan Olahraga kepada dirinya dan
Wafid Muharam untuk membahas proyek-proyek di Kementerian Pemuda dan Olahraga.
"Tidak ada perintah itu."
Melakukan komunikasi dengan Mindo Rosalina Manulang
soal penganggaran Wisma Atlet.
"Saya bertemu dengan Rosalina saat saya berada
di ruangan Pak Nazaruddin untuk diskusi di DPR.
Kami berkenalan dan bertukar nomor telepon."
Angie membantah ada komunikasi yang terkait dengan Wisma Atlet.
Muhammad Nazaruddin mengatakan
Angelina mengakui adanya aliran dana Rp 9 miliar dari proyek
Wisma Atlet dalam pertemuan dengan tim pencari fakta
pada 11 Mei di ruangan Jafar Hafsah.
"Disebut-sebut TPF, padahal itu pertemuan biasa saja.
Saya bilang saya tidak tahu-menahu soal itu."
Soal aliran dana ke Kongres
Partai Demokrat di Bandung.
"Saya tidak tahu."

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
Image of Tempo
Berlangganan Tempo+ untuk membaca cerita lengkapnyaSudah Berlangganan? Masuk di sini
  • Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
  • Akses penuh seluruh artikel Tempo+
  • Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
  • Fitur baca cepat di edisi Mingguan
  • Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo
Lihat Benefit Lainnya

Image of Tempo

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
>
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus