Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Politik

Ada Ketiak di Laptop Imam

Dari sekitar 10 ribu file di laptop Imam Samudra, ditemukan potret Abu Bakar Ba'asyir dan gambar porno. Mungkinkah polisi melakukan manipulasi?

12 Januari 2003 | 00.00 WIB

Image of Tempo
Perbesar

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Kedua alis Imam Samudra tertarik saling mendekat ketika keningnya berkerut. Mata elangnya nyalang memelototi monitor komputernya. Padahal, selama satu jam sebelumnya, ia selalu mengulang sebuah jawaban tanpa gairah tatkala ditanya apakah tampilan file di layar memang dibuat olehnya. Jawabannya yang datar itu adalah, "Ya, saya yang buat." Tetapi, ketika seorang gadis telanjang dengan dada dan ketiak terbuka terpampang dalam posisi menantang di monitor, ia langsung menjawab: "Bukan. Masa, ada gambar itu. Rusak jihad saya." Seorang polisi yang mengawal Imam menenangkannya. Abdul Aziz, nama asli Imam, memang dikawal ketat saat polisi mengonfirmasi isi laptop yang selalu dibawanya ke mana pun ia pergi. Meski tanpa borgol, tindak-tanduk Imam tak pernah lepas dari tatapan mata tiga orang polisi berperawakan tegap. Setelah "gambar asoy" itu, Imam juga menolak keberadaan foto tiga tokoh di laptopnya: Ustad Abu Bakar Ba'asyir, Kapolri Da'i Bachtiar, dan Menko Polkam Bambang Yudhoyono. "Dia curiga ada yang memodifikasi," kata pengacara Imam, Qadhar Faisal. Menurut Qadhar, Imam hanya mengakui tak lebih dari seperempat data yang ada di laptop. Prosesi dua hari yang dilakukan polisi pekan lalu itu adalah tahap akhir dari rangkaian kerja keras menelisik isi laptop. Bagaimanapun, polisi yakin hal itu bisa berguna sebagai bukti pendukung di persidangan. "Paling tidak, kita bisa mengurai jaringan kelompok ini," kata Kasubdit Penyidik Kejahatan Cyber, AKBP Brata Mandala, saat memulai kerja tersebut bulan lalu. Mula-mula komputer itu dikloning menjadi tiga, masing-masing untuk polisi, pengacara Imam, dan pihak kepolisian Australia (AFP), yang sengaja dilibatkan. Milik polisilah yang dibuka dan dikonfirmasi ke Imam. Setelah itu, dengan berbagai perangkat lunak recovery data, isi laptop dengan gampang bisa dibaca. "Mudah, banyak orang kita yang bisa," kata Budi Raharjo, ahli pengamanan informasi dari Institut Teknologi Bandung, ketika ditanya apakah sulit melacak isi komputer. Sebagai contoh, ia menyebut Ontrack sebagai software yang digunakan di kalangan pebisnis. Nama-nama lain seperti Drivesaver, Vogon, Totalrecall, dan sebagainya juga gampang ditemui. Bisa jadi, pembukaan itu cukup menjawab penasaran masyarakat selama ini akan isi komputer jinjing itu. Namun, alih-alih mengakhiri teka-teki, sesi itu justru memunculkan keingintahuan baru. Misalnya, apa saja yang ditulis Imam dalam sekitar 10 ribu file yang telah ia buat selama ini. Juga, benarkah hampir tiga perempat data yang ditemukan polisi itu bukan miliknya. Belum semua jelas, karena kepolisian baru mulai mempelajari isi laptop. Yang pasti, ketika laptop tersebut dibedah, dua bahasa?Indonesia dan Arab?digunakan untuk data sebanyak itu. Isinya, menurut seorang anggota tim, aktivitas dan korespondensi yang pernah dilakukan Imam selama tiga tahun terakhir hingga saat sebelum penangkapannya. Secara garis besar polisi mengelompokkannya menjadi tiga bagian. Satu bagian berisi kegiatan sebelum peledakan, satu bagian yang berisi perjalanan dan renungan Imam dalam tiga tahun terakhir sejak peledakan Natal 2000, lainnya hanya catatan kegiatan sehari-hari setelah sukses dalam "proyek Bali". "Ada juga beberapa permainan komputer yang tampaknya sering dipakai untuk pengisi waktu," kata sumber. Tapi, mungkinkah isi laptop tersebut telah dimodifikasi? "Lo, kalau sudah jelas milik dia, siapa lagi yang bisa memasukkan dan menghapus data?" kata Brigjen Polisi Edi Darnadi, Wakil Kepala Tim Investigasi Kasus Bom Bali. Ia menilai tuduhan Imam mengada-ada. Begitukah? "Tidak," kata pakar Budi Raharjo. Menurut Budi, tak terlalu sulit memasukkan data baru, lengkap dengan data waktu palsu menggunakan teknologi yang ada saat ini. "Kecuali data yang ditulis dengan digital signature. Meskipun bisa, prosesnya agak rumit," ia menambahkan. Tanpa menyatakan kecurigaan, Budi menyebutkan soal menambah-nambah data seperti itu dimungkinkan. Persoalannya, alasan untuk memalsukan isi laptop tersebut begitu lemah. Berbeda dengan antusiasme di awal pembukaan, polisi menyatakan bila tak perlu pihaknya tidak akan mengutak-utik isi laptop tersebut di persidangan. "Dalam pemberkasan pun tidak kita sentuh," kata Edi Darnadi. Menurut Edi, tanpa isi laptop pun pemberkasan dinilai sudah cukup. Laptop dibuka hanya untuk pelengkap. Itu pun kalau isinya merujuk ke kasus. Darmawan Sepriyossa dan Rofiqi Hasan (Bali)

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
Image of Tempo
Berlangganan Tempo+ untuk membaca cerita lengkapnyaSudah Berlangganan? Masuk di sini
  • Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
  • Akses penuh seluruh artikel Tempo+
  • Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
  • Fitur baca cepat di edisi Mingguan
  • Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo
Lihat Benefit Lainnya

Image of Tempo

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
>
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus