Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Politik

Mayat Theys 'Berpindah'

Mayat Theys saat ditemukan berbeda dengan saat ditinggal mati lemas oleh anggota Kopassus. Kenapa?

12 Januari 2003 | 00.00 WIB

Image of Tempo
Perbesar

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

THEYS Hiyo Eluay, tokoh besar suku Sentani, mati dalam keadaan celaka. Ia mati lemas karena dibekap oleh tentara. Tubuhnya, yang tambun, ditemukan tertelungkup di jok tengah mobil Toyota Kijang dengan nomor polisi B-8029-TO miliknya. Padahal semula ia duduk di bangku depan. Kejadian bagai permainan sulap itu terungkap di Mahkamah Militer Tinggi Surabaya, yang kini tengah menyidangkan kematian Theys. Dalam lanjutan sidang, Jumat lalu, posisi mayat yang berpindah itu menjadi bahan pembelaan tim penasihat hukum para terdakwa. Tujuh terdakwa itu adalah anggota Komando Pasukan Khusus (Kopassus) TNI Angkatan Darat, anggota Satuan Tugas Tribuana di Hamadi, Papua. Mereka adalah Letnan Kolonel Hartomo, Mayor Doni Hutabarat, Kapten Rionardo, Letnan Satu Agus Supriyanto, Sersan Satu Leurensiusly, Sersan Satu Asrial, dan Prajurit Kepala Achmad Zulfahmi. Theys, sang ondofolo alias kepala suku Sentani, tewas dalam usia 64 tahun di kawasan Koya Tengah, Jayapura, 11 November 2001. Saat itu, ia baru saja pulang dari markas Kopassus di Hamadi, tiga kilometer dari Jayapura. Sopirnya, Aristoteles Masoka, hingga kini belum diketahui nasibnya. Belakangan terungkap, ia tewas dibunuh anggota Kopassus yang semula hendak melakukan "penggalangan" terhadap Ketua Presidium Dewan Papua ini. Penggalangan itu, menurut Komandan Satgas Tribuana Kopassus, Letkol Hartomo, untuk mencegah Theys mengumandangkan proklamasi kemerdekaan Papua pada 1 Desember 2001. Dakwaan oditur menyebutkan, Theys ditinggalkan oleh Agus, Asrial, Zulfahmi, dan Leurensiusly dalam kondisi tersandar lemas di jok depan sebelah kiri pengemudi mobil. Tapi, saat mobil ditemukan dan Theys diketahui tewas, jasadnya "pindah tempat": ia tertelungkup di jok tengah dengan kedua kaki di sela-sela jok pengemudi. Adakah tangan lain yang memindahkan tubuh tambun Theys saat ditinggal? Penasihat hukum terdakwa, Hotma Sitompul, bahkan berkesimpulan, "Jika membaca dakwaan, kemungkinan ada pihak lain di luar terdakwa yang melakukan perbuatan yang mengakibatkan Theys meninggal." Perbedaan posisi tubuh Theys itu boleh jadi hanya ada di lembar dakwaan oditur yang dibacakan Kolonel Haryanto. Sebab, para saksi yang melihat jenazah Theys pertama kali jelas melihat mayat Theys tertelungkup di jok depan. "Hanya, posisi tubuhnya terjepit di celah sandaran jok sopir dan kursi depan yang biasanya diduduki Bapak Theys," kata Frits Ramandey, wartawan Tabloid Jubi, Jayapura. Frits datang ke lokasi ditemukannya mobil Theys di kawasan Koya Tengah hanya sejam setelah mobil Theys ditemukan di tubir jurang oleh dua anggota polisi. Frits ke sana dengan sepeda motor, beriringan dengan staf Lembaga Studi dan Advokasi Hak Asasi Manusia Papua dan para anggota Presidium Dewan Papua yang sudah semalam suntuk mencari Theys. Frits tiba ketika mobil Theys sudah ditarik ke pinggir jalan oleh petugas. Di sekitar lokasi juga sudah terpasang garis polisi kuning. "Tapi jenazah Bapak Theys masih di mobil," kata Frits. Ia sempat memotret jenazah Theys sebelum tubuh kaku itu dipindahkan ke ambulans. Selama empat jam di lokasi, Frits juga sempat melihat bercak darah di pinggang serta jejak basah di celana bagian depan tubuh Theys. Adakah kecerobohan oditur ini disengaja? Oditur Militer Tinggi Haryanto menolak berkomentar soal keanehan dalam dakwaannya itu. Menurut dia, tidak ada orang lain yang mengetahui peristiwa di dalam mobil Theys pada 10 November 2001 tengah malam itu. "Yang tahu, ya, para terdakwa itu sendiri," ujarnya kepada Adi Sutarwijono dari Tempo News Room. Ia mungkin lupa, masih ada seorang lagi, sopir Theys, Aristoteles Masoka, yang kini hilang tak tentu rimbanya. Selain itu, visum yang dilakukan oleh Dokter Clemens Manjatori dari Rumah Sakit Umum Daerah Jayapura, 16 Februari 2002, menyebutkan Theys tewas dengan bola dan kelopak mata menonjol keluar. Hidung dan bibir bawahnya lecet, ada luka di leher, bibir, dan telinga, lidah terjulur, perut tergores, sperma keluar dari kemaluan, dan ada kotoran keluar dari dubur. Semuanya menunjukkan tanda adanya penganiayaan berat. Kalau mati lemas, lalu mengapa ada luka? Atau pengadilan memang tengah menggelar pertunjukan sulap? Tomi Leban

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
Image of Tempo
Berlangganan Tempo+ untuk membaca cerita lengkapnyaSudah Berlangganan? Masuk di sini
  • Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
  • Akses penuh seluruh artikel Tempo+
  • Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
  • Fitur baca cepat di edisi Mingguan
  • Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo
Lihat Benefit Lainnya

Image of Tempo

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
>
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus