Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Politik

Al-Chaidar: "Mereka Ingin Mendirikan Negara Islam"

25 November 2001 | 00.00 WIB

Image of Tempo
Perbesar

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Pernyataannya bikin kaget semua orang. Ia menuding faksi-faksi garis keras Darul Islam bertanggung jawab di balik pengeboman Gereja Petra di Jakarta belum lama ini. Sang tokoh, Al-Chaidar, 32 tahun, mengaku sebagai juru bicara tujuh faksi antikekerasan dalam organisasi radikal itu. "Saya ingin mengungkapkan masalah ini agar kekerasan tidak terus berlanjut," katanya. Polisi lalu menyambar pengakuan penting itu. Al-Chaidar diperiksa sejak pagi hingga sore di Markas Polda Metro Jaya, Jumat pekan lalu. Ia diharapkan bisa menguak tabir di balik pelbagai tindak kekerasan di sejumlah gereja di Jakarta. Pria kelahiran Lhokseumawe, Aceh, itu aktif dalam salah satu faksi Darul Islam (DI)/Negara Islam Indonesia (NII) pimpinan Abu Toto dari tahun 1991 hingga 1996. Sejak itu, mantan aktivis lulusan FISIP UI ini sangat gencar menulis buku tentang Darul Islam, di antaranya Pemikiran Politik Proklamator Negara Islam Indonesia S.M. Kartosoewirjo: Data dan Fakta Sejarah Darul Islam, kemudian Serial Musuh-Musuh Darul Islam, dan masih banyak lagi. Ia juga menulis buku beragam soal, dari ihwal kekerasan akibat penerapan DOM di Aceh, politik beras Orde Baru, gerakan Islam Moro, sampai kematian Lady Di dan dampaknya bagi akidah umat. Berikut petikan wawancara Al-Chaidar dengan Agus Hidayat dari TEMPO yang dilakukan seusai sahur, Jumat minggu lalu, beberapa jam sebelum Al-Chaidar diperiksa Polda Metro Jaya atas pernyataannya itu.
Anda menyebut Darul Islam terlibat pengeboman Gereja Petra. Darul Islam mana yang Anda maksud? Darul Islam yang dulu, yang berdiri pada tahun 1949 dan didirikan oleh Kartosoewirjo. DI dan NII yang sekarang ini merupakan kelanjutan dari DI/NII bentukan Kartosoewirjo dulu. Apa indikasinya? Dasarnya analisis post factum, setelah kejadian kita melihat bagaimana keadaan jemaah. Nah, ada berbagai isu yang berkembang di antara mereka yang bisa dikaitkan dengan bom itu. Ada pungutan shadaqah khos, sedekah khusus bagi anggota jemaah faksi tertentu. Sedekah ini sering digunakan oleh oknum tertentu dalam gerakan DI di faksi tertentu untuk melakukan pembiayaan bagi tindak kekerasan. Tapi, mana buktinya? Buktinya memang tidak ada. Kita tidak saling tahu tentang para jemaah antarfaksi. Makanya, betul saja jika tersangka (peledakan Gereja Petra) itu tidak tahu tentang saya, seperti diungkap pengacara mereka. Sebab, saya juga tidak tahu personel di faksi-faksi itu. Kemungkinan, mereka ini bukan tokoh utama di faksi-faksi itu. Lagi pula di tubuh DI memang ada anggota faksi yang tidak menaati pimpinannya. Apa sebenarnya tujuan DI/NII? Mendirikan sebuah negara Islam. Sebab, (dalam pandangan mereka) hanya dengan negara Islam, Islam dapat dijalankan secara kaaffah (menyeluruh). Mengapa kini mereka berani terbuka? Memang DI harus memperlihatkan dirinya karena, kalau di bawah tanah terus, akan sangat sulit berkembang. Dakwahnya harus ber-sikap terbuka, terang-terangan, dan mengadu konsep. Kami ingin menjadikan DI sebuah organisasi formal yang diakui pemerintah. Berapa jumlah anggotanya sekarang? Saat ini DI terdiri dari 14 faksi imamah (kepemimpinan), bahkan mungkin sudah lebih banyak lagi. Anggotanya secara keseluruhan pada 1998 lalu, dalam studi saya, tercatat 18 juta orang. Apakah ada perbedaan cara "berjuang" dalam setiap faksi? Banyak sekali perbedaan di antara mereka, makanya kemudian muncul banyak faksi itu. Antara lain, dalam masalah penafsiran terhadap suatu kejadian, perbedaan kepentingan, pengakuan terhadap keabsahan keimamahan, cara perjuangan, dan banyak lagi. Termasuk perbedaan dalam menafsirkan ayat Al-Quran. Bisa disebutkan nama faksi-faksinya? Majelis Mujahidin Indonesia (MMI), Thoriquna, Lembaga Muslim Indonesia (LMI), Laskar Fatahillah, Khilafatul Muslimin, Kompi Badar, dan Darul Islam. Ketujuh faksi ini yang antikekerasan. Adakah faksi-faksi yang menggunakan kekerasan? Cara-cara kekerasan sudah ditinggalkan oleh sebagian besar faksi. Tapi memang masih ada yang menggunakan cara kekerasan. Faksi mana saja itu? Ada tiga faksi di Jambi, Malaysia, dan Jawa Barat. Tiga faksi ini juga memiliki jaringan yang kuat dengan International Mujahidin Association (yang bermarkas) di Malaysia. Adakah keterlibatan militer di balik faksi-faksi ini? Jika dilihat dari pernyataan para jemaah mereka, indikasi itu cukup kuat. Ada tiga faksi yang punya hubungan dengan militer sejak dulu. Saya belum bisa menyebutkan nama kelompoknya karena khawatir para imamnya tersinggung dan akan memicu kemarahan jemaahnya. Tiga faksi inilah yang sering melakukan kekerasan, termasuk dengan menggunakan bahan peledak. Mereka ini yang terlibat pengeboman di Gereja Petra dan sekolah Australia. Apakah mereka saling berkoordinasi? Tidak. Mereka hanya saling tahu dari jarak jauh, tapi tidak saling mengenal.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
Image of Tempo
Berlangganan Tempo+ untuk membaca cerita lengkapnyaSudah Berlangganan? Masuk di sini
  • Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
  • Akses penuh seluruh artikel Tempo+
  • Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
  • Fitur baca cepat di edisi Mingguan
  • Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo
Lihat Benefit Lainnya

Image of Tempo

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
>
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus