HARI libur sudah lampau, tapi pekan lalu rupanya masih ada
soal. Yakni perkara liburan para siswa dari Minahasa, yang lain
dari yang lain nampaknya. 35 siswa SLP/SLA Minahasa, seperti
diketahui, mengikuti wisata remaja ke Bali dan Jawa dalam libur
panjang Juni yang lalu. Setelah mereka masuk sekolah kembali,
pertengahan Juli lalu, dan menceritakan pengalaman mereka kepada
kepala sekolah dan guru, yang didapat hanya komentar yang kurang
enak didengar. "Tak ada unsur-unsur pendidikan jika hanya
mengunjungi tempat-tempat mewah, foya-foya dan sekedar santai,"
kata salah seorang kepala sekolah sebuah SMA di Minahasa.
Wisata itu diselenggarakan oleh Diparda (Dinas Pariwisata
Daerah) Sulawesi Utara, bekerja sama dengan PT Indra Kelana
Manado, Garuda dan Kawanua City Hotel. Tujuan menyelenggarakan
wisata remaja ini memang baik: mengenal tanah air. Yang kemudian
menimbulkan kecaman, ialah karena pihak penyelenggara memilih
tempat-tempat menginap yang mewah: Bali Beach di Denpasar, Hotel
Ramayana di Surabaya, Ambarukmo Sheraton di Yogyakarta, Hotel
Panghegar di Bandung dan Hotel Indonesia Sheraton di Jakarta.
"Bagaimana nanti tanggapan masyarakat, apbila sementara pejabat
Pemda malah ikut mempertontonkan pola hidup mewah dan boros?",
kata salah seorang pejabat teras Pemda Sul-Ut sebagaimana
dikutip harian Kompas pekan lalu.
Padahal pilihan terhadap penginapan yang mewah belum tentu
menjamin kenikmatan penggunaannya. Sebab, dengan hanya menarik
biaya Rp 250 ribu per siswa, terpaksa cara berwisata diatur
sedemikian rupa hingga kenyamanan sebuah hotel mewah bisa
berubah begitu menyebalkan. Cerita Agnes Sumilat, 18 tahun,
siswi sebuah SRA di Manado yang ikut dalam wisata remaja
tersebut kepada TEMPO: "Terpaksa kamar hotel yang sebetulnya
untuk dua orang, ditempati lima orang. Jadi ada yang tidur di
karpet." Juga dalam perjalanan mereka ternyata tak sempat
memesan satu gerbong kereta api khusus misalnya. "Kami
dijejalkan dengan penumpang umum lainnya," keluh Agnes.
Dan di hotel gangguan bisa bermacam-macam terutama bagi para
siswinya. Cerita Agnes: ketika menginap di hotel sebuah kota di
Jawa, dia dengan seorang temannya diajak kencan dengan dua orang
oom yang juga menginap di hotel itu. Tahu gelagat, mereka hanya
mengangguk saja ketika diajak bertemu lagi di bar hotel. Tentu
saja kedua gadis itu tak memenuhi janji. Malahan mereka tak
berani keluar kamar, dan telepon yang berdering-dering
diserahkan kepada pengawas mereka untuk menjawabnya.
Semula dari pihak orang tua memang timbul was-was juga. Kata
John Tompodung, pengusaha minyak, yang seorang puterinya ikut
berwisata "Bayangkan saja, gadis-gadis remaja menginap di
hotel-hotel mewah, pasti muncul sangkaan yang bukan-bukan." Toh
akhirnya, setelah mendapat jaminan "keselamatan", puterinya
dilepaskannya juga.
Rp 325 ribu
Lalu apa sebetulnya alasan penyelenggaraan memilih penginapan
mewah? Dari John Sondakh, wakil kepala (sementara) Diparda
Sul-Ut, hanya diperoleh penjelasan: "Dalam wisata itu kemewahan
bukanlah tujuan."
Dari pihak Kanwil Dep P & K Sul-Ut didapat keterangan, memang
pernah Diparda Sul-Ut mengemukakan ide wisata remaja tersebut.
Tapi dari Kanwil P & K tak ada tanggapan apapun. Kini setelah
muncul kecaman dari masyarakat terhadap wisata remaja tersebut,
kata salah seorang pejabat Kanwil P & K Sul-Ut: "Kalau mau
mengisi libur, masih banyak cara yang sifatnya mendidik dan
tidak boros, misalnya berkemah, mendaki gunung dan banyak lagi."
Kabarnya akhir Juli ini wisata remaja seperti dalam libur
panjang yang lalu diselenggarakan lagi, dengan biaya lebih besar
Rp 325 ribu. Padahal di Jakarta misalnya, ada penginapan khusus
remaja yang lebih cocok kalau maksudnya memang hendak memberikan
pendidikan kepada remaja. Misalnya Penginapan Remaja di Ancol,
yang mengharuskan remaja-remaja yang menginap di situ mencuci
pakaian sendiri. Kamar di sana besar dan paling tidak berisi
delapan tempat tidur. Ada kesempatan melatih tanggung jawab
hidup berkelompok, juga melatih hidup berdiri sendiri dan
sederhana. Tidak seperti di hotel mewah, meski pun bisa mendapat
potongan tarip.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini