Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
TEMPO.CO, Jakarta - Peneliti Perkumpulan untuk Pemilu dan Demokrasi (Perludem), Asep Hasan Sadikin, menilai tingginya angka golput di pemilihan kepala daerah atau pilkada Jakarta disebabkan oleh adanya ketidaksesuaian antara aspirasi masyarakat dengan calon yang diusung partai politik.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Menurut Asep, beberapa lembaga survei sebelumnya telah merilis hasil survei tokoh-tokoh yang memiliki elektabilitas tinggi di Jakarta. Dua nama yang mendapat angka elektabilitas tinggi, kata Asep, adalah Anies Baswedan dan Basuki Tjahaja Purnama alias Ahok.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Dalam survei Indikator Politik Indonesia yang dirilis pada 25 Juli 2024, misalnya, Anies menempati posisi pertama dengan elektabilitas sebesar 39,7 persen. Kemudian Ahok menempati posisi kedua dengan 23,8 persen dan Ridwan Kamil sebesar 13,1 persen.
Akan tetapi, kata Asep, tidak ada partai politik yang mengusung Anies maupun Ahok. “Jadi calon-calon yang ada sekarang itu lebih kepada keinginannya elit (partai),” ucap Asep ketika dihubungi Tempo pada Jumat, 29 November 2024.
Faktor lain, Asep menilai jadwal pilkada yang berdekatan dengan pemilu nasional membuat warga jenuh. Namun, dia mengatakan fenomena ini berlaku di semua daerah sehingga tidak terbatas di Jakarta saja.
Komisi Pemilihan Umum (KPU) menyatakan jumlah partisipasi pemilih pada pilkada Jakarta lebih rendah dibandingkan saat pemilihan presiden (pilpres) 2024. KPU belum menerima dan masih menunggu laporan secara detail data hasil partisipasi pemilih di pilkada Jakarta 2024.
"Pantauan sementara, partisipasi pemilih di bawah partisipasi saat pemilihan presiden dan pemilihan legislatif kemarin," ujar Ketua Divisi Sosialisasi dan Partisipasi Masyarakat KPU Jakarta, Astri Megatari, di kantornya pada Kamis, 28 November 2024.
Berdasarkan survei Charta Politika, pilkada Jakarta hanya diikuti oleh 58 persen daftar pemilih tetap. Artinya ada 42 persen pemilih yang tidak menggunakan hak suaranya atau golput di pilkada kali ini. Angka partisipasi pemilih tersebut menurun dibandingkan pilkada pada 2017 yang diikuti oleh 70 persen pemilih. Adapun berdasarkan pemantauan Lembaga Survei Indonesia, tingkat partisipasi pilkada Jakarta mencapai 69,57 persen.
Novali Panji Nugroho berkontribusi dalam penulisan artikel ini.