Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Politik

Antara Karawang Dan Boyolali

Akibat hama wereng dan musim kering panjang, 18 kabupaten di jawa barat kekurangan pangan. di demak dan boyolali juga tidak luput. musim kering & hama wereng membuat petani makin melarat.

22 Oktober 1977 | 00.00 WIB

Image of Tempo
Perbesar

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

KEKURANGAN pangan'? Kelaparan? Silang-siur jawaban orang. Namun pertanyaan itu sedang hidup sebagai akibat hama wereng melanda sawah rakyat di banyak daerah di Jawa dan musim kering yang panjang tahun ini. Semula dikira hanya terjadi di Karawang, tapi minggu lalu 18 kabupaten lainnya di Jawa Barat turut meminta bantuan pangan, supaya diberi pula droping beras Bulog atau Dolog. Ternyata cuma Cianjur dari semua 20 kabupaten di Jabar ini yang belum terkena rawan pangan. Di Jawa Tengah, Gubernur Soepardjo Roestam menjumpai juga daerah rawan. Para pejabatnya sudah menumpuk cadangan pangan, sedang Pemda-nya mempunyai dana Rp 100 juta guna menghadapi kekurangan pangan. Terdapat juga anc.lman terhadap panen di sana. Banyak penduduk di Boyolali, Sragen, Karanganyar, Wonogiri dan Cilacap telah terkena busung lapar sejak tahun lalu. Sekarang penyakit itu masih berjangkit tapi ini, menurut gubernur bukan berarti ada bahaya kelaparan di Jateng. Ini adalah soal "kekurangan gizi," kata Gubernur Soepardjo. "Orang punya harta pun bisa kekurangan gizi, apalagi penduduk pedesaan yang sedang menderita." Pembantu TEMPO di Senarang, Metese Mulyono, minggu lalu mengunjungi beberapa kabupaten Jateng yang menderita kekurangan pangan itu. Laporannya: Demak -- Pada musim paceklik seperti sekarang ini kaum lelaki terus pergi kabur ke luar daerah ini a.l. ke Semarang dan Jakarta. Mereka mengirim uang dari rantau. Maka bupati Winarno pun lega karena katanya, "penduduk daerah kami tidak selalu menunggu adanya bantuan pangan dari Pemda." Boyolali -- Hanya kaum pria tentunya yang mencari rezeki di rantau. Tapi para isteri di desa membolak-balik hasil panen sorgum, jika masih ada. Bantuan beras cuma-cuma bisa diperoleh hanya untuk satu-dua hari. Kudus -- Karena menanam palawija, penduduk kabupaten ini tidak terlalu kecewa. Persawahan dari kota Kudus ke kecamatan Undaan, misalnya, tampak hijau dengan sorgum, jagung dan sayursayuran. Jika menanam padi, mungkin mereka lebih menderita. Kudus tidak luput dari kekeringan meski tidak seberat tetangganya Demak dan Pati. Kiamat Berbeda dengan Kudus, Karawang di Jabar menolak diversifikasi tanaman meskipun sudah berulangkali gagal dengan padi. "Sudah empat kali panen (padi) gagal, kok baru sekarang diambil tindakan?" anggota DPR Ny. Walandau dari F-PDI bertanya. Dia meninjau Karawang minggu lalu dan kemudian dalam suatu interpiu pers mengecam sikap Bupati setempat yang mengabaikan nasehat DPRD ketika hama wereng melanda pertama kali. Kalau panen berikutnya masih gagal, Ny. Walandau selanjutnya mengutip Residen Abubakar dari Purwakarta, "itu berarti kiamat bagi Karawang." Diversifikasi tanaman itu rupanya sudah dianjurkan oleh Institut Pertanian Bogor (IPB) empat tahun lalu. Sejumlah gurubesar IPB, termasuk Rektor Prof. Dr ir A M Satari, minggu lalu meninjau pula ke Karawangdan menjumpai betapa rekomendasi IPB tidak dilaksanakan. Meskipun begitu, Karawang tetap menarik bagi kalangan IPB untuk dijadikan bahan studi. Ratusan mahasiswanya, menurut Rektor Satari, ingin dikirim ke Karawang. Bahwa panen padi akan gagal lagi di Karawang, kini sudah diketahui sedikitnya di 5 Kecamatan. Hama wereng menyerang batang padi. Walaupun sekarang kelihatan batangnya berbuah, di dalamnya kosong. Pembantu TEMPO, Aris Amirris, melihat persawahan di sana minggu lalu dijadikan tempat anak-anak main layanglayang. Aris kebetulan berjumpa dengan Bupati Tata Suwanta Hadisaputra, 56, selagi mengurus penyaluran bantuan pangan untuk penduduk Kecamatan Pedes. "Susah, petani terlalu mengandalkan padi," kata Bupati. Dia sudah melihat urgensi mendorong petani beralih ke palawija. Untuk itu ia membutuhkan banyak tenaga penyuluh. Jika begitu, kelestarian Karawang sebagai gudang beras akan ditinggalkan. Nasib kabupaten itu kini dipandang paling menderita dibanding banyak daerah lainnya yang diberitakan kekuranganpangan. Tapi memang benar anggota DPR Rachmat luljomiseno berkata minggu lalu: Pangan cukup. Yang tidak ada ialah duit buat membeli beras. Beras memang banyak diimpor oleh Bulog. Tapi musim kering yang panjang telah membuat para petani kecil makin melarat.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
Image of Tempo
Berlangganan Tempo+ untuk membaca cerita lengkapnyaSudah Berlangganan? Masuk di sini
  • Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
  • Akses penuh seluruh artikel Tempo+
  • Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
  • Fitur baca cepat di edisi Mingguan
  • Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo
Lihat Benefit Lainnya

Image of Tempo

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
>
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus