Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Difabel

Apa Itu Implan Koklea dan Bedanya dengan Alat Bantu Dengar

Ada dua jenis teknologi bantu dengar yang biasa direkomendasikan dunia kesehatan, alat bantu dengar atau ABD dan implan koklea.

16 Juli 2018 | 11.57 WIB

Image of Tempo
Perbesar
Seorang anak diperiksa telinganya sebelum dipasangkan alat bantu dengar di Panti Sosial Bina Daksa (PSBD) Wirajaya, Makassar, 22 November 2016. Kementerian Sosial bekerja sama dengan Starkey Hearing Foundation memberikan bantuan alat bantu dengar secara gratis kepada 7.596 penyandang disabilitas. TEMPO/Iqbal Lubis

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

TEMPO.CO, Jakarta - Bagi penyandang disabilitas pendengaran dengan kategori sangat berat (Profound atau ambang dengar di atas 80 desibel), ada beberapa solusi yang bisa dilakukan untuk berkomunikasi. Ada kelompok yang memilih menggunakan bahasa isyarat, namun ada pula yang memilih menggunakan teknologi bantu dengar.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Ada dua jenis teknologi bantu dengar yang biasa direkomendasikan dunia kesehatan. Pertama Alat Bantu Dengar atau ABD dan kedua adalah implan koklea. Menurut ahli Audio-Vestibular yang juga Spesialis THT dari Rumah Sakit Premiere Bintaro, Siti Faisa, ada perbedaan mendasar antara alat bantu dengar dengan implan koklea.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

"Alat bantu dengar bekerja dengan hanya mengeraskan suara yang masuk ke telinga," ujar Siti Faisa saat diwawancara di Kasoem CTEC, Lebak Bulus, Jakarta Selatan, Kamis 12 Juli 2018. Alat bantu dengar, lanjut Faisa, merupakan alat sederhana yang terdiri dari mikrofon, amplifier, dan loudspeaker berukuran mini.

Karena bersifat mengeraskan suara, bagi beberapa penyandang disabilitas pendengaran dengan kategori sangat berat, ragam dan jenis suara yang dihasilkan alat bantu dengar tidak dapat teridentifikasi dengan baik. "Misalnya, yang sebelumnya tidak mendengar ketokan pintu, jadi mendengar ada suara, tapi tidak mengetahui jenis bunyinya bunyi apa," ujar Faisa.

Adapun pemasangan implan koklea direkomendasikan kepada penyandang disabilitas pendengaran -terutama balita dan anak-anak, setelah ada pemeriksaan lanjutan di rumah siput. Bila diagnosa menyatakan ada kerusakan di rumah siput, barulah pemasangan implan koklea dapat dilakukan. "Implan Cochlea membantu puluhan saraf di rumah siput mengantarkan jenis bunyi sekaligus kata-kata ke pusat otak (dequoting)," ujar Faisa.

Ilustrasi pemeriksaan telinga. shutterstock.com

Pemasangan dan penggunaan implan cochlea, menurut Faisa, merupakan cara memperjelas sekaligus mendetailkan jenis suara. Janis suara ini termasuk kata-kata dalam bahasa verbal. Sebab itu, meski implan koklea sudah terpasang, penyandang disabilitas pendengaran tetap harus melakukan terapi bicara, terutama yang mengalami gangguan pendengaran sejak lahir.

"Perlu ada persamaan persepsi terhadap bunyi, misalnya 'makan' dengan 'macan'. Artinya berbeda meski satu konsonan," ucap Faiza. Karena dapat melakukan "dequoting", penyandang disabilitas pendengaran pengguna implan koklea dapat menggunakan bahasa verbal dengan lebih baik.

Image of Tempo

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
>
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus