Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Politik

Api, pijat dan pelacuran

Tempat panti pijat, bilyar, bar dan restoran dibakar penduduk di pekanbaru, riau. seorang pemijat tewas ditikam. disinyalir dipakai tempat pelacuran. ada penyerbu yang dituduh merampok dan memperkosa.

15 Desember 1990 | 00.00 WIB

Image of Tempo
Perbesar

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

D~IPIJAT-pijat dalam kegelapan belum tentu menyenangkan. Buktinya, para pengunjung Panti Pijat Sri Rezeki I dan II di Simpang Tiga, Pekanbaru, Riau, justru kalang kabut begitu lampu padam. Setelah gelap, tempat pria bersantai dibuai wanita pemijat Rabu malam pekan lalu itu langsung berubah menjadi amukan api. Api memang dikobarkan oleh sekitar 500 penduduk di sekitar lokasi tempat para wanita menjajakan urutan tangannya. Setelah listrik diputus, bensin dituang dari jeriken, dan api pun berbicara. Secepat api merebak, secepat itu pula penghuni tempat hiburan tersebut menyelamatkan diri. Mereka berhamburan ada yang tak sempat menyambar pakaiannya sebelum keluar dari kepungan api. Agaknya, malam itu yang dikepung penyerbu bukan cuma panti pijat. Bar, restoran, rumah bilyar yang ada di Wisma Telaga Sari - masih satu kompleks dengan panti pijat tadi. Para penyerbu - setelah mengobarkan api - langsung melangkah ke tempat hiburan bar, restoran, dan bilyar. Mereka menghujaninya dengan batu dan kayu. Kaca pecah berantakan, kursi dan meja dipatah-patahkan, alat musik di bar dicabuti, dan kendaraan pengunjung yang parkir dirusak. Amukan tak puas sampai di situ. Tamu dan karyawan kompleks hiburan itu dihajar. Beberapa tamu diseret keluar dari kamar wisma, tempat mereka menginap. Aksi pun tak berhenti di situ. Di luar skenario, lima orang wanita penghibur-kebetulan ditemukan tanpa busana - sempat "dicicipi" beberapa penyerbu. Yang juga di luar kendali adalah tindakan mereka menghajar Ety, salah seorang pemijat. ~Primadona bertubuh sintal dari panti pijat ini langsung disambut dengan tusukan pisau di dada. Malang, Ety meninggal dalam perjalanan ke rumah sakit. Amukan penduduk baru bisa didinginkan satu jam kemudian. Malam itu juga, 30 orang yang diduga menjadi "motor" kerusuhan ditangkap. Ada mahasiswa, guru dan pegawai negeri. Mereka dicurigai dan diperiksa karena kedapatan mengantungi perhiasan dan uang milik tamu dan karyawan wisma. Karena itu, polisi menuduh para penyerbu rumah mesum itu - selain menyerang - juga melakukan perkosaan dan perampokan. Dari jumlah yang ditangkap, menurut Kepala Dinas Penerangan Polda Riau Mayor Yusuf Ramli, hanya 12 orang yang ditahan. Setelah diusut, masih ada lagi yang diciduk. Ubik dituduh menikam Ety dan Jusuf dianggap yang menyiramkan bensin di panti pijat. Otak penyerbuan, yang disebut-sebut bernama Supardi, ketua RW, kini masih buron. Kemarahan masyarakat pada kompleks remang-remang itu rupanya sudah lama tepercik. Dua tahun lalu, mereka melancarkan protes karena di situ ada pula masjid, SD, SMEA, dan Universitas Islam Riau. Namun, pemiliknya cuek saja. Kepala Kantor Sospol Pekanbaru, Letnan Kolonel Titus Tandy, pun pernah memanggil pemiliknya. Namun, yang dipanggil tak mau datang. Menurut Titus, izin untuk wisma dan panti pijat telah diselewengkan jadi tempat pelacuran. Namun, Zaili Si, pemiliknya, mengaku bahwa ia benar-benar punya izin dari Dinas Pariwisata dan wali kota setempat. Ia juga merasa sudah "berdamai" dengan masyarakat sekitar dengan menyetor Rp 50 ribu tiap bulannya ke kas warga. Kerusuhan itu, katanya, terjadi karena ada persaingan. Ada kelompok masyarakat yang juga ingin mendapatkan sumbangan dari tempat hiburan yang dihancurkan itu. Kerugian, katanya, sekitar Rp 50 juta. Semua tuduhan penyerbu ditangkis Zaili Si dengan sigap. Wisma dan panti pijat bukan tempat pelacuran. Apalagi sekarang. Tak mungkin bermesum-ria di atas puing-puing, kan? Diah Purnomowati dan MUklizardy Mukhtar

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
Image of Tempo
Berlangganan Tempo+ untuk membaca cerita lengkapnyaSudah Berlangganan? Masuk di sini
  • Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
  • Akses penuh seluruh artikel Tempo+
  • Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
  • Fitur baca cepat di edisi Mingguan
  • Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo
Lihat Benefit Lainnya

Image of Tempo

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
>
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus