SIMIN, sebut saja begitu, adalah pedagang kaki lima di emperan Jalan~ Malioboro, Yogyakarta. Suatu hari, tiba-tiba saja, lahan tempat ia memajang dagangan menjadi sempit. Soalnya, persis di sebelah tempat Simin mangkal, hadir pendatang baru, pedagang obralan. Tentu saja Simin gusar. Petak itu sudah menjadi haknya karena membayar retribusi kepada petugas. Tetapi mengapa sekarang ada pedagang eceran berpengeras suara yang menyita tempatnya berdagang? Ia pun melapor ke polisi. Setelah beberapa bulan, polisi pun tak datang. Konon, si pendatang baru ini punya backing. Karena laporannya tak digubris, Simin mengadukan nasibnya ke J. Suharto, Ketua Dewan Pimpinan Wilayah (DPW) Pemuda Pancasila Yogyakarta. Tidak sampai seminggu. Pedagang obralan tadi sudah tak nampak lagi di dekat Simin biasa mangkal. Ini semua berkat jasa Komando Inti (Koti) Mahatidana. Yakni "pasukan keamanan inti" milik Pemuda Pancasila, Yogyakarta. Pemuda-pemuda yang tergabung dalam Koti Mahatidana inilah - artinya, berkorban demi bangsa tanpa pamrih - yang Senin lalu dilantik oleh Komandan Koti Nasional, Yoris Rawerai. Tidak main-main, acara pelantikan di Stadion Kridosono Yogyakarta itu dihadiri pula oleh Ketua DPRD DIY Parwoto, Ketua DPD Golkar Sudarno, dan Ketua DPD KNPI G.B.P.H. Joyokusumo. Acara pelantikan ke-410 anggota Koti yang berseragam pakaian loreng kuning-merah dengan celana jeans ini dilakukan secara sederhana. Yoris, selaku komandan, menyematkan tali komando merah untuk komandan Koti Yogya, dan kuning untuk wakilnya. Dalam sambutannya, Yoris mengatakan, "Koti merupakan salah satu bentuk tanggung jawab pemuda untuk membantu menciptakan rasa aman dan keamanan." Seperti yang diperlihatkan dalam kasus Simin tadi. Ucapan Yoris itu memang sesuai dengan maksud didirikannya Koti sebagai hasil Musyawarah Besar ke-5 Pemuda Pancasila (PP) September lalu. Koti dianggap perlu sebagai kelengkapan organisasi dan sekaligus sebagai pelaksanaan AD/ART PP tentang bela negara -- dengan kesadaran keterbatasan petugas keamanan. Koti ini pula yang belakangan, bersama-sama petugas dari Kodam Jaya, melakukan aksi pembersihan corat-coret di sekitar wilayah Jakarta. Sejak mubes (musyawarah besar) itu pula, dilakukan pelantikan-pelantikan terhadap anggota Koti di beberapa daerah. Selain di Yogyakarta, sampai saat ini sudah pula dilantik Koti DKI Jakarta dengan 1.000 anggota dan Koti Sumatera Utara yang beranggota 3.000 pemuda. Bahkan, menurut Yoris, jika selesai dilantik semua, diperkirakan akan ada satu juta anggota Koti di seluruh Indonesia. Perkembangan PP memang banyak dicatat positif oleh berbagai pihak. Namun, dengan adanya Koti ini, muncul pertanyaan, akankah berulang masa tahun 70-an lalu, saat menjamurnya "pasukan-pasukan" keamanan swasta. Anggota yang hampir semuanya terdiri dari pemuda jalanan yang diberi seragam itu belakangan malah meresahkan masyarakat. Pentolan Kotikam kemudian banyak yang menjadi korban "petrus". Meskipun tak sama dengan Kotikam, sebagian anggota Koti pada mulanya juga "gali" dan pemuda jalanan. Ada pula pemuda baik-baik seperti mahasiswa. Namun, menurut Resbowo, Komandan Mahatidana, anggotanya sebelum dilantik harus menjalani masa penggemblengan di Batalyon 40~ Kentungan, Yogyakarta. "Karena itu, mereka tak akan menimbulkan masalah di masa mendatang," janji Yoris. Ru~stam F. Mandayun
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini