Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Politik

Asal bukan pamer pinggul

Kontes ratu-ratuan akan kembali ramai, karena tidak lagi dilarang. ada sk menteri p & k agar kontes itu mempunyai dampak positif. (nas)

14 Juli 1984 | 00.00 WIB

Image of Tempo
Perbesar

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

KONTES ratu-ratuan dalam waktu dekat mungkin akan kembali ramai. Akhir bulan ini, menurut rencana, Departemen P & K mengeluarkan petunjuk pelaksanaan (juklak) SK Menteri P & K No. 0237 yang dikeluarkan 26 Mei lalu. "Kalau dilarang, toh masih ada kontes sembunyi-sembunyi. Lebih baik dibikin aturannya," kata Haryati Soebadio, Dirjen Kebudayaan. Adapun SK tadi secara tak langsung memang memperbolehkan kontes atau pemilihan perempuan ayu di sini, asal saja kegiatan itu mempunyai "dampak positif" dan "tidak menjurus untuk memenuhi selera rendah". Berbagai batasan itu memang belum jelas dan bisa memancing kesimpangsiuran. Karena itu, dipersiapkan sebuah juklak, hasil kerja sama Departemen P & K dengan berbagai lembaga negara lainnya, seperti Departemen Agama, Kejaksaan Agung, dan Departemen Parpostel, yang sudah dirancang sejak Januan lalu. Misalnya, sepcrti dikatakan Haryati Soebadio, yang dimaksud dengan ber-"dampak positif" itu kalau kontes para cewek dipakai untuk mempromosikan pemakaian produksi dalam negeri. Maka, kalau nanti ada kontes ratu Jamu Jago atau Galian Singset, menurut Bastomi Ervan, staf Dirjen Kebudayaan, "Yang jadi ratu belum tentu yang tercantik, karena harus diuji kemampuan inteligensinya." Ketentuan itu, menurut Andi Nurhayati yang sering mengutus wanita Indonesia secara diam-diam ke luar negeri, sebetulnya, tak berbeda dengan praktek pemilihan ratu di luar negeri, misalnya untuk Miss Universe di Amerika Serikat. Yang dinilai adalah kecerdasan, kepribadian, di samping keayuan wajah. Cuma, Nurhayati menyayangkan, "Yang digembar-gemborkan pers selama ini yang jeleknya saja, seperti pengukuran data statistik perempuan-perempuan itu, atau foto sejumlah ratu yang sedang berbaju renang mempertontonkan aurat," katanya. Menurut Andi Botenri, 18, pelajar SMA yang tahun lalu mengikuti kontes Miss Universe di St. Louis, Amerika Serikat, syarat yang ditentukan panitia cukup positif. Misalnya, peserta dilarang merokok dan minum alkohol, bahkan menerima tamu di hotel. "Walau pacar sendiri yang datang, tetap dilarang," kata Botenri, putri Andi Nurhayati itu. Pemilihan ratu-ratuan, menurut Andi Nurhayati, pemegang lisensi Miss Universe Inc. - cuma orang yang memegang rekomendasinya yang bisa mengikuti kontes Miss Universe - sangat efektif dipakai sebagai arena promosi macam-macam produk. Di Indonesia selama ini tak ada peraturan yang melarang pemilihan ratu. Agaknya, senyapnya kegiatan yang pernah begitu riuh pada tahun 70-an itu karena reaksi berbagai pihak - misalnya menteri P & K ketika itu, Daoed Yoesoef, serta ketua Kowani Ny. Lasiah Sutanto, yang menganggap bahwa kontes itu merendahkan derajat wanita. Tapi sekarang agaknya mendapat angin lagi. Itu bisa dilihat dari keberanian Andi Nurhayati mengumumkan rencananya untuk memilih Putri Intelegensia Indonesia, September nanti. Pemenangnya akan dikirim mengikuti pemilihan Miss World di Miami, Amerika Serikat.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
Image of Tempo
Berlangganan Tempo+ untuk membaca cerita lengkapnyaSudah Berlangganan? Masuk di sini
  • Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
  • Akses penuh seluruh artikel Tempo+
  • Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
  • Fitur baca cepat di edisi Mingguan
  • Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo
Lihat Benefit Lainnya

Image of Tempo

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
>
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus