Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Politik

Atas Nama Seruan Jihad

14 November 2016 | 00.00 WIB

Image of Tempo
Perbesar

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

MATA Abdul Manan tiba-tiba terpejam. Dengan khusyuk pria 70 tahun asal Malang, Jawa Timur, itu melantunkan ayat-ayat Al-Quran. Kepada Tempo, yang menemuinya di kawasan Condet, Jakarta Timur, Manan ingin menunjukkan empat ayat dalam Surat At-Taubah yang mendorongnya berangkat ke Jakarta. Empat ayat itu memuat seruan jihad bagi umat Islam dalam peperangan. "Ini yang mendorong saya untuk jihad fisabilillah," kata Manan, Senin pekan lalu.

Pada Jumat dua pekan lalu, Manan bergabung dengan ratusan ribu orang yang berunjuk rasa di depan Istana Merdeka. Mereka menuntut Basuki Tjahaja Purnama diadili atas dugaan penistaan agama. Pangkal masalah adalah pidato Ahok di hadapan warga Kepulauan Seribu pada akhir September lalu, yang menyinggung penggunaan Surat Al-Maidah ayat 51.

Manan mengetahui rencana unjuk rasa dari media massa dan percakapan grup WhatsApp di telepon selulernya. Mantan dosen Universitas Negeri Malang ini menganggap Ahok telah melakukan penistaan terhadap Al-Quran dan Islam. "Ini spontanitas karena saya tahu tingginya nilai jihad," katanya.

Istri Manan, Ngatining, 61 tahun, mengizinkan lantaran mengira ia akan berkunjung ke rumah anak kedua mereka di kawasan Condet. Rabu sore, Manan berangkat menggunakan sepeda motor Astrea Grand yang dibelinya pada 2015. Manan sudah sempat mengecek tiket kereta api Malang-Jakarta, tapi ternyata ludes.

Manan meluncur melewati Nganjuk, Madiun, dan Ngawi. Di tengah perjalanan, dia sempat terjatuh karena sepeda motornya terlalu ke kiri dan masuk ke lubang aspal. Beruntung kakinya cuma memar dan ia bisa melanjutkan perjalanan. Beberapa kali dia singgah selama perjalanan, seperti di Purwodadi dan Kendal. Pada Kamis pukul 23.00, ia tiba di rumah anaknya di Condet.

Pada Jumat pagi, Manan berangkat sendiri menuju Masjid Istiqlal. Ia menumpang kereta rel listrik dari Stasiun Pasar Minggu ke Stasiun Juanda. Sebelum ikut unjuk rasa, dia bersalat Jumat di masjid itu dan sempat membeli kaus bertulisan "Al-Maidah" seharga Rp 35 ribu. Kaus itu dipakainya ketika ikut unjuk rasa. Sebelum bergabung dengan ratusan ribu pendemo, Manan menyatakan pasrah terhadap segala kemungkinan yang bakal menimpa dirinya. "Apa pun yang terjadi, saya siap menghadapi risiko perjuangan," kata dia, "Saya siap mati syahid."

Bukan cuma Manan yang ikut unjuk rasa dengan niat berjihad. Syahrie Oemar Yunan juga punya niat serupa, meski nasibnya berbeda. Unjuk rasa tersebut membuat lelaki 65 tahun itu meninggal. Istri Syahrie, Hermalina, 63 tahun, mengatakan suaminya ikut unjuk rasa lantaran terusik oleh perkataan Ahok. "Dia telah menistakan Al-Quran," ucap Hermalina.

Syahrie berangkat dari rumahnya di Perumahan Binong Permai, Tangerang, Banten, pada Jumat sekitar pukul 06.00. Bersama enam tetangganya, dia menuju Jakarta menggunakan mobil milik Suganda, salah seorang anggota rombongan itu. "Suami saya yang menyetir mobil," ujar Hermalina. Setelah itu, dia tak berkomunikasi lagi dengan Syahrie. Baru sekitar pukul 20.00 Hermalina mendapat kabar suaminya pingsan saat berunjuk rasa. Tak lama berselang, Syahrie meninggal saat dalam penanganan di Rumah Sakit Pusat Angkatan Darat Gatot Soebroto.

Kepala Divisi Hubungan Masyarakat Markas Besar Kepolisian RI Inspektur Jenderal Boy Rafli Amar mengatakan Syahrie meninggal karena penyakit asma. "Itu hasil dari penjelasan tim medis," ujar Boy. Hermalina membantah jika suaminya disebut memiliki riwayat asma. Menurut dia, suaminya meninggal karena tak kuat menahan gas air mata yang dilempar polisi saat unjuk rasa. "Akibatnya, dia sesak napas dan lemas," katanya.

Prihandoko (Jakarta), Joniansyah (Tangerang)

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
Image of Tempo
Berlangganan Tempo+ untuk membaca cerita lengkapnyaSudah Berlangganan? Masuk di sini
  • Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
  • Akses penuh seluruh artikel Tempo+
  • Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
  • Fitur baca cepat di edisi Mingguan
  • Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo
Lihat Benefit Lainnya

Image of Tempo

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
>
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus