Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Politik

Australia Masih Repot Australia Masih Repot

Dokumen pembicaraan Andrew Peacock dengan Yusuf Wanandi & Herry Tjan Silalahi di Bali disiarkan nationaltimes, menimbulkan konflik. Dibicarakan kemungkinan mengangkut orang Tim-Tim ke Australia.

4 Juni 1977 | 00.00 WIB

Image of Tempo
Perbesar

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

APAKAH berita? Sejumlah wartawan asing di Jakarta kini, sesudah soal pemilu mereda, mulai kekeringan bahan cerita untuk dikirim. Tapi satu wartawan Australia berkata: "Apa saja mengenai Timor pasti jadi berita menarik bagi kami". Kenapa? Para redaktur suratkabar, radio dan televisi di Australia masih belum bosan dengan berita soal Timor. Dan setiapkali beritanya muncul, reaksi pun segera datang, terutama dari kalangan parpol. Di Canberra, para anggota parlemen kontan bersuara dalam sidang, bertanya pada pemerintah. Belakangan ini mereka riuh menggugat sikap Menlu Andrew Peacock setelah tersiar satu dokumen, bersumber Jakarta, tentang apa yang dibicarakannya di Bali tahun 1975 Kemudian parlemen bertanya pula apakah pemerintah Fraser kini sudah mengakui de facto kekuasaan Rl di Timor Timur. Ini adalah gara-gara kunjungan dua diplomat Australia - Cavan Hogue dan Peter Rodgers -- ke Timtim pada akhir April yang lalu. Di Timtim sendiri, mereka melaporkan, tidak ada konflik. Tapi konflik Timtim rupanya beralih ke parlemen di Canberra, menjadikannya persoalan politik dalam negeri. September 1975, Andrew Peacock selagi masih menjadi Menlu bayangan dari partai Liberal mampir 4 hari di Bali sekembalinya dari Iran. Di lapangan udara Ngurah Rai, Peacock dan isteri disambut oleh dua tokoh CSIS (Centre for Strategic and International Studies) -- Harry Tjan Silalahi dan Yusuf Wanandi (dahulu Lim Bian Kie). Keduanya disebut di Canberra sebagai pejabat resmi. Dokumen Intel Pertemuan Peacock-Tjan-Wanandi itu sudah lama dianggap seperti angin lalu saja. Tapi mendadak tersiar dokumen intel April lalu di National Times, suatu koran Australia, yang menyebutnya berasal Indonesia. Menurut dokumen itu, Peacock dalam percakapan dengan kedua "pejabat" Indonesia itu menyebut partai Liberal, ketika itu masih sebagai oposisi, tidak akan memprotes bila Indonesia memasuki Timtim. Kebetulan Desember 1975, sukarelawan Indonesia menduduki Dili dan menghalau Fretilin. Peacock tentu saja membantah isi dokumen itu, tapi mengaku telah bertemu dengan Harry dan Wanandi secara tidak diduga. Namun, suatu telegram dari dubes Woolcott (Jakarta) ke Canberra, yang juga tersiar, meninggalkan kesan bahwa pertemuan Bali untuk Peacock itu memang sudah diatur dari semula. Bekas PM Whitlam dari partai Buruh, kini beroposisi, menuduh Peacock telah "menyesatkan" parlemen hingga ia memajukan suara tidak percaya. Maka timbul analisa politik di Australia bahwa dokumen itu sengaja dibocorkan Indonesia karena jengkel terhadap pemerintah (Fraser) Liberal. Ia belum juga mengakui kekuasaan RI di Tumtim secara resmi, sedang pengakuan itu sudah ada dari Selandia Baru dan Amerika Serikat. Minggu lalu timbul pula pertanyaan di parlemen Canberra tentang kemungkinan pemerintahnya mengangkut sejumlah orang Timtim ke Australia. Peraturan imigrasi Australia, yang biasanya ketat terhadap orang kulit sawo matang dan non-Eropa lainnya, akan diperlunaknya untuk Timtim. "Ini adalah untuk alasan kemanusiaan belaka, mengizinkan orang-orang Timtim bergabung dengan keluarga mereka yang sudah berada di Australia" pihak Kedutaanbesar Australia di Jakarta menjelaskan kepada TEMPO. Namun ini, tentu saja, seirama dengan permainan politik domestik Australia sekarang.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
Image of Tempo
Berlangganan Tempo+ untuk membaca cerita lengkapnyaSudah Berlangganan? Masuk di sini
  • Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
  • Akses penuh seluruh artikel Tempo+
  • Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
  • Fitur baca cepat di edisi Mingguan
  • Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo
Lihat Benefit Lainnya

Image of Tempo

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
>
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus