SPANDUK besar warna merah darah melintang di atas Jalan Bangka, Jakarta. Pesannya terpampang jelas: "Indonesia negaraku, Islam agamaku, Banteng pilihanku." Ternyata, PDI yang bertanda gambar banteng, dan sering dianggap tak terlalu dekat dengan warna Islam itu, merasa perlu pula merebut suara kaum muslim. Di penjuru lain, baliho besar bergambar beringin ada tulisannya: "Golkar menang, agama maju, pembangunan lancar". Sementara itu, PPP pun tak mau kalah. "Demi Allah, aku nyoblos Bintang," atau, "Allahu Akbar. Umat Islam bersatulah dalam PPP". Dan PDI menyambung dengan spanduk merah lagi yang bertuliskan, "Allahu Akbar, Allahu Akbar, Islam agamaku, PDI pilihanku". Kampanye kali ini memang bukan lagi kampanye dasawarsa lalu, yang secara transparan mencirikan ideologi masingmasing. Kini semua OPP tak raguragu berebut suara terbanyak, yang tentunya mencoba menarik pemilih yang mayoritas, yakni masyarakat yang beragama Islam. Maka, simak saja panggung kampanye. Para ulama tak lupa diajak serta, untuk sekadar berdoa ataupun ikut menjadi juru kampanye. Pekikan "Allahu Akbar" tak asing lagi bergema dari pentas kampanye ketiga OPP. Dan ayat-ayat suci pun dilontarkan di sanasini lewat mulut para juru kampanye. Kampanye perdana PDI di Surabaya, 9 Mei lalu, misalnya. Kampanye yang menghadirkan Ketua Umum PDI Soerjadi itu diawali dengan kasidahan. Tak lupa pula pembacaan doa secara Islam. Di Blok S, Kebayoran, Jakarta Selatan, pada pekan lalu, kampanye PDI juga diselingi irama kasidah. Massa yang berjubel dan berjingkrakjingkrak tibatiba hening dan khidmat ketika dari panggung dikumandangkan ajakan untuk berdoa. Sedangkan Golkar, selain menyajikan artisartis beken, dalam setiap kampanyenya senantiasa menampilkan para ulama. Kampanye H. Anang Adenansi di Kabupaten Tapin, Kalimantan Selatan, Kamis pekan lalu menampilkan Habib Husain. Setelah membaca doa, ulama Banjar itu lalu menyerukan agar umat Islam memberikan dukungan seikhlasikhlasnya kepada Golkar, yang merupakan inti kekuatan Orde Baru dan pelopor pembangunan. Masih di provinsi tempat PPP pernah mengalahkan Golkar itu, juru kampanye Harmoko memainkan pula nada-nada Islam. Seusai acara menyanyi dan berdialog dengan seorang gadis kader Golkar, Harmoko langsung memekikkan takbir: "Allahu Akbar . . . Allahu Akbar . . . Golkar menang." Seruan Bung Harmoko, yang menuju ke lapangan kampanye dengan mengayuh becak itu, langsung disambut gegap gempita oleh massa. Di Surabaya, Rabu pekan lalu, juru kampanye H. Chalid Mawardi berseru lantang: "Mendirikan negara Islam bukan menjadi tujuan umat Islam di Indonesia." Lalu tokoh NU yang bekas Sekjen PPP itu melanjutkan, "Tapi tetap menegakkan perjuangan Orde Baru dengan Golkarnya, membuat umat Islam puas." Beberapa juru kampanye Golkar lainnya menggunakan pula ayat-ayat suci yang menganjurkan ketaatan terhadap pemimpin dan mensyukuri nikmat Tuhan karena sukses pembangunan. Gencarnya usaha dua kontestan pemilu lainnya memperebutkan suara kaum muslim itu tentu mmbuat repot PPP. Meski sudah berasaskan Pancasila, Partai Bintang ini buruburu mengembalikan citra lamanya sebagai partainya orang Islam. Kecuali menyebarkan poster yang menjelaskan unsurunsur partai Islam yang berfusi, PPP juga memajang berbagai ayat suci dengan spanduk, poster, atau tulisan di temboktembok ujung gang untuk mengingatkan bahwa orang Islam "wajib memilih partai yang memperjuangkan aspirasi Islam", yakni PPP. Dalam dialog kampanye PPP di gedung GoSkate Surabaya pekan lalu, Saleh Khalid mengingatkan bahwa PPP sudah berada pada rel yang sebenarnya, yakni rel Islam dan rel Pancasila. Menurut Saleh yang bekas ketua umum HMI itu, umat Islam yang mayoritas seharusnya merupakan faktor penentu. "PPP sebagai penyalur aspirasi umat Islam mestinya menjadi partai yang mayoritas di negeri ini," katanya. Napas Islam senantiasa terasa di berbagai tempat dan panggung kampanye PPP. Misalkan saja pentas kampanye di Tanjungpura, Langkat, Sumatera Utara, Senin dua pekan lalu. Acara kampanye diawali pembacaan ayat suci Quran dan saritilawahnya, dilanjutkan dengan menyanyikan lagu Indonesia Raya, lalu membaca Al Fatihah. Baru sesudah itu goyang dangdut menyemarakkan kampanye di lumbung Islam itu. Para juru kampanye dalam mengawali pidatonya dengan membaca ayat-ayat suci. "PPP adalah partainya umat Islam. PPP tidak setuju panti pijat dan SDSB, karena PPP mementingkan prinsip ibadah. PPP akan tetap istiqamah," teriak juru kampanye R.M. Safii dari PPP SumUt, bersemangat. "Menghadiri kampanye PPP adalah ibadah," tambah ketua PPP SumUt Sjufri Helmi Tanjung dari atas panggung. Supaya lebih meyakinkan sebagai partainya kaum muslim, tak lupa, dari markas PPP disebarkan pamfletpamflet yang berisi asalusul sebelum partai itu berfusi. "Berpegang teguhlah pada tali Allah, umat janganlah berceraiberai," begitu bunyi pesan dari posterposter PPP. Di samping selembar poster dengan gambar M. Natsir perdana menteri zaman kabinet parlementer yang menganjurkan agar umat Islam memilih PPP. Tampaknya, menyajikan ayat-ayat suci masih menjadi kunci yang jitu untuk menarik massa dalam kampanye kali ini, walau ketiga kontestan telah berasas sama, Pancasila. Salah satu alasan, ayat-ayat suci memang lebih menyentuh hati. Ardian Taufik Gesuri
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini