Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
TIGA bulan sebelum Piala Dunia 2018 dimulai, kelompok relawan Pro Jokowi (Projo) sudah membentuk panitia nonton bareng turnamen sepak bola empat tahunan itu. Projo berambisi menggelar nobar sedikitnya di 15 ribu lokasi di semua provinsi selama Piala Dunia yang berlangsung sejak 14 Juni hingga 15 Juli 2018 itu.
Projo menargetkan sekurang-kurangnya 200 orang datang ke tiap titik nobar. Dalam hitungan Ketua Umum Projo Budi Arie Setiadi, total penonton bisa mencapai 3 juta orang. "Ini modal awal untuk memenangkan Jokowi pada 2019," kata Budi, Selasa pekan lalu.
Menurut Budi, panitia nobar di daerah adalah pengurus Projo setempat. Acara tak digelar di kafe, tapi di lapangan di tengah kampung. "Tinggal sorotkan proyektor ke layar. Tak butuh banyak dana," ujarnya. Di sela-sela nobar, kader Projo akan menyampaikan keberhasilan pemerintahan Presiden Joko Widodo dan mengajak penonton kembali memilihnya pada 2019.
Di sejumlah lokasi, Projo berencana menghadirkan Jokowi. Menurut Budi, Jokowi akan hadir dalam nobar di Aceh, Papua, dan Jawa Tengah. "Jawa Tengah di Solo," katanya. Alasannya, ketiga daerah tersebut mewakili wilayah Indonesia. "Aceh dan Papua adalah daerah terdepan. Sedangkan Solo... asal Jokowi."
Bagi Projo, nobar Piala Dunia merupakan bagian dari kegiatan konsolidasi menjelang Pemilihan Umum 2019. Konsolidasi ini merupakan tahap pertama dari tiga langkah memenangkan Jokowi. Selanjutnya, pendukung yang terkumpul diarahkan untuk menggerakkan calon pemilih. Terakhir, mereka diproyeksikan menjadi saksi pada saat pencoblosan dan penghitungan suara.
Menurut Budi, acara nonton bareng pertandingan Piala Dunia sudah setahu Jokowi. Projo mengutarakan rencana ini dalam pertemuan dengan Presiden pada Januari lalu di luar Istana Negara. "Kami sudah mendapat restu," ujarnya.
Strategi memenangkan Jokowi juga disiapkan Sekretariat Nasional Jaringan Organisasi dan Komunitas Warga Indonesia (Seknas Jokowi). Bersama Projo dan Barisan Relawan Jokowi Presiden (Bara JP), Seknas Jokowi adalah kelompok relawan pendukung Jokowi sejak 2014. Menghadapi pemilihan presiden 2019, Seknas mulai gencar mengkampanyekan "Gerakan Jokowi 2 Periode".
Gerakan itu sudah dideklarasikan di Banten dan DKI Jakarta pada Februari lalu. Menurut Ketua Umum Seknas Jokowi, Muhammad Yamin, selanjutnya kampanye tersebut akan dideklarasikan di semua provinsi.
Berbeda dengan Projo, Seknas menghimpun pendukung Jokowi bukan dengan menggelar nonton bareng Piala Dunia yang dikomando pengurus pusat. Yamin menyerahkan metode "perekrutan" kepada anggotanya di daerah. "Yang penting bisa mensosialisasi keberhasilan Jokowi," katanya.
Yamin menyebutkan program tersebut dijalankan berdasarkan petunjuk Jokowi. "Tapi bukan perintah khusus," ujarnya. "Pak Jokowi mengatakan hal-hal umum, kami yang menafsirkannya." Dalam pertemuan terakhir pada Januari lalu, kata Yamin, Jokowi meminta Seknas menyiarkan capaian program pemerintah kepada masyarakat.
Seknas, menurut Yamin, tak punya jalur khusus untuk berkomunikasi dengan Jokowi. Tatap muka dengan Jokowi dilakukan melalui saluran resmi. "Kami ajukan surat minta audiensi, baru bisa bertemu," ujarnya. Pertemuan terakhir dilaksanakan dengan cara tersebut.
Ini berbeda dengan Projo. Menurut Budi Arie, organisasinya punya jalur komunikasi khusus dengan Jokowi. "Saya biasa telepon Pak Pratikno," katanya. Menteri Sekretaris Negara itulah, kata Budi, yang kemudian menyampaikan pesannya kepada Jokowi dan sebaliknya.
Politikus Golkar, Yorrys Raweyai, pada akhir Februari lalu mendatangi Kantor Staf Presiden untuk melaporkan pembentukan organisasi relawan pemenangan Jokowi. Di Istana, menurut Yorrys, ia menemui Eko Sulistyo, yang pada pemilihan 2014 menjadi simpul sejumlah organisasi relawan di tim pemenangan Jokowi. "Siapa pun yang datang ke KSP kami terima," ujar Eko.
Anton Septian
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
- Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
- Akses penuh seluruh artikel Tempo+
- Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
- Fitur baca cepat di edisi Mingguan
- Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo