Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Politik

Partai Pembonceng Jokowi

Partai pendukung Jokowi mendirikan organisasi relawan. Untuk mengerek suara mereka sendiri.

18 Maret 2018 | 00.00 WIB

Image of Tempo
Perbesar

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

RIZAL Mallarangeng bersemangat memaparkan rencana deklarasi Tim Relawan Golkar Jokowi kepada Ace Hasan Syadzily di Kafe Paradigma, yang menjadi bagian kantor Golkar Jakarta, di Cikini, Jakarta Pusat. "Akan ada 5.000 relawan yang hadir," kata Rizal pada Kamis pekan lalu.

Menurut Rizal-politikus Partai Golkar yang menjadi konsultan pemenangan Susilo Bambang Yudhoyono melalui Fox Indonesia-ia sudah menyiapkan acara hingga Presiden Joko Widodo berpidato meresmikannya. Rizal akan memimpin tim pemenangan Jokowi itu sebagai koordinator. Adapun Ace menjadi koordinator media dan penggalangan opini.

Organisasi relawan itu akan disebut Gojo, kependekan dari Golkar Jokowi. Partai beringin adalah partai pertama yang mendeklarasikan dukungan kepada Jokowi untuk kembali menjadi presiden, sejak 2016. Rizal tak canggung memaparkan rencana-rencana kendati rapat bersama empat politikus Golkar itu disaksikan Tempo.

Para inisiator Gojo menggodok konsep relawan ini sejak Januari lalu di Kafe Paradigma. Menurut Ace, Gojo akan dideklarasikan dalam waktu dekat di kantor Golkar Jakarta. "Akan diikuti deklarasi Gojo di banyak daerah," katanya.

Ace bercerita, Gojo terbentuk karena rencana Ketua Golkar Airlangga Hartarto sebulan setelah ia menggantikan Setya Novanto, yang masuk penjara sebagai terdakwa korupsi proyek kartu tanda penduduk elektronik, pada Januari lalu. Menteri Perindustrian kabinet Jokowi itu meminta semua kader Golkar bekerja memenangkan Jokowi.

Setelah beberapa kali bertemu menggodok nama, Rizal dan Ace menyetujui Gojo. "Nama ini merepresentasikan bahwa organisasi relawan ini adalah bagian dari Golkar untuk memenangkan Jokowi," ujar Ace.

Pembentukan tim relawan ini merupakan siasat Golkar, partai dengan suara nomor tiga dalam pemilu lalu. Ace berharap nama Jokowi memberikan keuntungan elektoral kepada Golkar untuk meraih suara signifikan. "Kami berharap ada efek Jokowi," katanya.

Karena pemilu digelar serentak, para calon anggota legislatif akan berfokus melakukan kampanye untuk dirinya sendiri ketimbang buat Jokowi, sehingga peran itu diambil alih relawan. Mereka akan merekrut simpatisan dan pengurus Golkar di daerah yang bukan calon anggota legislatif.

Dengan strategi itu, ketika Airlangga melaporkannya, Jokowi setuju. Karena itu, rapat pada Kamis pekan lalu tersebut sudah merumuskan soal teknis deklarasi karena Jokowi dipastikan hadir meresmikannya. "Jadwal masih dibahas," ujar Rizal.

Juru bicara Presiden, Johan Budi Sapto Pribowo, mengatakan tidak mengetahui ada pembicaraan antara Jokowi dan Airlangga mengenai pembentukan organisasi relawan. Ia hanya mengetahui Airlangga sering ke Istana mengikuti rapat kabinet sebagai Menteri Perindustrian. "Kalau pertemuan khusus, sepertinya saya tidak melihat," kata Johan.

Selain Rizal dan Ace, Ketua DPP Golkar Bidang Penggalangan Pekerja Buruh dan Organisasi Masyarakat, Gandung Pardiman, membentuk tim relawan untuk memenangkan Jokowi. Namanya Jaringan Kerja Rakyat Bersama Joko Widodo atau Jangkar Bejo.

Pengurus inti relawan ini adalah pengurus teras Golkar, seperti Samsudin Mandja, Ali Mochtar Ngabalin, Ratu Diah Hatifah, Cut Riska Septiani, dan Syahmud Ngabalin. Ketua Dewan Perwakilan Rakyat Bambang Soesatyo duduk sebagai Ketua Dewan Pengawas Jangkar Bejo. "Anggotanya bukan hanya pengurus Golkar. Banyak juga dari luar partai," kata Gandung pada Kamis pekan lalu.

Jangkar Bejo terbentuk akhir Januari lalu di Hotel Peninsula. Mula-mula Gandung memberinya nama Jaringan Karya agar identik dengan Golkar. Mereka menggantinya dengan Jangkar Bejo, yang lebih identik dengan Jokowi.

Merasa sudah mantap, mereka melaporkan nama organisasi itu kepada Airlangga. "Pak Airlangga setuju dan menyilakan semua kader berselancar di luar struktural untuk memenangkan Jokowi," ujarnya. Dalam satu bulan, Gandung mengaku jaringan Jangkar Bejo sudah terbentuk sampai tingkat kabupaten dan kota.

Pembentukan organisasi relawan adalah cara Airlangga mengerek elektabilitas partainya. Ia banyak belajar dari keberhasilan Jokowi memenangi pemilihan presiden 2014 lewat pelbagai organisasi relawan. "Jangkar Bejo untuk partai, sementara Gojo untuk pemilihan presiden," katanya.

Selain Golkar, Partai Persatuan Pembangunan sudah membentuk tim kecil yang memiliki tugas khusus membantu pemenangan Jokowi. Seperti Golkar, PPP sudah mendeklarasikan dukungan kepada Jokowi.

Sekretaris Jenderal PPP Arsul Sani mengatakan ada tim kecil tanpa nama yang langsung di bawah koordinasi Ketua Umum PPP Romahurmuziy. Tim tersebut bertugas memberikan pertimbangan kepada Jokowi untuk mendekati pemilih Islam. "Tugas kami, sebagai partai pendukung yang berbasis Islam, menggarap segmentasi pemilih ini," ujar Arsul.

Menurut Arsul, tim kecil itu bekerja antara lain ketika Jokowi menghadiri Haul Majemuk Masyayikh di Pondok Pesantren Salafiyah Syafi’iyah Sukorejo di Situbondo, Jawa Timur, pada 3 Februari lalu. Jokowi dan rombongan datang bersama Romy--panggilan Romahurmuziy.

Karena menggarap pemilih Islam, Romy juga acap bertindak sebagai penasihat Jokowi dalam pernyataan di kalangan muslim. Ketika meresmikan Titik Nol Peradaban Islam Nusantara pada Maret tahun lalu di Barus, Sumatera Utara, dalam ketidaktahuan Jokowi mengatakan pandangannya yang "tak akan mencampurkan agama dan politik".

Pernyataan ini membuat gaduh dengan kritik bahwa Jokowi adalah pemimpin yang sekuler. Romy bersaran agar Jokowi berpidato kembali meluruskan pernyataannya itu. "Saya sarankan bahwa agama dan politik jangan diperhadapkan karena sila pertama Pancasila adalah Ketuhanan," ujarnya. Jokowi menuruti saran itu ketika berpidato di Kalimantan beberapa bulan kemudian.

Bagaimana dengan PDI Perjuangan, partai asal Jokowi? Tidak seperti Golkar, Hanura, NasDem, PPP, Perindo, dan Partai Solidaritas Indonesia, PDIP baru mendeklarasikan dukungan kepada Jokowi bulan lalu. Ketua PDI Perjuangan Bidang Pembangunan Manusia dan Kebudayaan, Andreas Hugo Pareira, mengatakan partainya tak akan membentuk organisasi relawan karena kerja kader partai langsung memenangkan Jokowi.

Andreas tak mempersoalkan partai-partai lain, yang menjadi rival dalam pemilu, berharap efek elektoral dengan membentuk relawan memakai nama Jokowi-yang tingkat popularitasnya masih di atas 50 persen menurut survei lembaga politik. "Sah-sah saja jika partai pendukung berharap nama Jokowi membawa efek terhadap popularitas mereka," katanya.

Rusman Paraqbueq

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
Image of Tempo
Berlangganan Tempo+ untuk membaca cerita lengkapnyaSudah Berlangganan? Masuk di sini
  • Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
  • Akses penuh seluruh artikel Tempo+
  • Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
  • Fitur baca cepat di edisi Mingguan
  • Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo
Lihat Benefit Lainnya

Image of Tempo

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus