Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Politik

Benarkah hubungan tegang?

Hubungan RI-AS belakangan ini diduga agak terganggu, a.l disebabkan protes ke kedubes AS di Jakarta atas penyerbuan Israel ke Libanon. penolakan marton i. abramowit untuk dubes AS di jakarta.(nas)

7 Agustus 1982 | 00.00 WIB

Image of Tempo
Perbesar

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

BENARKAH hubungan Indonesia-Amerika Serikat akhir-akhir ini agak terganggu? Setidaknya, dalam beberapa pelaksanaan politik luar negeri, "Indonesia makin menjauh dari Amerika Serikat dan lebih mendekatkan diri dengan kelompok negara Non-Blok," kata sumber TEMPO di Washington mengutip kalangan Kementerian Luar Negeri AS. Sebagai contoh: masalah Timur Tengah. Beberapa waktu lalu, setelah Israel menggempur kubu Organisasi Pembebasan Palestina (PLO) di Beirut Barat Indonesia dianggap "membolehkan" sekelompok pemuka masyarakat menyampaikan protes ke Kedubes AS di Jakarta. Mereka mengutuk tindakan Israel dan menuntut agar AS mencegah aksi militer di Timur Tengah itu. Hubungan kedua negara juga agak oleng ketika Indonesia dikabarkan menolak Marton I. Abramowitz untuk menduduki kursi Dubes AS di Jakarta yang kosong sejak Edward G. Masters yang telah selesai tugasnya. Ketegngan bisa diatasi setelah Indonesia menjelaskan bahwa pencalonan bekas Dubes AS di Bangkok itu ditarik kembali oleh Alexander Haig (ketika menjabat Menlu) sebelum sempat mendapat jawaban dari Jakarta. "Indonesia kini mcnunggu pencalonan baru," kata Menlu Mochtar Kusumaatmadja ketika terjadi "kericuhan" pencalonan Abramowitz itu. Ia sendiri sama sekali tidak melihat, hubungan kedua negara akan terganggu lantaran masalah itu. Pihak Indonesia juga menilai ada beberapa ganjalan yang membuat hubungan kedua negara tidak begitu "mesra". AS telah menarik dukungannya bagi persetujuan mengenai komoditi internasional -- yang diharapkan dapat menaikkan devisa ekspor barang asal Indonesia. Menlu Mochtar juga pernah menyatakan kekecewaannya karena AS tidak mau meneken Perjanjian Hukum Laut Internasional di PBB -- satu soal yang sangat dekat dengan perhatian menteri yang terkenal sebagai ahli hukum laut itu. BEBERAPA hambatan disadari kedua negara. AS lebih sibuk memberikan perhatian pada masalah-masalah di Timur Tengah, Asia Timur Laut dan Eropa. Ia kelihatan kurang berpaling ke Indonesia yang telah menjalin hubungan baik sejak zaman Orde Baru. "Ini hal yang baik, bahwa kami tidak termasuk daftar yang mendapat perhatian utama AS. Artinya kawasan ini tenang dan kami sendiri bisa mengatasinya," kata Menlu Mochtar dalam wawancara dengan Newsweek akhir Juni lalu. Walau Indonesia tidak termasuk "daftar khusus", ia tak dilupakan AS sama sekali. Kepada Menhankam Jenderal M. Jusuf yang berkunjung ke AS minggu lalu, Presiden Ronald Reagan telah berjanji akan meningkatkan bantuan militer sekitar US$52,6 juta jumlah terbesar sejak Orde Baru. Bantuan untuk 1983 itu berupa penjualan senjata dalam rangka Foreign Military Sales (FMS) US$50 juta (1982 sebesar US$40 juta) dan untuk latihan dan pendidikan militer (International Military Education and Training -- IMET) sebesar US$2,6 juta (US$2,6 juta pada 1982). Dibanding zaman Presiden Jimmy Carter yang jumlahnya US$34 juta pada 1979, bantuan militer yang dijanjikan Reagan ini memang meningkat cukup besar. Kunjungan Menteri Jusuf -- yang menurut rencana semula akan dilakukan seusai berkunjung ke Arab Saudi dan Prancis sebelum Pemilu bulan Mei lalu kelihatannya bukan sekedar membicarakan soal militer. Kecuali menyampaikan surat pribadi Presiden Soeharto kepada Presiden Reagan, M. Jusuf juga mendapat penjelasan beberapa pandangan AS soal hubungan bilateralnya dengan Indonesia dan masalah dunia seperti Timur Tenah, Kampuchea dan Afghanistan. M. Jusuf -- sebagai tamu Menhan AS Caspar W. Weinberger, ia disambut dengan upacara "adat Pentagon" dengan tembakan meriam 19 kali dan pasukan kehormatan -- tiba di tanah air Sabtu siang. Minggu malam diam-diam ia langsung melaporkan hasil kunjungannya selama seminggu di AS kepada Presiden Soeharto di Jalan Cendana. Sampai awal minggu ini belum ada penjelasan resmi kecuali berita TVRI yang hampir tiap malam melaporkan kunjungannya. Agaknya apa yang dibawa M. Jusuf itu lebih banyak akan menjadi bahan pembicaraan Presiden Soeharto yang akan berkunjung ke AS bulan Oktober nanti Kecuali mengadakan pembicaraan dengan Presiden Reagan, menurut rencana, Presiden Soeharto dalam muhibahnya 8-17 Oktober itu juga akan mengunjungi Spanyol, Prancis, Korea Selatan dan Jepang.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
Image of Tempo
Berlangganan Tempo+ untuk membaca cerita lengkapnyaSudah Berlangganan? Masuk di sini
  • Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
  • Akses penuh seluruh artikel Tempo+
  • Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
  • Fitur baca cepat di edisi Mingguan
  • Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo
Lihat Benefit Lainnya

Image of Tempo

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus