BENARKAH hubungan Indonesia-Amerika Serikat akhir-akhir ini agak
terganggu? Setidaknya, dalam beberapa pelaksanaan politik luar
negeri, "Indonesia makin menjauh dari Amerika Serikat dan lebih
mendekatkan diri dengan kelompok negara Non-Blok," kata sumber
TEMPO di Washington mengutip kalangan Kementerian Luar Negeri
AS.
Sebagai contoh: masalah Timur Tengah. Beberapa waktu lalu,
setelah Israel menggempur kubu Organisasi Pembebasan Palestina
(PLO) di Beirut Barat Indonesia dianggap "membolehkan"
sekelompok pemuka masyarakat menyampaikan protes ke Kedubes AS
di Jakarta. Mereka mengutuk tindakan Israel dan menuntut agar AS
mencegah aksi militer di Timur Tengah itu.
Hubungan kedua negara juga agak oleng ketika Indonesia
dikabarkan menolak Marton I. Abramowitz untuk menduduki kursi
Dubes AS di Jakarta yang kosong sejak Edward G. Masters yang
telah selesai tugasnya. Ketegngan bisa diatasi setelah
Indonesia menjelaskan bahwa pencalonan bekas Dubes AS di Bangkok
itu ditarik kembali oleh Alexander Haig (ketika menjabat Menlu)
sebelum sempat mendapat jawaban dari Jakarta. "Indonesia kini
mcnunggu pencalonan baru," kata Menlu Mochtar Kusumaatmadja
ketika terjadi "kericuhan" pencalonan Abramowitz itu. Ia sendiri
sama sekali tidak melihat, hubungan kedua negara akan terganggu
lantaran masalah itu.
Pihak Indonesia juga menilai ada beberapa ganjalan yang membuat
hubungan kedua negara tidak begitu "mesra". AS telah menarik
dukungannya bagi persetujuan mengenai komoditi internasional --
yang diharapkan dapat menaikkan devisa ekspor barang asal
Indonesia. Menlu Mochtar juga pernah menyatakan kekecewaannya
karena AS tidak mau meneken Perjanjian Hukum Laut Internasional
di PBB -- satu soal yang sangat dekat dengan perhatian menteri
yang terkenal sebagai ahli hukum laut itu.
BEBERAPA hambatan disadari kedua negara. AS lebih sibuk
memberikan perhatian pada masalah-masalah di Timur Tengah, Asia
Timur Laut dan Eropa. Ia kelihatan kurang berpaling ke Indonesia
yang telah menjalin hubungan baik sejak zaman Orde Baru. "Ini
hal yang baik, bahwa kami tidak termasuk daftar yang mendapat
perhatian utama AS. Artinya kawasan ini tenang dan kami sendiri
bisa mengatasinya," kata Menlu Mochtar dalam wawancara dengan
Newsweek akhir Juni lalu.
Walau Indonesia tidak termasuk "daftar khusus", ia tak dilupakan
AS sama sekali. Kepada Menhankam Jenderal M. Jusuf yang
berkunjung ke AS minggu lalu, Presiden Ronald Reagan telah
berjanji akan meningkatkan bantuan militer sekitar US$52,6 juta
jumlah terbesar sejak Orde Baru. Bantuan untuk 1983 itu berupa
penjualan senjata dalam rangka Foreign Military Sales (FMS)
US$50 juta (1982 sebesar US$40 juta) dan untuk latihan dan
pendidikan militer (International Military Education and
Training -- IMET) sebesar US$2,6 juta (US$2,6 juta pada 1982).
Dibanding zaman Presiden Jimmy Carter yang jumlahnya US$34 juta
pada 1979, bantuan militer yang dijanjikan Reagan ini memang
meningkat cukup besar.
Kunjungan Menteri Jusuf -- yang menurut rencana semula akan
dilakukan seusai berkunjung ke Arab Saudi dan Prancis sebelum
Pemilu bulan Mei lalu kelihatannya bukan sekedar membicarakan
soal militer. Kecuali menyampaikan surat pribadi Presiden
Soeharto kepada Presiden Reagan, M. Jusuf juga mendapat
penjelasan beberapa pandangan AS soal hubungan bilateralnya
dengan Indonesia dan masalah dunia seperti Timur Tenah,
Kampuchea dan Afghanistan.
M. Jusuf -- sebagai tamu Menhan AS Caspar W. Weinberger, ia
disambut dengan upacara "adat Pentagon" dengan tembakan meriam
19 kali dan pasukan kehormatan -- tiba di tanah air Sabtu siang.
Minggu malam diam-diam ia langsung melaporkan hasil kunjungannya
selama seminggu di AS kepada Presiden Soeharto di Jalan Cendana.
Sampai awal minggu ini belum ada penjelasan resmi kecuali berita
TVRI yang hampir tiap malam melaporkan kunjungannya.
Agaknya apa yang dibawa M. Jusuf itu lebih banyak akan menjadi
bahan pembicaraan Presiden Soeharto yang akan berkunjung ke AS
bulan Oktober nanti Kecuali mengadakan pembicaraan dengan
Presiden Reagan, menurut rencana, Presiden Soeharto dalam
muhibahnya 8-17 Oktober itu juga akan mengunjungi Spanyol,
Prancis, Korea Selatan dan Jepang.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini