Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Poin penting
Pemilihan kepala daerah Kabupaten Gresik mulai memanas.
Dua pasangan calon, Fandi Ahmad Yani-Aminatun Habibah dan Mohammad Qosim-Asluchul Alif, mulai bergerilya menjaring simpati masyarakat pada masa kampanye.
Kubu Qosim-Asluchul optimistis kinerjanya meraup suara dalam pilkada, Desember mendatang, bakal sukses. Musababnya, Qosim merupakan calon inkumben.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
GRESIK – Pemilihan kepala daerah Kabupaten Gresik mulai memanas. Dua pasangan calon, Fandi Ahmad Yani-Aminatun Habibah dan Mohammad Qosim-Asluchul Alif, mulai bergerilya menjaring simpati masyarakat pada masa kampanye. Kubu Qosim-Asluchul optimistis upayanya meraup suara untuk pilkada pada Desember mendatang bakal sukses. Musababnya, Qosim merupakan calon inkumben. Kader Partai Kebangkitan Bangsa tersebut menjabat Wakil Bupati Gresik pada 2016-2021.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Ketua tim kampanye Qosim-Alif, Imron Rosyadi, mengatakan popularitas dan elektabilitas calonnya masih bagus menjelang pemungutan suara. Menurut dia, warga Kabupaten Gresik masih antusias menyambut Qosim melanjutkan kepemimpinannya. “Kami tinggal merawat persepsi masyarakat sampai 9 Desember atau hari pencoblosan nanti,” kata Imron.
Imron juga mengatakan dukungan PKB dan Nahdlatul Ulama sangat penting dalam pemenangan Qosim-Alif. Sebab, calon bupati lawan, Fandi Ahmad Yani, juga merupakan kader PKB. Namun Ketua Dewan Perwakilan Rakyat Daerah Kabupaten Gresik itu justru tak mendapat dukungan dari fraksi PKB.
Sebagai organisasi kemasyarakatan Islam terbesar di Jawa Timur, Imron yakin, Nahdlatul Ulama akan menjadi penyumbang suara terbanyak bagi Qosim dan Alif. Salah satu bagian dari NU yang diincar calon inkumben itu adalah organisasi perempuan Fatayat dan Muslimat.
Menurut Imron, Fatayat dan Muslimat menjadi penyumbang suara terbesar bagi Qosim ketika maju dalam pilkada Gresik empat tahun lalu. “Dukungan mereka tidak bergeser. Dukungan mereka menambah keyakinan kami untuk unggul dalam pemilu nanti,” kata pria yang menjabat Sekretaris PKB Gresik itu. Selain dari PKB, pasangan Qosim-Alif mendapat dukungan dari Gerindra. Total, kedua partai mengantongi kekuatan 21 kursi di DPRD.
Optimisme juga terpancar dari kubu Fandi Ahmad Yani-Aminatun Habibah. Ketua tim pemenangan, Khoirul Huda, mengatakan, berdasarkan survei internal, Yani dan Habibah diprediksi memperoleh 56 persen suara. Meski sebatas survei, Khoirul yakin angka tersebut tak akan jauh berbeda dengan hasil pemilu nanti. “Kami tinggal menjaga ritme selama kampanye. Peluang besar ini harus tetap terjaga dan meningkat,” kata Khoirul.
Dukungan dari enam fraksi di DPRD akan menjadi kekuatan utama Yani-Habibah. Keenam partai tersebut adalah Golkar, PDI Perjuangan, NasDem, Demokrat, PAN, dan PPP. Jika dihitung, Yani-Habibah mendapat dukungan 29 kursi di DPRD Kabupaten Gresik.
Khoirul mengatakan keenam mesin politik sudah bekerja sama turun ke masyarakat memperkenalkan Yani dan Habibah. “Keenam partai akan memperkuat lini sesuai dengan wilayah masing-masing,” kata dia.
Khoirul juga optimistis bisa meraih dukungan dari kaum Nahdliyin. Terlebih, Habibah merupakan keluarga kiai yang punya pengaruh cukup besar di Kabupaten Gresik. Walhasil, Habibah bisa mudah mendapat dukungan dari para kiai dan pemimpin pondok pesantren. “Sebagai kekuatan non-struktural NU di Gresik, hampir 90 persen pondok pesantren mendukung Yani-Habibah,” kata Khoirul.
Sebelumnya, Ketua Komisi Pemilihan Umum Kabupaten Gresik Akhmad Roni meminta kaum muda ikut serta dalam pilkada, Desember mendatang. Menurut catatan KPU Gresik, jumlah pemilih muda cukup besar, yakni 40 persen.
Akhmad Roni pun menyebutkan data statistik ini bisa menjadi modal bagus untuk memajukan demokrasi di Kabupaten Gresik. Meski begitu, dia berharap kaum muda bisa menjadi pemilih yang cerdas. “Cari rekam jejaknya, lihat visi-misinya. Dengan modal itu, berangkat ke TPS, tidak akan kebingungan memilih siapa,” kata Akhmad Roni.
KPU Gresik juga menyasar kelompok Islam untuk ikut menjadi pemilih cerdas. Mereka menggandeng Majelis Ulama Indonesia serta beragam kelompok Islam di Kabupaten Gresik untuk membahas partisipasi dalam pilkada.
Komisioner KPU Gresik, Makmun, mengatakan edukasi politik sangat diperlukan untuk menambah pertimbangan pemilik suara dalam menentukan pilihan. “Problem demokrasi kita agak serius. Pemilih datang bukan karena pertimbangan rasional,” kata Makmun.
Ia berharap, dengan kegiatan sosialisasi yang digelar KPU, pemilik suara di Kabupaten Gresik akan lebih paham akan hak konstitusional mereka. Setidaknya mereka akan lebih bijak dalam menentukan pilihan. “Mengenali calon dan mengikuti setiap tahapan pemilu,” kata dia.
NUR HADI | ANT | INDRA WIJAYA
Berebut Suara Warga Nahdlatul Ulama
- Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
- Akses penuh seluruh artikel Tempo+
- Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
- Fitur baca cepat di edisi Mingguan
- Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo