Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Politik

Betulkah cia ikut terlibat ?

Wartawan kathy kadane membeberkan keterlibatan kedubes as dan cia dalam menumpas pki. robert j. martens memberi daftar 5000 tokoh pki kepada kim adhyatman. sutopo yuwono menangkis.

6 Oktober 1990 | 00.00 WIB

Image of Tempo
Perbesar

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

BAHAN-bahan yang diungkapkan wartawati Kathy Kadane - tentang keterlibatan CIA dalam menumpas PKI di sini - masih tetap jadi kontro~ersi. Sejak Mei lalu, sebenarnya Ted Weiss, anggota Senat dari Partai Demokrat asal New York, telah mengirim surat kepada pimpinan komite intelijen Senat, Anthony Beilenson, meminta agar kasus ini diselidiki. Sejumlah~ dokumen tentang CIA juga diserahkan Ted Weiss kepada komite khusus di Senat yang membawahkan CIA dan punya 19 anggota itu. Tapi, kabarnya, sebagian an~ggot~a k~omite kurang berselera menangani kasus yang sudah berlalu seperempat abad itu. Paling tidak, bila dilihat, sudah empat bulan Ted Weiss menyurati komite, sampai sekarang belum ada tanda-tanda soal ini akan diselidiki dengan serius. "Apa Perlu kami keluar dana untuk menyelidik peristiwa yang sudah begitu lama berlalu, padahal masih banyak hal lain yang harus diprioritaskan," ujar seorang anggota komite itu kepada pembantu TEMPO di New York. Ini bermula dari tulisan wartawan Kathy Kadane, 44 tahun, untuk kantor berita tak terkenal di Washington, S~ate News Services (SNS), 17 Mei lalu. Dia membeberkan bantuan yang diberikan CIA dan Kedubes AS di Jakarta kepada kelompok Orde Baru. Bantuan itu berupa daftar 5.000 nama dan identitas tokoh PKI di pusat provinsi, dan kota madya. Dengan daftar itu, penguberan dan pembunuhan terhadap tokoh-tokoh PKLmenjadi mudah. Kemudian aksi ini, menurut tulisan Kathy, menyebabkan 250.000 nyawa orang-orang yang dituduh terlibat PKI, melayang. Kathy menyiapkan artikel itu sejak 1983. Bahan terpenting dari tulisan Kathy ialah wawancaranya dengan Robert J. Martens staf bagian politik Kedubes AS di Ja~karta pada 1965 itu. Martens mengaku menyusun daftar tokoh-tokoh PKI itu dari kliping-kliping koran dan memberikannya kepada Kim Adhyatman, asisten Adam Malik (saat itu Menteri Koordinator Ekonomi Terpimpin, Menkopek). Kemudian Kim memberikan daftar itu kepada Adam Malik, salah satu tokoh penting anti-PKI dan ketika itu dekat dengan kalangan TNI AD. Dalam tulisan Kathy, tokoh-tokoh lainnya - baik pejabat Kedubes maupun CIA, atau Kim Adhyatman - memberikan konfirmasi atas keterangan Robert Martens. Malah terungkap seolah-olah tindakan Martens itu mendapat restu Dubes serta beroleh bantuan CIA, demi menghancurkan PKI. Para pejabat AS itu berharap, dengan penumpasan ini, PKI tak mun~gkin lagi kembali berkuasa. T~u~lisan tersebu~t be~rgema ~sampai ke Senat AS setelah di~kutip oleh koran besar Washin~gton P~ost dan sejumlah Surat kabar lainnya, Meski mula-mula m~embantah, Tirta Kencana Adhyatman akhirnya membenarkan bahwa ia memang menerima nama-nama tokoh PKI dari Martens. Apalagi dalam suratnya kepada Martens tanggal 20 November 1988 - fotokopi surat itu ada pada Kathy - Adhyatman menceritakan betapa dekat hubungannya di sekitar tahun 1965 dengan para pejabat Kedubes AS, terutama dengan Martens. Di surat itu, ia mengaku menerima suplai nama-nama PKI dari sang teman. "Manens memang memberikan nama-nama itu kepada saya," katanya kepada wartawan TEMPO Sri Pudyastuti . Tapi dia membantah menerima daftar 5.000 nama PKI. Soalnya, nama-nama PKI itu ia terima dari Martens "secara lisan". Kalau mereka bertemu, Martens menunjukkan nama baru, lalu Adhyatman mencocokkan dengan daftar yang ia miliki. Adhyatman, 61 tahun, tak membantah bahwa banyak nama yang diberikan Martens yang sebelumnya tak ia ketahui sebagai orang PKI. "Biro khusus PKI, orang-orangnya kan rahasia, tapi Martens punya daftar mereka. Bayangkan, pada waktu itu belum ada komputer," kata Adhyatman, yang kini menjadi penasihat editor Kantor Berita KNI di Jakarta. Lalu setiap kali ia menerima nama baru dan Martens, ia ceritakan kepada Adam Malik. Mungkin karena sama-sama amat anti-PKI, kata Adhyatman, "Hubungan Pak Adam dengan TNI AD dekat sekali. Dulu, seminggu sekali atau dua kali Pak Adam bertemu dengan Pak Yani." Yang dlmaksudnya adalah Kasad Jenderal Ahmad Yani, yang tewas dibunuh PKI pada 1 Oktober 1965. Tapi apakah Adam Malik meneruskan dattar nama itu kepada Angkatan Darat? "Saya betul-betul tidak tahu," katanya. Ia juga membantah bahwa untuk soal ini ia berhubungan dengan CIA, sebab tak seorang pun anggota ~CIA yang ia kenal di Jakarta. Sebenarnya bantu-membantu informasi di kalangan intelijen, menurut Letjen. (Purn.~ Sutopo Yuwono, bukan barang ganjil. Jadi, kalaupun CIA benar memberikan informasi tentang daftar orang PKI, itu soal sepele. "Apa, sih, yang diketahui Kedubes AS? Paling-paling dari kliping koran. Apalagi yang dikasih daftar itu adalah Adhyatman. Kalau betul-betul mereka mau membantu, kenapa tak kepada saya atau tokoh intel lainnya?" katanya. Menurut Sutopo Yuwono, setelah berlalu puluhan tahun, kini tiba-tiba soal itu jadi ramai, tak lain karena ada orang CIA yang sok berjasa dan merasa besar kepala. Agaknya, yang ia maksud adalah Robert Martens, y~mg membongkar cerita ini kepada Kathy Kadane. "Ini yang bisa jadi problem. Tapi itu urusan mereka, bukan kita," kata Asisten Intel Kasad (1967-1969) dan Kepala Bakin (1970-1974) itu. Sekalipun TNI AD amat anti-PKI, sampai meletus G-30-S, menurut Sutopo Yuwono, mereka tak tahu persis dan detail peta bumi PKI. Para pengurus formalnya memang kenal, tapi yang informal kurang jelas bagi mereka. "Biro khusus itu, misalnya, kan baru kita ketahui belakangan," katanya. Belum lagi kader-kader yang disusupkan PKI ke mana-mana, termasuk ke tubuh TNI AD sendiri. "Kenapa? Karena PKI, waktu itu, dilindungi Bung Karno. PKI juga sudah memasukkan orangnya ke mana-mana. Karni mau cerita sedikit soal PKI, lantas dituduh komunisto~fobi," ujarnya. A~mran Nasution

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
Image of Tempo
Berlangganan Tempo+ untuk membaca cerita lengkapnyaSudah Berlangganan? Masuk di sini
  • Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
  • Akses penuh seluruh artikel Tempo+
  • Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
  • Fitur baca cepat di edisi Mingguan
  • Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo
Lihat Benefit Lainnya

Image of Tempo

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
>
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus