Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Politik

Bom batik untuk reagan

Sebuah paket untuk presiden reagan yang dikirimkan oleh sianan, siswa sma dwi abdi malang, melalui kedubes as di jakarta, dicurigai sebagai bom. juga kiriman obat batuk dari kedubes as di manila.(nas)

11 Februari 1984 | 00.00 WIB

Image of Tempo
Perbesar

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

BUNGKUSAN itu sebetulnya sama sekali tak misterius ketika tiba di kedutaan besar Amerika Serikat di Jalan Merdeka Selatan, Jakarta, siang hari 31 Januari lalu. Paket itu berukuran 23 x 17 x 6 cm, dibungkus kertas biru bergambar Yesus sedang menggembala domba, dengan alamat pengirim yang jelas: Slan An, Jalan Ijen 12, Malang, Jawa Timur. Alamat tujuan: Presiden AS Ronald Reagan. Entah kenapa petugas keamanan yang berkebangsaan Indonesia segera mengangkat telepon, mengundang polisi untuk memeriksa bungkusan tadi. Mungkin mereka ingat sering ada usaha membunuh Reagan lewat bom surat. Dengan hati-hati, paket diamankan dan dibuka Satuan Tugas Gegana Kepolisian Daerah Metro Jaya yang punya unit penjinak bom. Muncullah sang "bom" yang ternyata berupa sebuah kitab Injil dan sehelai kemeja batik. Oh, ya, ada juga surat yang berisi ucapan selamat ulang tahun ke-73 untuk Reagan, 6 Februari 1984. Semua menghela napas lega, dan paket dikembalikan ke kedutaan. Nasibnya? "Kedutaan memutuskan untuk meneruskan bungkusar itu ke Gedung Putih," kata Gerald H. Huchel, atase pers kedutaan besar AS. Ini suatu keluarbiasaan karena paket seperti itu biasanya dikembalikan pada pengirim yang diminta mengirimnya langsung ke tujuan. Perkecualian untuk kiriman Sian An, kata Huchel, karena "semua orang toh sudah tahu apa isinya. " Cuma Sian An, 17 yang tetap kecewa, karena kemela batik ltu diharapkannya bisa dikenakan Reagan pada hari ulang tahunnya. "Kedutaan Amerika mestinya 'kan bisa mendeteksi paket tersebut tanpa perlu membongkar isinya," kata pelajar kelas II SMA Dwi Abdi Malang itu. Kalaupun hadiah Sian An tak diutik-utik, belum tentu kitab Injil atau kemeja batik itu akan diterima Reagan. Menurut Huchel, Presiden AS tak diperbolehkan menerima hadiah. Ada bitasan harganya. "Tapi biasanya hadiah mahal, seperti dari kepala negara asing, dimasukkan museum. Sedangkan hadiah biasa akan diteruskan ke badan amal," katanya. Karena itu ia cenderung berpendapat hadiah Sian An akan diteruskan ke badan amal. Rabu 1 Februari lalu datang lagi paket ke kedutaan besar AS. Petugas lagi-lagi curiga. Polisi diundang lagi. Satuan penjinak bom Dun beraksi. Bungkusan dibuka dengan hatihati. Isinya: 50 botol obat batuk kiriman dari kedutaan besar AS di Manila. Plong.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
Image of Tempo
Berlangganan Tempo+ untuk membaca cerita lengkapnyaSudah Berlangganan? Masuk di sini
  • Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
  • Akses penuh seluruh artikel Tempo+
  • Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
  • Fitur baca cepat di edisi Mingguan
  • Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo
Lihat Benefit Lainnya

Image of Tempo

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
>
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus