Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Nusa

Bukan Hanya Soal Hujan

Banjir menimpa daerah kab. Nganjuk, Lumajang, Pasuruan dan Kab. Bangkalan. Dana tidak sebanding dengan banyaknya sungai yang harus dikendalikan oleh ditjen pengairan.(dh)

20 Januari 1979 | 00.00 WIB

Image of Tempo
Perbesar

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

RAMALAN Menteri Pekerjaan Umum Dr ir. Purnomosidi Hajisarosa agak jitu juga. Akhir Desember lalu sehabis melihat beberapa daerah di Sumatera yang dilanda banjir menteri mengatakan "giliran banjir selanjutnya adalah daerah pantai utara Pulau Jawa." Sampai pekan lalu hal itu sudah terbukti di propinsi Jawa Barat, Jawa Tengah dan Jawa Timur. Di samping Kalimantan Selatan dan Kalimantan Barat. Di Jawa bukti pertama muncul di Kabupaten Nganjuk, Jawa Timur. Tiga hari terakhir 1978 hujan memang lebat di sana. Pembantu Bupati Nganjuk di bekas Kewedanaan Lengkong, Masduki, mengaku sudah cemas ketika dalam dua hari hujan tidak berhenti. Penduduk di sekitar Sungai Widas katanya sudah diperingatkan untuk siap mengungsi. Tapi mereka tenang saja. Mereka biasa 'bermain' banjir setiap musim hujan. Tepat sekitar pergantian tahun air sungai melompati tanggul di dekat muara Sungai Widas. Esok paginya tanggul itu bobol. 'Untung banjir itu datang pagi hari. Coba kalau malam, kerugian akan lebih besar," kata pembantu Bupati Masduki. Banjir di Kabupaten Nganjuk kali ini lain daripada yang dianggap biasa oleh penduduk selama ini. Kerugian cukup terasa. Di samping seorang meninggal dunia dan 25 ribu orang terpaksa mengungsi. Nyaris 6000 hektar sawah rusak. Begitu pun 31 rumah dan sejumlah tanaman palawija di hampir 300 hektar kebun. Kerugian akibat banjir di Nganjuk lebih dari Rp 150 juta. Jauh leblh besar ketimbang angka kerugian akibat musibah serupa yang dialami beberapa kabupaten lain di propinsi yang sama hari-hari sebelumnya. Yakni Kabupaten Lumajang, 20 Desember, sebagai luapan sungai Besuk di Desa Sumberurip Kecamatan Pronojiwo. Lantas di Kabupaten Pasuruan, khususnya Kecamatan Bangil 3 hari sesudahnya. Juga di Tuban, Gresik, Bojonegoro, Jombang, Kediri dan Sidoarjo terjadi pada hari-hari sesudah itu. Kabupaten Bangkalan masih propinsi Jawa Timur juga kena musibah. 109 rumah rusak -- di antaranya 53 sampai ambruk sama sekali dan seorang penduduk luka-luka tertimpa -- karena angin puyuh. Kota Cirebon di Jawa Barat termasuk daerah yang langka mengalami musibah banjir. Soleh, seorang tua di Kampung Benda Kerep Lingkungan Kalijaga di kota ini bahkan mengatakan ia mengalami banjir di daerahnya 70 tahun lalu ketika ia masih berumur 8 tahun. Maka banjir hari Minggu pertama bulan ini dikatakannya sebagai banjir kedua yang dialaminya selama hidupnya sampai saat ini. Biaya, Biaya Adakah musibah banjir di beberapa tempat di Jawa bahkan di beberapa daurah di Indonesia bagian barat pada musim hujan sekali ini lebih hebat dari masa sebelumnya? Agaknya memang begitu. Namun lebih hebat atau tidak yang menyebabkan banjir tidak hanya soal hujan. Sekalipun curah hujan di bulan Januari ini misalnya dikatakan orang Pusat Meteorologi dan Geofisika di Jakarta memang di atas normal. Menurut pejabat di lembaga yang mengumpulkan dan enganalisa data cuaca tapi enggan disebut namanya itu "walau airnya cuma sedikit kalau selokannya tersumbat, banjir toh akan terjadi." Maka yang tentunya terpojok adalal orang-orang Departemen Pekerjaan Umum. Sebab hujan besar atau kecil ternyata juga tak jadi masalah. Toh urusan yang ditangani departemen ini sudah bukan kelas selokan melainkan kelas sungai. Dan tentang ini kembali masalahnya kepada soal biaya. "Pemerintah belum mempunyai dana yang cukup besar untuk menanggulangi banjir," kata Suprojo Kepala Bagian Umum Direktorat Jenderal Pengairan. Jelasnya, "dunia yang ada di Ditjen Pengairan selama 8ni relatif kecil dibanding dengan kebunlllan untuk pengamanan sungai tersebut," tambah Suprojo. Ada 1.200 sungai di Indonesia yall harus dikendalikan, sekitar 50 di antaranya ada di Jawa. Namun dengan biaya amat terbatas sudah mulai ditangani sugai-sungai Berantas, Bengawan Solo. Citanduy dan Cimanuk. Sebab daerah-daerah di sekitar sungai ini merupaka daerah intensif Bimas dan Inmas sert. padat penduduknya.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
Image of Tempo
Berlangganan Tempo+ untuk membaca cerita lengkapnyaSudah Berlangganan? Masuk di sini
  • Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
  • Akses penuh seluruh artikel Tempo+
  • Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
  • Fitur baca cepat di edisi Mingguan
  • Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo
Lihat Benefit Lainnya

Image of Tempo

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
>
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus