Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Nusa

Damarwulan Di Kawah Ijen

Adanya sarana jalan beraspal menuju kawah Ijen menimbulkan ramainya arus wisatawan asing maupun lokal. Bupati Bondowoso dan PJKA ingin mengembangkan obyek ini. (dh)

20 Januari 1979 | 00.00 WIB

Image of Tempo
Perbesar

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

SAYA sudah keliling obyek wisata di Indonesia. Ijen lah yang paling berkesan di hati saya. Kalau tidak diburu visa yang harnpir habis, berbulan-bulan pun saya betah di sini. Yang berkata begitu Ingrid Bergmarl, 40 tahun. Ia bukan bintang film Hollywood yang pernah terkenal. Ia salah seorang pelancong dari Eropa yang berkunjung ke kawah Gunung Ijen belum lama ini. Sebagai obyek wisata kawah gunung di Kabupaten Bondowoso belakangan ini memang ramai. Bukan karena Direktorat Jenderal Pariwisata sudah mencantumkannya sebagai salah satu obyek wisata dalam brosur-brosur. Tapi terutama karena separoh dari 56 Km jalan dari Kota Bondowoso ke tempat itu sekarang ini sudah beraspal. Sebelumnya jangankan pelancong asing, anak-anak pelajar sekolah menengah setempat yang biasa mencari tempat rekreasi pun segan melongoknya. Sekarang setiap bulan sekitar 250 orang pelancong asing menjenguk tempat itu. Di Ijen ada kawah yang entah mengapa lavanya nampak kering. Sehingga kawah itu membelintang bagai permadani hijau. Selanjutnya ada pemandian air panas dengan suhu sampai 48 derajat Celcius. Menurut cerita penduduk setempat konon itu peninggalan Damarwulan, tokoh cerita rakyat. Kawah Ijen terletak pada ketinggian 1650 meter di atas permukaan laut. Mungkin karena letak yang cukup tinggi itu maka sewaktu-waktu sering tampak memutih bak gunung salju. Udara pun di pagi hari bisa mencapai 0 derajat Celcius. Ada bunga-bungaan. Lantas prasasti dan patung-patung Budha yang kabarnya peninggalan Kerajaan Minak Jingga. PJKA Alhasil, "panoramanya sulit dicari duanya di Indonesia," ucap ir Hilman dari PT Perkebunan XXVI yang daerahnya meliputi sekitar gunung tersebut. Hilman tentu saja berkepentingan dengan datangnya pelancong ke sana. Karena dua di antara tiga bungalo yang sering digunakan orang menginap di sana adalah milik PTP XXVI, disewakan Rp 20 ribu sehari tiap bungalo. Kawah Ijen termasuk Desa Jampit yang berpenduduk seluruhnya sekitar 2000 orang. Jarak desa ini ke kawah sekitar 3 Km. Turis asing biasanya menginap di rumah penduduk. Selain karena ongkosnya lebih murah ketimbang di bungalo, juga katanya mereka jadi bisa lebih mengenal kehidupan penduduk. Pertengahan 1979 ini diharap jalan antara Bondowoso-Jampit seluruhnya sudah beraspal. Perusahaan Jawatan Kereta Api (malah bukan DAMRI) punya rencana mengoperasikan bis secara rutin dengan embel-embel nama proyek Wisata Murah. Bupati Soeardhi naga-naganya ada semangat juga untuk menggarapnya. Sekaligus memugar mitos-mitos Damarwulan dan Minakjingga. Juga mencari upaya agar bisa dibuatkan jalan antara kawah Ijen dengan pelabuhan Banyuwangi di Kabupaten Jember. Sebab lewat sanalah mungkin turis asing bisa lebih gampang ditarik. Banyuwangi kan pintu gerbang dari dan ke Bali.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
Image of Tempo
Berlangganan Tempo+ untuk membaca cerita lengkapnyaSudah Berlangganan? Masuk di sini
  • Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
  • Akses penuh seluruh artikel Tempo+
  • Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
  • Fitur baca cepat di edisi Mingguan
  • Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo
Lihat Benefit Lainnya

Image of Tempo

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
>
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus