Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
DELAPAN belas tahun lalu predi-kat ”anak bermasalah” dicapkan pada Adam Khoo. Dengan cap tersebut, remaja dari Singapu-ra- itu tumbuh menjadi priba-di yang tak percaya diri dan cenderung- su-sah bergaul. ”Itulah saya di usia 13 tahun. Remaja pembosan dan bermasa-lah,” kata Adam Khoo, seorang wira-usaha asal Singapura.
Kini, di usianya yang ke-31, cap itu lenyap tak berbekas. Khoo kini menjadi orang yang paling dicari bila seseorang ingin membangkitkan keyakinan diri dan mengembangkan kepribadian. Lewat- buku dan seminar yang selalu di-banjiri peminat, Khoo telah melatih 50 ri-bu profesional, pebisnis, pendidik, ma-ha-siswa, dan remaja dengan program be-lajar cepat, membangkitkan motivasi dan strategi kinerja puncak.
Ketenaran Khoo telah melampaui batas- negaranya. Ia kini menjadi jutawan muda dengan empat perusahaan besar di bidang periklanan, pengelola acara, pendidikan dan pelatihan bagi per-usa-ha-an multinasional dan invidual di seluruh Asia.
Kiatnya sederhana. ”Ternyata, motivasi untuk berubah itu hanya bisa di-bang-kit-kan dari diri sendiri,” ujarnya. Me-nu-rut Khoo, percaya diri adalah modal dasar yang harus dibangun anak-anak jika mau berubah—sesuatu yang pen-ting bagi anak baru gede (ABG) zaman sekarang, yang banyak dililit masalah. Contohnya krisis identitas, tak mampu- berkonsentrasi, sulit belajar, mudah me-nyerah, ancaman narkoba, dan gaya hi-dup bebas.
Kelihatannya mudah, tapi mengajak ABG ikut seminar untuk membangun kepercayaan diri jelas bukan hal yang gampang. Khoo mencari jalan masuk yang lebih cocok bagi anak-anak muda ini: menggelar program kemah remaja di Jakarta.
Program kemah seperti ini sebenar-nya bukan hal baru untuk para remaja. Kegiatannya banyak dilakukan di luar ruang (outdoor) atau di alam bebas. Materi umumnya adalah pengembangan kepribadian, mencintai alam, dan membangun kebersamaan.
Untuk kemah remaja ini, Khoo meng-ambil basis modul I Am Gifted, So Are You. Modul sekaligus salah satu buku larisnya itu diberikan selama empat hari tiga malam khusus untuk anak-anak re-maja ini. Orang tua silakan tunggu- di ru-mah. Dengan menggunakan metode Neuro Linguistic Programming- (NLP), Khoo melatih anak-anak itu men-dongkrak semangat dan keyakinan diri mere-ka.
NLP dikenal sebagai metode pengembangan diri yang sukses. Metode ini digagas pertama kali oleh Richard Bandler, seorang ahli matematika dan kompu-ter dari Universitas Santa Cruz, California; dan John Grinder, ahli linguistik tahun 1970-an. Dalam penelitian-nya, Bandler dan Grinder menemukan- penye-bab mengapa seseorang bisa sukses- sementara yang lain tidak. Penelitian itu akhirnya membuahkan model perilaku sukses yang bisa ditransfer orang-orang yang tidak sukses.
Peserta kemah yang berusia 9-18 tahun diajari pengembangan kepribadian, penguasaan diri, daya pikir, penguasa-an- cara belajar, dan hubungan sosial. Kendati baru pertama kali digelar di In-donesia, pesertanya lumayan banyak.- Dua bulan sebelum acara digelar, peserta yang mendaftar sudah membludak. Ma-lah ada yang mau masuk daftar -tung-gu. Padahal kemah yang digelar di se-buah hotel berbintang di Lido, Sukabumi, itu mematok ongkos tak sedikit, Rp 6,5 juta sampai Rp 7,8 juta per orang.
Kemah remaja dengan instruktur dari luar ini bukan satu-satunya di Jakarta. Ada pula SuperCamp. Program kemah ini jauh lebih dulu didirikan dibandingkan Khoo. Selama 25 tahun, program ini telah sukses dikenalkan di 50 negara bagian di AS dan 70 negara lain di dunia, termasuk Hong Kong, Singapura, Malaysia, Cina, dan Thailand. Di Indonesia, program ini baru digelar pertama kali pada 16-25 Juni 2006 mendatang.
SuperCamp adalah program yang di-kembangkan Bobbi de Porter setelah me-nemukan metode Quantum Learning- pada 1982. Metode ini bermula dari upaya Dr Georgi Lozanov, pendidik asal Bul-garia, yang bereksperimen dengan suggestiology. Prinsipnya, sugesti dinilai dapat dan pasti mempengaruhi hasil belajar. Metode ini kini juga digandrungi sebagai metode pembelajaran terbaik di sekolah-sekolah di Indonesia.
Berbeda dengan program liburan la-in, menurut Bobby Hartanto, Vice Pre-sident- Pelangi, lembaga penyelenggara SuperCamp di Indonesia, ada tiga ke-teram-pilan dasar yang diajarkan dalam perkemah-an itu, yaitu akademis, prestasi fisik, dan keterampilan hidup.
Selama 10 hari mengikuti perkemahan,- diharapkan terjadi banyak perubah-an.- Motivasi belajar meningkat, nilai bela-jar tinggi, lebih percaya diri, dan ke-te-rampilan belajar pun berkembang. Ada beberapa teknik yang digunakan, antara lain menciptakan ruang belajar yang kondusif guna membangun sugesti.
Contohnya memasang musik latar da-lam kelas, pelajar duduk nyaman, membuka ruang partisipasi individu, guru yang terlatih dan piawai memberikan- sugesti. Selain itu, dalam kemah juga di-ajarkan bagaimana berkomunikasi efektif, menjalin hubungan dengan orang lain, berlatih mendengarkan, memecahkan masalah, menjaga integritas dan ko-mitmen. Semua latihan keterampilan hi-dup ini dilakukan di alam terbuka.
Biaya yang dikenakan US$ 1.500 alias Rp 13,5 juta untuk tiap peserta. Ongkos ini, menurut Bobby, masih lebih murah ketimbang harga SuperCamp di luar negeri yang mencapai US$ 2.500 per orang dengan kualitas pelatihan yang sa-ma dengan di Indonesia.
Ada juga tawaran ikut kemah remaja yang digelar di Carolina Selatan, Amerika, tepatnya di kampus The Citadel Millitary College, Charleston. Menurut Ha-riji, Managing Director Gaido Edu, lem-baga konsultan pendidikan asing, Citadel adalah sebuah universitas swasta yang berbasis militer. ”Seperti West Point, hanya West itu milik pemerintah AS, sedangkan Citadel milik swasta,” kata Hariji.
Setiap liburan musim panas tiba, sekolah ini selalu menggelar kemah musim panas bagi para remaja. Pesertanya terbatas, hanya 25 orang dari berbagai nega-ra yang menghuni satu barak. Selama dua pekan, mereka dididik dengan disi-plin ketat dan diajari banyak hal, mulai dari pelatihan fisik sampai kepemimpin-an, ketaatan, dan kerapian.
Jauh sebelum ada kemah remaja yang digagas lembaga asing ini, beberapa per-usahaan dalam negeri juga telah membuka program serupa. Sebut saja PT Adventure Indonesia, yang setiap tahunnya menggelar kemah remaja di alam terbuka. Selain di sekitar Jakarta, program ini juga dilakukan ke luar daerah atau luar pulau seperti Yogyakarta dan Lombok.
Menurut Janno Tenjem, Product De-velopment PT Adventure, umumnya ke-mah- para remaja ini digelar menurut kebutuhan, tergantung umur, program, dan target yang dikehendaki. Program ini hanya bisa diikuti anak paling rendah berusia 9 tahun hingga 16 tahun. Bia-yanya? ”Untuk di Jawa Barat dengan 20 orang, rata-rata satu orang bisa dikenai Rp 950 ribu. Jumlah ini bisa berubah jika orangnya bertambah,” ujarnya.
Ide pendidikan di alam terbuka, me-nurut Enda Mulyanto, Direktur PT Pe-lopor Adventorir Campindo (PAC), sebe-narnya sudah dikenal sejak dahulu. Pe-nekanannya tak sekadar belajar tentang alam, tapi juga tentang lingkungan dan karakter manusia. ”Pada saat-saat kritis, biasanya sifat-sifat asli seseorang akan muncul, baik itu negatif maupun positif,” kata Enda.
Sejauh ini PAC melayani program pelatihan perkemahan yang ditujukan- bagi anak-anak secara individu, rom-bong-an, maupun keluarga. Dengan me-to-de learning adventure, anak-anak be-lajar mengenai alam dan ilmu pengetahuan. ”Bukan cuma biologi, tapi juga matematika atau fisika,” ujarnya.
Mereka juga belajar mengenai jenis ta-naman, hewan, juga bagaimana menge-lola kesuburan alam. Contoh sederhana- adalah bagaimana membuat humus. ”Da-ri cara membuat humus, anak-anak akan belajar biologi, matematika—karena harus berhitung—dan fisika,” kata En-da. Terlebih lagi, anak-anak menjadi belajar bagaimana bekerja sama secara kelompok, memiliki keyakinan diri dan motivasi.
Biasanya para pelatih menyusun program pelatihan sesuai dengan kebutuh-an pelanggannya. Bahkan, selain pelatihan petualangan, juga ada kemah pe-latihan yang digelar untuk keluarga. Topiknya pun berbeda-beda, misalnya kemah perencanaan keuangan yang di-ikuti seluruh keluarga.
Hanya, Enda tak berani mematok harga mahal untuk semua program yang di-tawarkan. Kemah remaja selama tiga hari di PAC, di kawasan Jatiluhur, dipatok sekitar Rp 600 ribu. Angka ini belum berubah sejak didirikan pada 1993.
Belajar di alam bebas setidaknya sejenak membebaskan anak-anak dari penjara sekolah.
Widiarsi Agustina
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
- Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
- Akses penuh seluruh artikel Tempo+
- Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
- Fitur baca cepat di edisi Mingguan
- Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo