GEDUNG Gelora Manahan di Sala 24 Januari malam lalu gemuruh
ketika Wakil Kepala Bakin Letjen Ali Murtopo mengatakan dia
membawa pesan pribadi dari Presiden: "Pak Harto baik sebagai
pribadi maupun sebagai Presiden telah memutuskan untuk memugar
makam Bung Karno." Warga PDI yang malam itu menghadiri HUT PDI
ke V juga menyambut pengumuman itu dengan teriakan: "Hidup Bung
Karno" dan "Hidup Pak Ali."
Menurut Ali Murtopo, Presiden bertekad melakukan pemugaran itu
sekali pun tahu tindakan itu tidak populer dan akan dikritik.
Kepada Koresponden TEMPO Hamid S. Darminto, Ali Murtopo
menjelaskan bahwa menurut rencana makam-makam di sekeliling Bung
Karno dan Ibundanya akan dipindahkan sehingga tinggal dua makam
saja Di situ akan dibangun masjid dan tempat penjaga. Makam Bung
Karno itu nantinya akan dilengkapi dengan nisan marmar besar
yang bertuliskan: "Penyambung Lidah Rakyat-Pemimpin Bangsa
Indonesia-Proklamator Indonesia-Bung Karno." Kapan pemugaran
dimulai? "Segeralah," jawab Ali Murtopo.
Belum terdengar kritik terhadap rencana itu. Malahan banyak yang
berpendapat rencana pemerintah itu tindakan yang saat ini
populer, seperti tercermin pada sambutan warga PDI. Sebuah hanan
ibukota yang tidak ikut diistirahatkan menyebutnya sebagai
"rencana yang mulia." Harian itu Benta Buana, beberapa hari
sebelumnya melaporkan keberatan pihak keluarga ung Karno atas
rencana pemugaran itu. Karena di samping mengingat surat wasiat
Bung Karno, pemugaran itu juga dianggap bertentangan dengan
agama Islam, yang melarang dibangunnya "cungkup" di atas makam
almarhum.
Cungkup
Tapi dalam tajuknya, harian itu menulis bahwa Bung Karno sebagai
pemimpin bangsa bukan hanya milik keluarganya, melainkan milik
seluruh bangsa Indonesia. "Dan pemerintah sebagai mandataris
kedaulatan rakyat dan bangsa Indonesia mempunyai wewenang untuk
melaksanakan pemugaran makam yang menjadi keinginan seluruh
masyarakat."
19 Desember 1977, Kepala Rumah Tangga Kepresidenan, Joop Ave
datang menyampaikan keputusan pemerintah kepada keluarga Bung
Karno: Rencana pemugaran juga dijelaskan. Menurut rencana itu,
makam Bung Karno akan dibuatkan cungkup (atap penutup). Pada
makam akan diletakkan sebuah batu marmer dengan teks. Dalam
kompleks makam akan dibangun: 1 monumen, 2 pintu gerbang, 1
mesjid, 1 pendopo/bangsal dan kemungkinan juga 1 bangunan untuk
juru-kunci.
Tapi, membenarkan laporan Buana, seorang putera Bung Karno
menjelaskan: "Pihak keluarga tidak setuju kalau makam itu
dipugar." Kata Guruh Sukarnoputera, yang baru pulang dari Mekah
naik haji pada Eddy Herwanto dari TEMPO, membuat "rumah-rumahan"
di atas makam tidak cocok dengan agama. Penghargaan pemerintah,
menurut Guruh, akan lebih memadai kalau me: nuruti permintaan
terakhir almarhum, dan "bukannya berbentuk fisik."
Apa maksudnya yang persis, belum jelas. Tapi putera tertua Bung
Karno, Guntur, dalam keterangannya kepada TEMPO menjelaskan
bahwa "Surat Wasiat Almarhum Bung Karno" ada beberapa variasi.
Pada garis besarnya, almarhum ingin dimakamkan di daerah
Priangan, di bawah sebatang pohon yang rindang dengan aliran
sungai di sekitarnya. Bung Karno juga ingin dimakamkan tanpa
batu nisan, tetapi ditandai dengan sebuah batu kali sederhana
dengan bertuliskan "Di sini beristirahat Bung Karno, Penyambung
Lidah Rakyat Indonesia." Sebelum dimakamkan, almarhum ingin agar
jenazahnya diselimuti dengan panji Islam Muhammadiah atau
panji-panji seluruh partai.
Jawaban resmi keluarga Bung Karno yang berisi keberatan mereka
atas rencana pemerintah menurut Guntur akansegera disampaikan
kepada pemerintah. Bagaimana kalau pemerintah terus akan
melaksanakan pemugaran itu, karena Bung Karno "bukan cuma milik
keluarga"? "Sebaiknya kita wait and see dulu," jawab Guntur.
Menteri Sekretaris Negara Sudarmono pekan lalu kepada pers
menyatakan harapannya agar mudah-mudahan keluarga Bung Karno
tidak keberatan atas rencana pemugaran ini. Guntur juga
membenarkan bahwa keluarganya mempunyai rencana untuk
memindahkan makam Bung Karno ke tempat lain, seperti yang
diminta almarhum dalam surat wasiatnya. Agaknya alasan inilah
yang menyebabkan keberatan mereka atas rencana pemugaran itu.
Karena dengan pemugaran itu, bisa dianggap makam Bung Karno di
desa Sentul Blitar itu akan merupakan makam yang permanen.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini