Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Politik

Mula-mula desas, kemudian desus

Radio australia dikabarkan menyiarkan adanya beberapa jenderal yang ditahan, al: kemal idris, h.r. dharsono, ali sadikin & surono. hal itu dibantah radio australia & ternyata bersumber dari radio asing lain. (nas)

4 Februari 1978 | 00.00 WIB

Image of Tempo
Perbesar

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

SEHARI setelah koran ibukota dilarang terbil sementara, produksi desas-desus mendadak meningkat. Tak kurang dari empat jenderal didesas-desuskan telah ditahan. Maka orangpun ramai bergunjing di seputar "penangkapan" itu di pesta koktil kedutaan, di pesta perkawinan, bahkan sampai arisan para Ibu. Beberapa perwakilan kantor berita asing di Jakarta tak ketinggalan dapat telepon dari sana-sini. Bukan cuma menanyakan perihal kabar angin itu, tapi malah kadang memberi info. "Sumbernya bukan orang sembarangan pula," kata seorang wartawan asing. Ghafur Fadyl dari kantor berita AP Jakarta juga merasa pusing mendapat info telepon yang bertubi-tubi. "Tapi semua itu tentu harus saya cek dulu," katanya. Para wartawan--termasuk yang korannya dilarang terbit sementara - kontan menanyakan kepada Kas Kopkamtib Sudomo selepas pelantikan KASAD di Istana Negara pekan lalu. Sudomo, yang sudah tak lagi kelihatan tegang, dan kembali gemar berkelakar dengan para wartawan, memberi penjelasan. "Begini. Setelah ada tindakan dari pemerintah, desas-desus memang meningkat," katanya. Bahkan ada desas-desus tentang siapa yang melontarkan desas-desus. Dikabarkan: Radio Australia yang menyiarkan adanya beberapa jenderal yang ditahan. Misalnya Letjen Kemal Idris, HR Dharsono, bekas Gubernur Ali Sadikin sampai Jenderal Surono.... Semua itu tegas dibantah oleh Kas Kopkamtib. Bantahan itu memang perlu cepat dikeluarkan. Sebab kalau tidak masyarakat akan bingung melihat Ali Sadikin masih menonton pertandingan sepakbola final kejuaraan PSSI di Senayan malam Minggu lalu. Sementara Dharsono masih berkantor di Pejambon (lihat: Ternyata Tak Dipecat 'Kan?), jenderal Surono dengan stelan jas biru tua bergaris putih, bersama isteri tampak hadir dalam resepsi Hari Australia di rumah kediaman Dutabesar Richard Woolcott di Jl. Teuku Umar, Jakarta pekan lalu. Sedang Kemal Idris, bekas Panglima Kostrad dan bekas Dubes RI di Yugoslavia yang Pebruari ini sudah akan dipensiun, beberapa hari lalu masih bekerja di kantornya di Jl. Melawai, Kebayoran Baru. Ia sejak tahun lalu jadi Dir-Ut perusahaan Griya Wisata Hotel. "Lebih enak begini," katanya. Tapi mengapa lagi-lagi Radio Australia yang dianggap sebagai penyiar desas-desus itu? Allan Morris, Kepala Seksi Siaran Bahasa Indonesia Radio Australia, kepada TEMPO pekan lalu menyatakan bahwa radionya tak pernah merasa menyiarkan berita itu. Sebuah sumber di Hankam, setelah mengecek, juga membenarkan siaran tentang ditahannya beberapa jenderal bukan dari Radio Australia. Tapi disebutkan sumbernya memang berasal dari salah satu radio asing. Sumber itu tak menyebutkan apakah siaran itu dari Suara Amerika, BBC atau Hilversum. "Pokoknya ada," katanya. Gempa di Palu Sebagai pencari berita, Radio Australia bukan pertama kalinya menjadi korban desas-desus. Barangkali karena siarannya punya banyak penggemar di Indonesia. Sebulan lalu radio yang berpusat di Melbourne itu juga disebutkan telah menyiarkan berita gempa di Palu hingga membuat penduduk jadi panik mengungsi. Gubernur Sulawesi Tengah konon sampai menelpon Menteri Perhubungan Emil Salim menanyakan ihwal ramalan gempa yang katanya akan datang 29 Desember lalu. Tapi setelah dicek ternyata pihak Radio Australia di sini jadi kaget, karena merasa tak pernah membuat siaran begitu. Radio Australia memang bisa lebih cepat menyiarkan berita dibanding media koran. Berita tentang ditahannya 143 mahasiswa dan 10 orang di luar kampus sudah mengudara di hari yang sama ketika Sudomo memberi keterangan tentang itu. Sudomo yang rnemberi keterangan selepas pelantikan KASAD Letjen Widodo, menyatakan masih ada 10 mahasiswa yang belum ditahan. Diperkirakan yang ditahan itu umumnya berasal dari kampus di Jawa. Di Jakarta misalnya drs Arief Rachman Pembantu Rektor III IKIP Jakarta, seperti dinyatakan Sudomo di Istana Negara hari itu juga, termasuk salah satu unsur kampus yang ditahan. Gelombang penahanan itu rupanya tak terbatas pada mahasiswa dan unsur kampus. Tapi, seperti kata Sudomo, ada 15 orang non kampus yang sudah ditangkap. "Saya perkirakan mereka ada hubungannya dengan gerakan mahasiswa ini," katanya. Gerakan penangkapan itu menurut Sudomo dilakukan untuk mencegah timbulnya peristiwa seperti Malari dulu. "Mereka itu sudah merencanakan mau meledakkan gerakan pada 21 Januari dengan mengerahkan pelajar SLP-SLA," kata Sudomo. Dalam pemeriksaan yang sekarang tengah berlangsung, Sudomo berjanji akan melepaskan para tertuduh itu kalau terbukti tak bersalah.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
Image of Tempo
Berlangganan Tempo+ untuk membaca cerita lengkapnyaSudah Berlangganan? Masuk di sini
  • Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
  • Akses penuh seluruh artikel Tempo+
  • Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
  • Fitur baca cepat di edisi Mingguan
  • Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo
Lihat Benefit Lainnya

Image of Tempo

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
>
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus