Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
OESMAN Sapta Odang naik pitam pada malam silaturahmi itu. Pengusaha dan anggota terpilih Dewan Perwakilan Daerah dari Kalimantan Barat ini mendamprat I Kadek Arimbawa-koleganya dari Bali-dan Oni Suwarman dari Jawa Barat dalam acara di Hotel Ritz-Carlton, Jakarta Selatan, pada Sabtu malam akhir Agustus lalu.
Penyebabnya, Kadek dan Oni memberi kesempatan pidato kepada Irman Gusman, Ketua DPD 2009-2014 yang terpilih kembali. Padahal acara di lantai dua hotel itu diadakan untuk menggalang dukungan bagi Oesman buat menempati kursi ketua periode lima tahun ke depan. Oesman menuduh keduanya menyusupkan agenda Irman, yang ingin mempertahankan kursinya. "Tidak mungkin ada dua matahari," kata Kadek menirukan ucapan Oesman, Jumat pekan lalu.
Oesman mengaku kesal kepada Kadek dan Oni, tapi bukan lantaran pidato Irman. "Secara etika memang itu acara saya," ujarnya di kantornya di Jakarta Pusat, Kamis pekan lalu.
Menurut Kadek, sebelum "silaturahmi"-atau sebenarnya "penggalangan dukungan"-tim sukses Oesman melaksanakan rapat di restoran Ritz-Carlton pada 30 Agustus pagi. Hadir Oesman dan sejumlah pendukungnya, termasuk Kadek. Di hotel itu memang sedang berlangsung acara pembekalan bagi 132 anggota DPD periode 2014-2019. Tim pun sepakat membuat "panggung" untuk Oesman, yang akan tampil sebagai pembicara tunggal.
Oesman mengaku didorong sejumlah koleganya, seperti Kadek dan Bahar Ngitung dari Sulawesi Selatan, agar memimpin DPD. Kadek dan Bahar adalah anggota DPD periode 2009-2014. Sedangkan Oesman merupakan Wakil Ketua Majelis Permusyawaratan Rakyat 1999-2004 dari Fraksi Utusan Daerah. Ada pelobi pro-Oesman lainnya, seperti Intsiawati Iyus dari Riau, Baiq Diah Ratu Ganefi dari Nusa Tenggara Barat, Matheus Stefi Pasimanjeku dari Maluku Utara, dan Edison Lambe, yang mewakili Papua.
Mereka pula yang mengumpulkan peserta pembekalan lain untuk mengikuti acara kampanye Oesman. "Kami bukan tim sukses, hanya mitra koalisi," ucap Intsiawati, Rabu pekan lalu. Perempuan ini terus terang ingin didukung balik oleh Oesman agar menjadi Wakil Ketua DPD.
Acara silaturahmi berawal dengan lancar. Kadek dan Oni sebagai pemandu acara mempersilakan pengusaha pemilik OSO Group itu berbicara menyampaikan visi-misinya. Setelah Oesman turun, keduanya malah meminta Irman memberi sambutan.
Irman, yang mengikuti konvensi presiden Partai Demokrat 2014, langsung beraksi. Pengalaman sebagai Ketua DPD serta tekad memimpin kembali lembaga perwakilan provinsi itu pun diungkapkan. "Saya hanya ingin mencairkan suasana, tak ada maksud lain," ujar Kadek, yang juga anggota DPD 2009-2014.
Tokoh lain yang berlaga adalah Letnan Jenderal Purnawirawan Nono Sampono dari Provinsi Maluku, Gusti Kanjeng Ratu Hemas dari Yogyakarta, Andi Mappetahang Fatwa dari Jakarta, Ahmad Muqowwan dari Jawa Tengah, dan Farouq Muhammad dari Nusa Tenggara Barat.
Nono dan Fatwa juga menunggangi acara pembekalan. Bahkan Nono mengadakan acara penggalangan pada 29 Agustus lewat makan malam bersama di restoran lantai satu. Dia pernah berlaga sebagai calon Wakil Gubernur Jakarta bersama calon gubernur Alex Noerdin, pada 2012. Nono mengumpulkan peserta lewat surat undangan. Namun Komandan Pasukan Pengamanan Presiden pada masa Presiden Megawati Soekarnoputri 2001-2004 ini membantah jika ajang tersebut dianggap sebagai lobi politik. "Hanya acara biasa," katanya.
Pada hari terakhir pembekalan, giliran Fatwa tampil. Wakil Ketua MPR 2004-2009 ini membungkus lobi politiknya dengan mengadakan bedah buku karyanya. Visi-misi disematkan kepada undangan. "Saya memang berkeinginan maju menjadi Ketua DPD," ujarnya Senin pekan lalu.
Persaingan memperebutkan posisi RI-7-kode yang merujuk pada pelat nomor mobil dinas Ketua DPD-bahkan sudah dimulai sebelum acara pembekalan. Dua pekan sebelumnya, Oesman dua kali mengundang para anggota DPD terpilih, yakni ke acara halalbihalal di Pontianak pada 8 Agustus dan perayaan ulang tahun Oesman yang ke-64 di Hotel Stone miliknya di Legian, Bali, pada 18 Agustus.
Hadir para tokoh, seperti Aceng Holik Munawar Fikri dari Jawa Barat, yang juga mantan Bupati Garut; Hanna Hasanah (Gorontalo), istri mantan Gubernur Gorontalo dan tokoh Partai Golkar, Fadel Muhammad; serta Anak Agung Oka Rahmadi (Bali), yang juga Ketua Partai Demokrasi Indonesia Perjuangan Bali. "Itu acara santai, kok. Buktinya, masyarakat umum juga diundang," ucap Oesman.
Menurut Intsiawati, tiket pesawat pulang-pergi dan sewa kamar di Bali ditanggung Oesman. Dia juga mengaku pernah menumpang jet pribadi Oesman bulan lalu gara-gara kehabisan tiket pesawat Medan-Jakarta. Seorang anggota DPD yang hadir pun mengaku diberi uang saku. Oesman membantah bagi-bagi duit. "Saya justru menolak ada politik uang," ujarnya. Oesman pun menyatakan hanya kebetulan bisa membantu Intsiawati.
Nono berkali-kali mengumpulkan sejumlah anggota DPD di Hotel Borobudur, Jakarta. Namun anggota Dewan Pertimbangan Partai NasDem ini mengatakan acara itu bukan konsolidasi politik. Fatwa juga beberapa kali menggelar bedah buku. Salah satu pendiri Partai Amanat Nasional ini acap pula mengirim program kerja kepada anggota DPD.
Lain lagi strategi Irman. Dia menelepon para anggota DPD terpilih, misalnya Asmawati (Sumatera Selatan), istri Ketua Dewan Perwakilan Rakyat Marzuki Alie. Irman pun sepakat mendukung Asmawati menjadi Wakil Ketua MPR. "Marzuki pernah menelepon saya," katanya. Irman juga dua kali mengundang anggota DPD ke rumah dinasnya di Jalan Denpasar, Jakarta Selatan, bulan lalu.
Muhammad Afnan Hadikusumo, anggota DPD 2009-2014 dari Yogyakarta, memutuskan tak menghadiri undangan Irman dengan alasan menjaga netralitas. Maklum, dia Ketua Panitia Khusus Tata Tertib DPD. Tapi Irman mengaku tak pernah menyebarkan undangan. "Saya baru berencana mengadakan pertemuan," ujarnya. Agenda Irman rencananya disisipkan di sela acara pembekalan lanjutan di Hotel Borobudur pada 23-26 September ini.
Wakil Ketua DPD Ratu Hemas menggunakan rumah dinas di Jalan Denpasar untuk menggalang dukungan. Permaisuri Sri Sultan Hamengku Buwono X ini juga mengadakan silaturahmi anggota DPD terpilih di sela diskusi DPD di Hotel Novotel, Tangerang, pada 28 Agustus lalu. Hemas bahkan sudah memiliki tim sukses. "Saya menggelar diskusi karena ke depan tantangan DPD kian berat," katanya.
Menurut Afnan, lobi politik itu lumrah saja. Toh, penentuan pemenangnya di tangan 132 anggota DPD. Pemilihan pemimpin dijadwalkan digelar pada 2 Oktober, sehari setelah pelantikan mereka. Sesuai dengan tata tertib, setiap anggota akan memilih tiga nama. Peraih suara terbanyak menjadi ketua, sedangkan peringkat kedua dan ketiga sebagai wakil ketua.
Rusman Paraqbueq
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
- Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
- Akses penuh seluruh artikel Tempo+
- Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
- Fitur baca cepat di edisi Mingguan
- Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo