Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
TEMPO.CO, Jakarta - Direktorat Surveilans dan Kekarantinaan Kesehatan Kementerian Kesehatan (Kemenkes) menemukan ada satu orang warga Indonesia yang terkonfirmasi menderita cacar monyet. Temuan kasus itu dilaporkan pada 14 Oktober 2023 setelah pasien asal DKI Jakarta itu menjalani serangkaian tes.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Untuk mencegah penularan, dosen Program Studi Kedokteran Hewan Fakultas Kedokteran Universitas Padjadjaran (Unpad) Ita Krissanti mengimbau masyarakat untuk menerapkan pola hidup bersih dan sehat (PHBS) serta rajin mencuci tangan menggunakan air dan sabun. "Untuk pencegahan, terapkan PHBS serta mencuci tangan dengan air dan sabun," kata dia, Rabu, 18 Oktober 2023.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Sebab, Ita menjelaskan cacar monyet atau monkeypox merupakan penyakit yang disebabkan virus genus orthopoxvirus dan bersifat zoonosis atau menular dari hewan ke manusia. Namun saat ini, transmisi penyebarannya banyak dilaporkan terjadi dari manusia ke manusia serta menyerang semua usia.
"Infeksi virus Monkeypox dapat menyerang semua usia, namun kasus kejadian infeksi pada manusia banyak dilaporkan terjadi pada usia muda dan produktif," kata Ita.
Karena itu, menurut Ita, penting bagi setiap orang untuk menjaga kebersihan dan kesehatannya untuk terhindar dari penularan virus. Terlebih, cacar monyet dapat menular antarmanusia melalui kontak langsung dengan orang yang terinfeksi atau menyentuh benda-benda yang digunakan oleh orang yang terinfeksi.
"Hindari kontak dengan orang yang sedang menderita cacar monyet, terapkan PHBS dan mencuci tangan dengan air dan sabun," kata Ita.
Selain itu, penyakit virus ini bisa dicegah dengan mengkonsumsi daging yang sudah dipastikan matang sempurna. "Hindari mengkonsumsi daging mentah dan tidak dimasak sampai matang," kata Ita.
Risiko kematian penderita
Kepala Pusat Riset Kedokteran Preklinis dan Klinis Badan Riset dan Inovasi Nasional atau BRIN Harimat Hendarwan mengatakan risiko kematian yang akan dihadapi oleh penderita yang terinfeksi, yakni sebesar 0,1-10 persen. "Karena kalau dari saya liat referensi itu 0,1-10 persen fatality rate (tingkat kematian)," kata dia.
Menurut Harimat, virus ini bisa menyebabkan gejala serius bagi kelompok anak-anak, ibu hamil, serta orang-orang yang memiliki daya tahan tubuh yang lemah. Masa inkubasi yang akan dilewati penderita sebelum mengalami gejala infeksi yakni selama 1-21 hari. Gejala yang muncul antara lain ruam pada kulit, demam, nyeri otot, nyeri menelan serta pembengkakan pada kelenjar getah bening.
Mengenai penanganan penyakit ini, Harimat mengatakan tidak ada perlakuan khusus. Metode pengobatan yang dilakukan berupa bantuan untuk memperkuat daya tahan tubuh serta meredakan nyeri akibat infeksi.
"Kalau secara umum pengobatannya biasanya untuk 'pain'-nya (nyeri) saja dan juga supporting (memperkuat) daya tahan tubuh," kata Harimat.
Pilihan Editor: CDC Serukan Para Dokter Siaga Cacar Monyet Mewabah Lagi