Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
TEMPO.CO, Jakarta - Insan tuli dapat mengikuti diskusi online yang kini ramai dilakukan selama pandemi Covid-19. Idealnya memang ada juru bahasa isyarat yang mengalihbahasakan apa yang disampaikan pembicara kepada peserta webinar.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Komposisi yang sesuai adalah satu juru bahasa isyarat menginterpretasikan kepada tujuh insan tuli. Namun yang terjadi, diskusi online kerap diikuti oleh puluhan insan tuli dengan seorang juru bahasa isyarat. Kondisi ini membuat juru bahasa isyarat kewalahan karena begitu banyak informasi yang harus disampaikan dalam satu waktu.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Direktur Eksekutif Deaf Hearing Communication Center, Neil McDevitt mengatakan insan tuli dapat memahami diskusi online dengan membaca gerak bibir. Hanya saja, aplikasi meeting online, seperti Zoom dan Google Meet belum cukup informatif dan jernih menampilkan gerak bibir seseorang yang sedang bicara.
"Pada kedua aplikasi tersebut memang ada teknologi keterangan otomatis yang menerjemahkan gerak bibir ke dalam tulisan, namun semuanya tidak akurat dan tata bahasanya berantakan," ujar Neil McDevitt seperti yang dikutip dari Daily Mail, Senin 12 Juli 2020.
Layanan keterangan otomatis untuk insan tuli juga tersedia di aplikasi Slack. Peranti lunak ini sudah populer di kalangan tuli dan pengguna American atau British Sign Language, sejak dua tahun lalu.
Hanya saja, McDevitt kembali memberikan catatan, yakni tidak semua teks yang dibaca aplikasi pembaca gerak bibir atau suara dapat diterjemahkan secara tepat. Hanya 30 persen kata dalam bahasa Inggris yang dapat diucapkan secara jelas melalui gerak bibir.
Menurut Neil McDevitt, bagi insan tuli yang paling tepat tetap menggunakan juru bahasa isyarat.
TECHNICAL | DAILY MAIL