Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
TEMPO.CO, Jakarta - Alissa Wahid, putri mendiang Presiden keempat Indonesia, Abdurrahman Wahid atau Gus Dur, memberikan sejumlah catatan mengenai Pemberlakuan Pembatasan Kegiatan Masyarakat atau PPKM.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
“Setidaknya kami lihat ada langkah patut diapresiasi terutama PPKM Jawa Bali, tapi ternyata yang ditetapkan PPKM Jawa Bali belum sepenuhnya bisa membuat pandemi ini turun atau melandai,” kata Alissa dalam diskusi Rapor Masyarakat untuk PPKM Level 4, Kamis, 5 Juni 2021.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Alissa mengungkapkan, meski perkembangan PPKM Jawa Bali sudah membaik, namun ada persoalan cukup menyedihkan di luar Jawa Bali. Apalagi, fasilitas layanan kesehatan di luar Jawa Bali masih di bawah kondisi Jawa Bali.
Dalam catatannya, Alissa menuturkan tingkat kematian akibat Covid-19 di Indonesia tertinggi kedua setelah India, dengan 100 ribu orang. Meski angka tersebut resmi dari pemerintah, Alissa menilai masih ada persoalan konsolidasi data, tata cara pelaporan, standar pelaporan, bahkan keterbukaan data itu sendiri.
“Apakah 100 ribu betul-betul data yang bisa kita terima atau kita masih minta pemerintah memperbaiki data,” ujarnya.
Di sisi lain, kata Alissa, masih banyak pasien Covid-19 yang melakukan isolasi mandiri namun tidak terdaftar. Mereka memilih berdiam diri di rumah atau sudah melapor ke Puskesmas namun tidak ditindaklanjuti.
Selain itu, Alissa juga menemukan bahwa angka kematian sangat tinggi terjadi di desa. Sekitar 30-50 orang bisa meninggal dalam sehari. Namun, kebanyakan dari orang desa tersebut enggan mengakui sakit Covid-19.
“Kalau ini sudah terjadi di tingkat desa berarti problem lebih sistemik,” kata dia.
Alissa Wahid juga menyoroti jaminan perlindungan sosial yang masih belum memadai. Akibatnya, banyak pekerja sektor informasi yang mengandalkan penghasilan harian dan tetap beraktivitas di luar rumah.