Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
MINGGU pagi dua pekan lalu, Waduk Jatiluhur di Purwakarta, Jawa Barat, berubah jadi hijau. Selain karena ada ribuan batang bibit tanaman yang siap ditanam dalam perayaan Hari Menanam Pohon pagi itu, lantaran kehadiran para pejabat teras dan elite politik yang seragam berkaus hijau hijau. Di bawah tenda besar, para menteri, pemimpin partai, dan konglomerat berkumpul sambil ngobrol ngalor ngidul, menunggu sang empunya acara, Presiden Susilo Bambang Yudhoyono, tiba.
Setengah jam sebelum kedatangan Yudhoyono, staf khusus Presiden bidang hukum, Denny Indrayana, merapat ke tenda utama. Jam menunjukkan pukul 09.30. Dia lalu bergegas menuju kursinya melewati deretan ketua umum pelbagai partai politik. Satu demi satu, ia menyalami politikus yang hadir. Sesekali dia berhenti untuk menjawab sapaan. Ketika dia tiba di kursi Ketua Umum Partai Golkar Aburizal Bakrie, langkahnya terhenti.
”Anda ini, ya, yang mengarahkan kasus Gayus ini keranah politik,” kata Aburizal, dengan nada keras, di hadapan Denny. Ketua Umum Partai Demokrat Anas Urbaningrum, Presiden Partai Keadilan Sejahtera Luthfi Hasan Ishaaq, dan Ketua Umum Partai Gerindra Suhardi, yang duduk di samping Aburizal, terbengong bengong. Sejumlah hadirin yang ada di dekat keduanya juga sempat menengok ketika cekcok bermula. ”Keduanya berdiri berhadapan dan kelihatan tegang,” kata seorang politikus yang hadir pagi itu.
Denny tampak terenyak didamprat di muka umum. Namun Aburizal tak peduli. Dia mengancam akan melakukan upaya politik untuk memastikan kepentingan dia dan partainya tak terganggu. ”Kalau Anda terus menggiring ke wilayah politik, Anda juga akan saya selesaikan secara politik,” kata Aburizal, seperti didengar mereka yang hadir.
Sesekali Denny berusaha menjelaskan duduk perkara dari sudut pandangnya, tapi Aburizal sepertinya tak mau mendengar. Perdebatan keduanya baru terhenti ketika rombongan Presiden tiba di lokasi. ”Setelah 10 menit, perbincangan keduanya terputus karena SBY datang,” kata sumber Tempo yang ada di dekat keduanya.
Juru bicara Aburizal, Lalu Mara Satriawangsa, membantah bosnya disebut memarahi Denny. ”Itu hanya diskusi biasa, kok,” katanya. Denny sendiri juga mengaku tak dilabrak. ”Biasa saja, santai,” katanya ringan.
Bagaimanapun, obrolan ”panas” Aburizal Denny ini mengungkap sesuatu yang sudah lama menjadi pergunjingan politik: ada perseteruan diam diam antara Aburizal Bakrie dan orang orang di sekeliling Yudhoyono. Partai Golkar, yang merasa terdesak dalam kasus mafia peradilan Gayus Halomoan Tambunan, membuat friksi itu makin menyeruak.
Kegusaran Aburizal Bakrie bersumber dari beredarnya informasi tentang pertemuan antara dia dan Gayus Tambunan di sela pertandingan tenis Commonwealth Bank Tournament of Champions, di Nusa Dua, Bali, awal November lalu. Kabar ini merebak setelah berita tentang Gayus menghilang dari Rumah Tahanan Brimob, Kelapa Dua, Depok, dilansir berbagai media. Kebetulan, ketika Gayus tertangkap kamera wartawan dengan wig kebesaran dan kacamata, Aburizal dan keluarganya juga ada di Bali, menonton turnamen yang sama.
Meski sudah bolak balik dibantah, kabar mengenai rapat Gayus Bakrie di Bali itu tak kunjung surut. ”Kami sakit hati difitnah seperti ini,” kata juru bicara Aburizal Bakrie, Lalu Mara Satriawangsa, saat ditemui di kantornya, Wisma Bakrie II, Kuningan, Jakarta, pekan lalu. ”Barang yang tidak ada kok diada adakan.”
Kubu Aburizal menyusun serangan balik. Dua pekan lalu, mereka mengadukan lima media ke Dewan Pers. Media itu dituduh menyebarkan berita bohong tentang pertemuan Bakrie Gayus.
Kubu Bakrie juga sibuk mencari target serangan balik. Sebelum ”menyerang” Denny Indrayana, dua pekan lalu politikus Beringin membidik staf khusus Wakil Presiden, Yopie Hidayat. ”Saya mendapat info dari sumber tepercaya bahwa dialah yang pertama kali menyebarkan isu pertemuan Gayus Bakrie di media massa,” kata Lalu Mara.
Tanpa ba bi bu, dia langsung menyebarkan kabar tentang peran Yopie ini ke sejumlah media. ”Karena saya tidak mau lempar batu sembunyi tangan, saya persilakan Yopie mengadukan saya ke polisi,” katanya. Yopie, yang dihubungi pekan lalu, membantah. ”Itu tidak benar. Tudingan itu tidak punya dasar,” katanya. ”Saya tidak pernah punya persoalan dengan Gayus dan Aburizal Bakrie.”
Di DPR, anak buah Aburizal juga bergerilya. Sepekan terakhir, sejumlah anggota Komisi Hukum dari Fraksi Golkar terus menggalang dukungan untuk pembubaran Satgas Pemberantasan Mafia Hukum. Menurut mereka, Satgas hanya mengganggu upaya polisi dan jaksa dalam penyidikan kasus Gayus. ”Satgas ini alat negara, alat pemerintah, atau alat siapa?” kata Wakil Ketua DPR dari Fraksi Golkar, Priyo Budi Santoso.
Apa sebenarnya yang membuat Golkar begitu belingsatan menghadapi perkembangan kasus Gayus? ”Ada perbedaan perlakuan aparat hukum dalam kasus Gayus dibanding pada kasus Bank Century,” kata Bambang Soesatyo, anggota Komisi Hukum DPR dari Golkar. Dia menuding polisi, jaksa, dan Komisi Pemberantasan Korupsi punya motif lain dalam pengusutan kasus penyuapan Gayus.
Motifnya, kata Bambang, apa lagi kalau bukan menggerus popularitas politik Aburizal Bakrie. Jika kasus Century ditutup, sementara kasus suap dari tiga perusahaan Bakrie ke Gayus berlanjut ke meja hijau, dampaknya pada peluang politik Aburizal di pemilihan presiden 2014 memang tak bisa dianggap enteng. ”Pemilu masih jauh, tapi ketua umum kami sudah mau dibusukkan,” kata Wakil Bendahara DPP Partai Golkar ini.
Istana membantah tudingan ini. Satuan Tugas Pemberantasan Mafia Hukum sampai harus menggelar konferensi pers khusus, Kamis pekan lalu. Ketua Satgas Kuntoro Mangkusubroto, didampingi tiga anggotanya, Denny Indrayana, Irjen Herman Effendy, dan Mas Achmad Santosa, merasa perlu mengklarifikasi tudingan Aburizal dan politikus Golkar terhadap mereka.
”Satgas tidak pernah berinisiatif menyebutkan perusahaan wajib pajak yang terkait kasus Gayus,” kata Kuntoro. Penyebutan tiga perusahaan Bakrie—Bumi Resources, Kaltim Prima Coal, dan Arutmin—dalam persidangan kasus Gayus, awal November lalu, menurut Kuntoro, berdasarkan pengakuan Gayus sendiri. ”Hal yang sama disampaikan Gayus ketika ditangkap di Singapura dan di hadapan penyidik polisi.”
Sepekan sebelumnya, Partai Demokrat juga berusaha menenangkan Beringin. Ketua Umum Demokrat Anas Urbaningrum mendadak makan siang dengan Aburizal di Hotel Sahid, Jakarta, Kamis dua pekan lalu. ”Ini pertemuan di antara keluarga koalisi,” kata Anas. ”Demokrat dan Golkar tidak boleh berpisah,” katanya.
Sumber Tempo di Istana menilai ribut ribut ini sebenarnya hanya permainan isu. Politikus Beringin bereaksi karena dipojokkan dalam kasus suap Gayus. ”Mereka merasa semua ini dirancang dari Istana sebagai balas dendam atas perlakuan Golkar dalam kasus Century,” katanya. ”Padahal tidak sama sekali”.
Wahyu Dhyatmika, Eko Ari Wibowo (Jakarta), Bunga Manggiasih (Jatiluhur)
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
- Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
- Akses penuh seluruh artikel Tempo+
- Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
- Fitur baca cepat di edisi Mingguan
- Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo