Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Sosial

Children of god, cory?

Children of god melakukan protes bernada keras di filipina. berkembang sejak 1975 dengan penganut 11 ribu orang. kardinal sin mengecam kelompok itu menyebarkan ajaran asing yang sangat berbahaya.

2 Mei 1987 | 00.00 WIB

Image of Tempo
Perbesar

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

PERNAH melihat Kardinal Sin dalam karikatur? Kali ini, petinggi Gereja Katolik Filipina yang bermuka bulat itu digambarkan sedang memimpin khalayak yang marah, ramai-ramai mengejar satu keluarga. "Keluarga ideal" itu tentunya mewakili Children of God - kelompok "agama seks" dari Amerika yang di tahun 1984 dilarang di Indonesia. Gambar itu dibikin pihak COG, dan mereka sebarkan di sana bersama siaran pers bernada keras beberapa waktu yang lalu. COG melakukan protes di negeri Cory Aquino yang bebas itu. Sebelumnya, Jaime Kardmal Sin memang menyatakan kelompok itu menyebarkan "ajaran asing yang sangat berbahaya bagi rakyat". Katanya, paham mereka itu merusakkan martabat manusia "karena mengajarkan kebebasan seks, seperti prostitusi, lesbianisme, atau tukar-menukar istri". Kardinal lalu menuturkan - dalam satu acara bersama para pengusaha - pertemuannya dengan dua "pendeta" COG, yang diberinya nasihat begini: "Kalau Anda memang mau membantu pemerintah Filipina, jangan merusakkan moral para pemuda kami." Boleh dikatakan, heboh itu dimulai oleh tindakan Departemen Pendidikan, Kebudayaan, dan Olah Raga, mengiringi suara-suara kecaman kepada kelompok yang suka memutuskan hubungan para warganya dengan gereja itu. Melalui sekretarisnya, akhir Maret kemarin Departemen melarang orang-orang COG memasuki kampus, terutama setelah ditemukannya kegiatan kelompok itu di kalangan mahasiswa di Marikina, Manila. Bahkan tindakan yang sama juga diambil pihak militer untuk kamp-kamp mereka. Kelihatannya kuat juga, aliran yang diajarkan David Brand Berg di awal 1970-an itu. Di Indonesia, tiga tahun yang lalu, jumlah warga pribumi yang bisa ditarik para "misionaris" asing Ini diperkirakan hanya seribuan orang (di Jakarta, Bandung, Semarang, Yogya, Purwokerto, Banjarmasin, Surabaya, Surakarta, dan mereka berpindah-pindah) sedang di Filipina - dengan jumlah penduduk sepertiga penduduk kita, dan 87%-nya beragama Katolik - para COG-wan mencapai 11.000 orang. Tapi itu menurut pengakuan Peter Prionel, tokoh puncaknya di sana, dalam satu konperensi pers di awal April. Tapi setidak-tidaknya, sejak COG diperkenalkan di Filipina 12 tahun yang lalu, kota-kota seperti Baguio, Naga, Laog, Cebu, Zamboanga, Cagaya de Oro, di samping Manila, termasuk menjadi tempat tumbuhnya. Apa boleh buat. "Kita 'kan sudah biasa memakai seks sebagai alat promosi. Apa salahnya kita menggunakannya sebagai alat mengajak orang kepada Yesus?" kata Angle York, perempuan pribumi. Cewek lain, yang mengaku bekerja di Makati, menyatakan tindakannya meninggalkan keluarga, meninggalkan teman dan semuanya untuk bergabung dan mengabdi kepada Tuhan, katanya, "adalah kehendak kami sendiri. Tidak dipaksa." Almario Gernino, pemuda Filipina yang bergabung sejak 1984, sudah mengorbankan seluruh kekayaannya - rumah, mobil, semua tabungan - untuk kehidupan komunal itu. Saksi lain, yang bergabung sejak Januari 1985 dan keluar persis setahun sesudahnya boleh menceritakan proses pemelukan seorang calon anggota. Pertama kali, katanya, ia tertarik oleh acara Music with Meaning di radio swasta. Lalu memutuskan ikut. Di bulan-bulan pertama, ia - bersama yang lain-lain - praktis diasingkan di satu lokasi: tak hanya harus memutuskan hubungan dengan orang luar, tapi juga dengan koran, televisi, radio. Semua milik - arloji, cincin, baju, mobil, uang tunai -- diserahkan kepada pengurus. Setelah itu mereka diharuskan melalui tiga tahap. Pertama, mempelajari Great Book, berisi butir-butir ajaran: cinta sesama dan pelayanan kepada Tuhan. Hubungan seks dilarang sampai enam bulan. Kemudian diharuskan mengikuti seminar, tiga hari, di Baguio. Tahap terakhir, mereka disuruh mempelajari - dan mempraktekkan - doktrin paling kuat dalam buku yang disebut Red Book. Isinya: "teknik cinta kasih" dalam melakukan sanggama dan ajaran seks bebas umumnya, dalam rangka "membagi cinta kasih Kristus yang sebenar-benarnya. " Semua itu tidak berbeda dengan yang ditempuh di Indonesia, meski tentu dengan variasi dan penyesuaian. Yang tidak dilaporkan ialah jumlah orang (muda, terutama gadis) yang tak pernah pulang lagi setelah masuk ke dalam kelompok yang bersel-sel itu, seperti yang dulu terjadi di sini. Juga adanya orang-orang sebangsa cukong dari luar, yang suka datang ke tempat-tempat penginapan mereka dan langsung ke kamar tidur (dari merekalah bagian penting donasi, bagi pembiayaan kelompok, mereka peroleh), yakni praktek yang oleh Kardinal Sin disebut prostitusi. "Tetapi sekarang terserah kepada pemerintah sendiri, apakah ajaran Anda akan dilarang." kata Kardinal kepada "pendeta" COG itulebih lanjut, seperti dituturkannya. Dan lewat pertengahan April kemarin, hal itu nyata. Sebelas orang "misionaris", kebanyakan dari Denmark, dideportasikan. Alasan pihak berwewenang, antara lain: mereka, melalui ajaran yang disebarluaskan, sudah memutarbalikkan ayat-ayat buku Injil untuk dijadikan pedoman bagi cara hidup tidak bermoral. Sudah banyak negara yang menolak COG. Malaysia, misalnya, beberapa saat sebelum Indonesia, dan juga Hong Kong, di samping AS sendiri. Seorang pastor kita, yang sedang belajar di sekolah teologi di Manila, memberi komentar mengenai keterlambatan Filipina itu. "Di sini", katanya, "pergaulan seksual tidak dianggap begitu tabu seperti di negeri kita. Jadi, mereka agak tersamar." Bagi COG sendiri, pihak-pihak yang memusuhinya itu tak lain - seperti yang mereka tudingkan - kaum "religius hipokrit", "kaum Parisi yang berdiri di belakang penyaliban Kristus". Syu'bah Asa, Laporan Djoko Daryanto (Manila)

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
Image of Tempo
Berlangganan Tempo+ untuk membaca cerita lengkapnyaSudah Berlangganan? Masuk di sini
  • Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
  • Akses penuh seluruh artikel Tempo+
  • Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
  • Fitur baca cepat di edisi Mingguan
  • Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo
Lihat Benefit Lainnya

Image of Tempo

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
>
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus