Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Politik

Habis NII, Terbitlah Jamaah Islamiyah

Jamaah Islamiyah ingin mendirikan negara Islam. Terlibat beberapa kali aksi teror dan kekerasan.

6 Juli 2024 | 00.00 WIB

Image of Tempo
Perbesar
Abu Bakar Ba’asyir saat konfrensi pers tentang keterlibatanya dalam jaringan Al Qaida di gedung YTKI Jakarta, 2002. Dok.TEMPO/ Rendra

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Poin penting

  • Jamaah Islamiyah didirikan Abu Bakar Ba'asyir dan Abdullah Sungkar setelah keduanya keluar dari NII.

  • Anggota Jamaah Islamiyah dikirim ke Filipina hingga Afganistan untuk mendapat pelatihan militer.

  • Jamaah Islamiyah terlibat aksi teror, seperti bom Bali dan serangan bom di Hotel JW Marriott.

JAMAAH Islamiyah (JI) sudah lama dituduh berada di balik serangkaian serangan bom di Indonesia. Kelompok ini disebut-sebut berusaha mendirikan negara Islam raksasa di Asia Tenggara.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Dikutip dari buku berjudul Membongkar Jamaah Islamiyah karya Nasir Abbas yang diterbitkan Grafindo Khazanah Ilmu, 2005, pendirian JI tidak terlepas dari dua tokoh, yakni Abu Bakar Ba'asyir dan Abdullah Sungkar. Keduanya diketahui mempunyai latar belakang sebagai aktivis gerakan Islam.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Mereka sebelumnya merupakan anggota Negara Islam Indonesia (NII) di bawah kepemimpinan Ajengan Masduki pada 1990-an. Kala itu, Abu Bakar Ba'asyir menjadi Menteri Luar Negeri NII dan Abdullah Sungkar menjadi Wakil Menteri Luar Negeri. Salah satu tugas Abdullah adalah mengirim sukarelawan ke Afganistan yang saat itu sedang berperang melawan Uni Soviet.

Dalam perjalanannya, Abu Bakar dan Abdullah memutuskan keluar dari NII akibat konflik pribadi dengan Ajengan Masduki. Setelah keluar, pada 1993, Abu Bakar dan Abdullah membentuk Jamaah Islamiyah. Mereka dan pengikutnya lantas menyusun Pedoman Utama Perjuangan Jamaah Islamiyah. Pedoman itu berisi 10 perjuangan JI. Salah satunya adalah mendirikan khilafah di Indonesia. Sebelum melakukan itu, mereka memutuskan menjadi organisasi bawah tanah.

Abdullah Sungkar lantas ditunjuk sebagai amir atau pemimpin Jamaah Islamiyah. Selama masa kepemimpinan Abdullah Sungkar, Jamaah Islamiyah merekrut anggota secara ketat. Mereka selektif memberikan pendidikan kepada calon anggota. Hal ini berhubungan dengan kegiatan utama Jamaah Islamiyah untuk membentuk pasukan militer dengan tujuan persiapan mendirikan khilafah islamiah di Indonesia. Kegiatan pendidikan Jamaah Islamiyah, salah satunya, mengirim anggota untuk berlatih militer di Filipina.

Hingga pertengahan 1990-an, banyak anggota Jamaah Islamiyah yang dilatih di Afganistan. Organisasi tersebut dilaporkan menerima sumber daya dan nasihat dari Al-Qaidah. Pada 1999, Abdullah Sungkar meninggal karena sakit jantung. Ia lantas digantikan oleh Abu Bakar Ba'asyir.

Dosen antropologi dari Universitas Malikussaleh sekaligus pengamat terorisme, Al Chaidar Abdurrahman Puteh, menilai kelompok ini salah interpretasi mengenai konsep jihad. Kesalahan itu menyebabkan terjadinya serangkaian serangan teror dan pembunuhan terhadap masyarakat sipil. “Ini kesalahan interpretasi yang sangat fatal,” kata Al Chaidar, kemarin, 5 Juli 2024.

Bangunan Sari Club yang hancur akibat ledakan bom di Legian, Kuta, Bali, 12 Oktober 2002. Dok.TEMPO/ Arif Firmansyah

Terlibat Teror di Indonesia

Pada Desember 2000, Jamaah Islamiyah diduga bertanggung jawab atas serangkaian pengeboman gereja di Indonesia yang menewaskan 18 orang serta serangkaian pengeboman di Manila yang menewaskan 22 orang. Pemerintah Singapura, Malaysia, dan Filipina aktif mengejar para anggota Jamaah Islamiyah di perbatasan mereka sendiri. Pemerintah Indonesia kala itu menolak tekanan berbagai pihak untuk menindak kelompok tersebut.

Pemerintah Indonesia mulai mengambil tindakan tegas dan bergabung dengan pemerintah negara lain setelah peristiwa bom Bali pada 2002. Peristiwa ini merupakan tiga peristiwa pengeboman yang terjadi pada malam 12 Oktober 2002. Dua ledakan pertama terjadi di Paddy's Pub dan Sari Club (SC) di Jalan Legian, Kuta, Bali. Sedangkan ledakan terakhir terjadi di dekat kantor Konsulat Jenderal Amerika Serikat di Denpasar.

Rangkaian pengeboman tersebut merupakan pengeboman pertama yang kemudian disusul pengeboman dalam skala yang jauh lebih kecil, yang juga bertempat di Bali pada 2005. Tercatat ada 203 korban jiwa dan 209 orang luka-luka atau cedera. Kebanyakan korban merupakan wisatawan asing yang sedang berkunjung ke lokasi yang merupakan tempat wisata tersebut. Dalam peristiwa itu, Jamaah Islamiyah disebut terlibat.

Jamaah Islamiyah juga diduga melakukan pengeboman di Hotel JW Marriott Jakarta pada Agustus 2003, Kedutaan Besar Australia pada September 2004, dan di Bali pada Oktober 2005. Rentetan teror tersebut diduga berkaitan dengan Noordin Mohammad Top, salah satu pemimpin Jamaah Islamiyah. Pada September 2009, warga Malaysia itu tewas di Solo, Jawa Tengah, dalam baku tembak dengan Detasemen Khusus 88 Antiteror Polri.

Pengadilan Negeri Jakarta pada 2008 lantas menetapkan Jamaah Islamiyah yang berafiliasi dengan Al-Qaidah—jaringan teroris global—sebagai organisasi terlarang di Indonesia. Putusan itu dikeluarkan setelah terjadinya beberapa kali serangan teroris yang dilakukan oleh orang-orang yang mengatasnamakan kelompok ini.

Pada 2008, Abu Bakar Ba’asyir mendirikan organisasi baru, Jamaah Ansharut Tauhid (JAT). Pada 2011, ia ditangkap dan dihukum 15 tahun penjara karena mengoperasikan kamp pelatihan militer di Aceh. Pada Juli 2009, Jamaah Islamiyah diduga kembali melakukan serangan bom di Hotel Ritz-Carlton Jakarta.

Pengamat terorisme dari UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, Zaki Mubarak, mengatakan para pemimpin Jamaah Islamiyah lainnya, seperti Abu Rusydan dan Para Wijayanto, mengubah strategi setelah rentetan aksi pengeboman itu. Mereka membentuk gerakan baru bernama New Jamaah Islamiyah. Salah satu gerakan New Jamaah Islamiyah adalah mengumpulkan dana dari kotak amal untuk mengirim anggotanya ke Suriah dan Filipina.

Kepla Divisi humas Polri Irjen Pol Argo Yuwono (tengah) menyampaikan keterangan teroris jaringan Jamaah Islamiyah (JI) di kantor Bareskrim, Mabes Polri, Jakarta, 4 Januari 2021. ANTARA/ Fakhri Hermansyah

Modus kotak amal ini diungkap Polri pada 2020. Kepala Divisi Humas Polri kala itu, Inspektur Jenderal Argo Yuwono, mengatakan Jamaah Islamiyah memotong uang kotak amal sebelum diserahkan kepada Badan Amil Zakat Nasional (Baznas). Penyerahan kepada Baznas itu untuk mengelabui seolah-olah mendapat legalitas dari Baznas.

Pada 2021, Kepala Bagian Penerangan Umum Divisi Humas Polri kala itu, Komisaris Besar Ahmad Ramadhan, mengatakan New Jamaah Islamiyah bahkan menyebarkan lebih dari 2.000 kotak amal di Lampung. Mereka mampu menghimpun dana Rp 70 juta per bulan.

Setelah semua pengungkapan itu, gerakan Jamaah Islamiyah mulai tak aktif. Sebab, pengungkapan itu bersamaan dengan penangkapan pentolan Jamaah Islamiyah, seperti Abu Rusydan dan Para Wijayanto.

Abu Rusydan ditangkap oleh Densus 88 di Bekasi, Jawa Barat, pada 2021. Hakim Pengadilan Negeri Jakarta Timur memvonis Abu Rusydan 6 tahun penjara pada 2021. Para Wijayanto juga ditangkap Densus 88 Polri di Bekasi pada 2019. Ia divonis 7 tahun penjara pada 2020.

Teranyar, Abu Rusydan mengumumkan pembubaran Jamaah Islamiyah. "Menyatakan pembubaran Al-Jamaah Al-Islamiyah dan kembali ke pangkuan Negara Kesatuan Republik Indonesia,” kata Abu Rusydan dalam video yang tayang di akun Arrahmah.id pada 3 Juli 2024.

Juru bicara Densus 88 Antiteror Polri, Komisaris Besar Aswin Siregar, serta sekretaris Menteri Koordinator Bidang Politik, Hukum, dan Keamanan, Teguh Pudjo Rumekso, tidak merespons pesan dan telepon Tempo. Kepala Bagian Hukum, Hubungan Masyarakat, dan Teknologi Informasi Badan Nasional Penanggulangan Terorisme Tjandra Sulistiyono juga belum berkenan memberi komentar mengenai hal ini. Ia mengatakan masih berkoordinasi dengan unit terkait. “Kami koordinasikan dulu,” kata Tjandra, kemarin.

Image of Tempo
Image of Tempo
Berlangganan Tempo+ untuk membaca cerita lengkapnyaSudah Berlangganan? Masuk di sini
  • Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
  • Akses penuh seluruh artikel Tempo+
  • Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
  • Fitur baca cepat di edisi Mingguan
  • Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo
Lihat Benefit Lainnya
Image of Tempo

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
>
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus