Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Nusa

Yang Pasti Mereka Diberi Paket

Akibat panen yang gagal, penduduk yang tidak memiliki sawah terancam kelaparan. Berita di koran menghebohkan pejabat sehingga di salurkan paket bantuan pangan. (ds)

20 Januari 1979 | 00.00 WIB

Image of Tempo
Perbesar

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

DESA ini sekarang tertutup bagi tamu. Kecuali mereka yang memperoleh izin. Begitu menurut Sersan Kepala (AD) Idrus, Pembina. Ini sehubungan dengan santernya berita bahwa sejumlah penduduk di desa tadi belakangan ini (terancam) kelaparan. Kutamakmur terletak 38 Km utara kota Kabupaten Karawang Yaitu di Kecamatan Batujaya, satu dari 6 kecamatan di kabupaten tersebut yang tahun lalu hampir seluruh areal sawahnya kekeringan. Kutamakmur berpenduduk 6532 jiwa. Hampir seluruhnya petani. Tapi tak semuanya memiliki sawah. Sebagian besar hanya buruh. Ada yang mengatakan sebagian besar dari 860 hektar sawah di sana cukup subur. Jika hasilnya dimakan penduduk setempat sendiri bisa mencatat kelebihan sekitar 40% setiap musim. Atmo Suyitno Boleh jadi betul. Orang toh tidak lupa Karawang populer sebagai lumbung padi Jawa Barat. Paling tidak beberapa tahun lalu. Namun panen terakhir pun dikabarkan gagal. "Lebih 400 hektar sawah tidak bisa ditanami karena tanahnya bera," ucap Haji Adun seorang penduduk desa tersebut. Bera (Sunda) berarti tidak subur. Cerita lain dari Kutamakmur sendiri mengatakan panen mereka terakhir gagal juga disebabkan hama lembing batu, tikus dan sundep. Di luar semuanya sebenarnya wajar kalau ada penduduk merasa prihatin akan urusan makan. Bagaimana tidak, sebagian besar di antara mereka berkecimpung di sawah cuma sebagai buruh. Kalau padinya diserang hama atau memang tidak subur dengan sendirinya tak banyak kesempatan kerja untuk mereka. Lantas untuk mereka minta-minta pun -- seandainya dilakukan, walau dengan terpaksa tentu saja -- sulit. Sebab tidak sedikit hasil sawah Karawang dibawa orang ke luar daerah, terutama Jakarta. Maklum seperti dikatakan ir Subagio Kepala Departemen Ilmu Kesejahteraan Keluarga Fakultas Pertanian IPB di Bogor, pemilik sawah di Karawang banyak orang Jakarta. Subagio berkata begitu karena IPB terikat kerjasama dengan Pemerintah Daerah Karawang dalam soal pembangunan desa. Tapi cerita tentang kelaparan sekali ini ternyata menghebohkan. Ini lantaran para pejabat di Kabupaten Karawang menganggap cerita Itu sebagai memalukan. Awal Desember lalu 4 penduduk desa ini berobat kepada petugas kesehatan Hambali. Mereka adalah Karman (45), Iming (75), Ambu Suti (60) dan Engkun (55). Atmo Suyitno, anggota Dewan Perwakilan Rakyat Daerah (DPRD) Kabupaten Karawang mengetahui hal ini. Atmo berkunjung ke desa itu ditemani dua kawan pribadinya yang seorang di antaranya wartawan Harian Merdeka Jakarta. Maka Sabtu 23 Desember 1978 muncullah di koran itu berita yang menyatakan 18 penduduk Karawang memerlukan perawatan khusus akibat kurang makan. "Berita itu sensasionil," kata S. Priyatna Ketua DPRD Karawang. Atmo tak meladeni komentar Priyatna ini. Hanya ia mengakui biasanya setiap kali anggota dewan mau mengunjungi sesuatu daerah lebih dulu berkonsultasi dengan pimpinannya. "Itu pun kalau mau," katanya. Artinya tidak merupakan keharusan. Priyatna berpendapat lain. "Perjalanan yang menyangkut urusan dinas harus diketahui dan seizin Ketua DPRD," katanya. Dinaskah kepergian Atmo ke Kutamakmur itu? Priyatna cuma mengatakan, 20 Desember lalu DPRD menugaskan 3 orang anggotanya pergi ke Kutamakmur "karena ada 4 orang penduduk yang sakit tetapi tidak mempunyai biaya." Di antara ketiga orang anggota DPRD Karawang itu tidak terdapat nama Atmo. "Kalau memang punya iktikad baik mengapa Atmo Suyitno tidak pergi bersama ketiga orang anggota DPRD ini? " Begitu menurut Priyatna. Punya iktikad baik atau tidak, Atmo dari fraksi PDI itu, tak satu baris pun dalam pemberitaan Merdeka mengutip cerita Atmo. Hanya ada kalimat 'Kepada anggota DPRD yang berkunjung itu Hambali mengharapkan Pemerintah Daerah mengirimkan bantuan obat-obatan dan makanan yang bergizi seperti kacang hijau, susu atau makanan bergizi lainnya." Jadi? "Kelaparan memang tidak ada," ucap Wakil Gubernur Jawa Barat ir Suhud Warnaen yang berkunjung ke Kutamakmur 3 Januari lalu. Sungguhpun begitu Pemerintah Daerah Kabupaten Karawang kini sudah menyalurkan paket bantuan pangan bernilai Rp 2100 setiap paket untuk setiap jiwa selama 14 hari. Isinya beras, ikan asin, kacang hijau, kacang merah, teh, gula pasir, kecap dan beberapa jenis pangan lagi. Belum diketahui berapa jiwa yang sudah dinyatakan berhak menerima bantuan itu. Sebab seperti dikatakan Kepala Humas Pemerintah Daerah Kabupaten Karawang, drs Taswan Suherman, dari sejumlah nama yang sudah tercatat beberapa di antaranya terpaksa dicoret. "Mereka masih baik hidupnya. Cuma mental mereka rusak. Maunya diberi terus. Akibat musim rawan pangan dulu mereka dicekoki banyak bantuan dari luar," katanya. Tapi Karman dan kawan-kawan memang repot. Muka pucat bengkak. Perut pun buncit. Satu gejala HO, bukan?

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
Image of Tempo
Berlangganan Tempo+ untuk membaca cerita lengkapnyaSudah Berlangganan? Masuk di sini
  • Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
  • Akses penuh seluruh artikel Tempo+
  • Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
  • Fitur baca cepat di edisi Mingguan
  • Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo
Lihat Benefit Lainnya

Image of Tempo

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
>
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus