Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Politik

Dari Centeng sampai Pelacuran

21 Desember 1998 | 00.00 WIB

Image of Tempo
Perbesar

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

KINI bukan hanya negara yang memanfaatkan jasa ABRI untuk mengamankan kebijakan ekonomi. Sektor swasta ikut-ikutan memanfaatkan jasa "pengamanan" mereka. Ini di luar jalur institusional dan, tentu saja, dilarang.

Tidak hanya di Jakarta anggota ABRI dimanfaatkan menjadi pengawal pribadi orang berduit. Di Medan, misalnya, beberapa anggota ABRI juga melibatkan diri dalam "bisnis pengamanan"?menjadi pengaman bangunan, perumahan, serta tempat perjudian. Tampaknya, bisnis ini mendatangkan kemakmuran. Seorang sersan mayor yang menjadi centeng di salah satu kawasan perjudian, sehari-hari, bisa berkendaraan sedan BMW.

Di Surabaya, kawasan yang menjadi lahan basah adalah kawasan pelacuran yang konon terbesar di Asia Tenggara, Dolly. Di lokasi pelacuran Kelurahan Putatjawa itu, komando rayon militer (koramil) dan anggota musyawarah pimpinan kecamatan (muspika) lainnya?kepolisian sektor (polsek) dan kecamatan?yang berpatroli mendapat rokok dan uang keamanan Rp 15 ribu per malam. Tapi ini dibantah Sersan Mayor Farkhan, bintara tata usaha urusan dalam Koramil Kecamatan Sawahan. "Kami tak minta uang. Paling-paling hanya Aqua kalau pas diminta membantu pengamanan," katanya.

Selain itu, ada lagi uang keamanan yang diberikan para muncikari kepada aparat tak berseragam sebesar Rp 30-50 ribu per malam. Lurah, para muncikari, atau pemilik wisma ternyata tak keberatan dengan kehadiran mereka. Soalnya, bila ada pengunjung dari kalangan ABRI yang bikin ribut, hanya ABRI sendiri yang bisa mengatasi.

Menurut Farkhan, oknum ABRI di Dolly tak hanya sebatas pengaman, tapi juga bahkan ada yang terjun langsung ke bisnis pelacuran. Ia menyebut Kapten (Purnawirawan) Batubara, yang memulai usahanya ketika masih aktif berdinas di Koramil 084/Wonocolo, Surabaya. "Usaha itu diatasnamakan anaknya, bukan dirinya sendiri," kata Farkhan. Rumah bordir anak tentara itu bernama Wisma Anak bangsa?setiap rumah bordil di Dolly dinamai wisma. Hasilnya memang menggiurkan. Setiap wisma di Dolly yang punya 10 wanita bisa menghasilkan pemasukan dalam sebulan sekitar Rp 30 juta.

GSI, Munib Rofiqi (Surabaya), Bambang Sedjiartono (Medan)

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
Image of Tempo
Berlangganan Tempo+ untuk membaca cerita lengkapnyaSudah Berlangganan? Masuk di sini
  • Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
  • Akses penuh seluruh artikel Tempo+
  • Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
  • Fitur baca cepat di edisi Mingguan
  • Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo
Lihat Benefit Lainnya

Image of Tempo

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
>
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus