BANK Dunia dan IDA (International Development Association) awal
bulan ini menyimpulkan pemeriksaan terhadap pelaksanaan
bantuannya. Kelancaran pelaksanaan proyeknya di Indonesia
mencapai rekor tertinggi (78%) dibanding keempat penerima
bantuan lainnya di Asia Timur, Thailand, Pilipina, Malaysia dan
Korea Selatan, yang hanya 75,5%.
Yang paling disoroti adalah bagaimana hubungan proyek yang
bersangkutan dengan prioritas pembangunan sektoral di negara
penerima bantuan. Untuk Indonesia titik berat bantuan diberikan
pada perbaikan saluran irigasi, jalan, produksi pupuk dan
bantuan teknis. minggu lalu dua pejabat Bank Dunia meninjau
Prosida (Proyek Irigasi IDA) di Pemali-Comal dekat Tegal.
Seberapa jauh manfaat Prosida bagi masyarakat? Bupati Tegal,
Hasyim Dirdjosubroto, gembira sekali daerahnya kecipratan paket
saluran tersier. Persawahan akan basah. Dengan begitu bupati
berharap orang Tegal tidak perlu lagi pergi ke Jakarta hanya
untuk menarik becak. "Dengan air saya akan membuat program agar
rakyat betah tinggal di desa," kata Bupati Hasyim.
Pembuatan saluran tersier kini telah diambil-alih pemerintah.
Karena pengalaman menunjukkan rakyat belum mampu tanpa dibantu.
Membuat saluran air yang langsung berhubungan dengan sawah di
Jawa sedikit sulit. Proyek Pemali Comal harus hati-hati benar
tentukan lokasinya. Supaya tidak terlalu makan tanah petani yang
pada umumnya sudah cekak. Sebelum rencana dibuat harus
ditawarkan lebih dulu kepada petani. Toh, "keadaan pada saat
pelaksanaan pekerjaan kadang-kadang lain daripada ketika
diadakan survei," kata pimpinan Sub Proyek itu, ir. H. Siswojo
Reksohadinoto. Meskipun demikian kelambatan berat, sampai air
terlambat mengalir, tidak pernah terjadi.
Dana cukup. Meskipun demikian pembuatan petak tersier tidak
selalu mulus. Petani memang sadar akan manfaatnya. Tapi bila
tanah mereka harus dikorbankan untuk proyek -- wah nanti dulu!
Keberatan petani seperti itu biasanya terpaksa disusul dengan
perubahan disain -- asal secara teknis memungkinkan. "Kami tidak
bisa membuat secara kodian," kata Deputy Teknik Proyek, ir
Tasambar Mochtar.
Tikus
Proyek di luar Jawa, misalnya Sub Proyek Sadang di Sulawesi
Selatan, lebih sip. Di Kabupaten Sidrap jaringan irigasi Prosida
untuk 14 ribu hektar sawah telah berkembang dan dimanfaatkan
secara maksimal. Daerah itu punya sawah 45 ribu hektar. 14 ribu
di antaranya bergantung kepada irigasi Prosida. Bupatinya, Opu
Sidik, kelihatan gesit. Ia mengumpulkan semua pihak yang ada
kaitannya dengan pertanian termasuk pawang hujan. Rupanya ia
menggunakan "teknologi tepat guna" menggabungkan teknologi masa
kini (irigasi) dengan kemahiran pawang hujan. Hasilnya boleh
dilihat. Dengan 200 ribu jiwa Kabupaten Sidrap kini punya
surplus padi 120 ribu ton (10% di antaranya untuk pengadaan
nasional).
Suasana yang "serba lancar" di Sidrap itu ternyata jauh berbeda
dengan keadaan tetangganya, Kabupaten Pinrang. Sekretaris Daerah
Kabupaten Pinrang, AK Topalemmay, membeberkan berbagai
kekurangan daerahnya dalam pengairan. Debit air tidak seimbang
dengan kebutuhan, letak pintu pembagi air tidak sesuai,
pekerjaan pembuatan saluran tersier belum selesai dan banyak
daerah yang sering kebanjiran sehingga sawah tidak bisa
ditanami. Tentu saja keluhan dialamatkan kepada Prosida. Karena
hampir seluruh areal sawahnya yang 47.500 hektar itu tergantung
pengairannya kepada proyek.
Dari 36 ribu hektar areal yang menjadi jangkauan Prosida di
kabupaten itu baru 25 ribu saja yang saluran tersiernya sudah
selesai. Wakil Kepala Sub Proyek ir. Tjoek Soemarsono,
menjelaskan kelambatan sekitar 11 ribu hektar itu memang berada
di luar kuasanya. Sebagian karena kesulitan teknis: pekerjaan
sudah dilakukan tapi rusak lagi. Misalnya di daerah luapan
sungai Sadang. Ada juga yang terpaksa dilakukan survei ulang
untuk mendapat persetujuan memperoleh dana.
Lepas dari kelambatan tersedianya air, jeleknya, memang nampak
banyak petani yang membiarkan sawahnya menganggur dan hanya
menggarap sesuai dengan kebutuhan untuk makan saja. Kekurangan
tenaga kerja sudah dicoba ditutup dengan 190 traktor. Tapi itu
belum cukup. Belum lagi hama tikus ikut-ikutan pula mengganggu.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini