JANGAN lupa tentang OTB." Begitu kata Kolonel Leo Ngali, Asisten
I Kowilham II Jawa-Nusatengara, ketika ditanya koresponden TEMPO
Hamid Darminto mengenai terbongkarnya dua organisasi gelap yang
dituduh ada hubungan dengan gerakan sisa-sisa PKI: "Sapu Angin"
dan "Sangga Buana". Pangkowilham II. Letjen TNI Widodo
mengungkap soal ini pekan lalu sehabis menghadap Presiden
Soeharto. "OTB" adalah singkatan dari "organisasi tanpa bentuk"
dan ini disebut sebagai taktik PKI setelah bubar. "Kita juga
pernah membongkar gerakan semacam ini, yaitu kumpulan arisan
ibu-ibu. Ternyata ibu-ibu yang arisan itu adalah isteri-isteri
dari orang-orang PKI yang masih ditahan. Ini terjadi di Yogya
dan ini adalah juga OTB", tambah Lo Ngali.
Sapu Angin itu sendiri adalah nama sebuah bukit di Kecamatan
Kaloran. Kabupaten Temanggung Jateng, yang sejuk dan terkenal
sangat resik. Desa Kajoran di kecamatan itu mempunyai seorang
Kepala Desa MG (Mangun Sudarmo). Tahun 1969, ia bersama sejumlah
orang mendirikan yayasan yang diberi nama Sapu Angin. Tujuannya
untuk kegiatan sosial dan kesejahteraan. Tapi kemudian
berkembang ke hal lain. Entah bagaimana- kuasannya, sang kepala
desa ini yakin bahwa dirinya adalah keturunan seorang raja di
Jawa, barangkali keturunan raja dari Surakarta Hadiningrat atau
Yogya.
Ia kemudian menugaskan seorang anggota yayasan bernama IR
(Irawan) untuk mengusut silsilah dirinya. IR inipun kemudian
bergerak, antara lain menghubungi seorang pejabat keraton Yogya.
Selain itu yayasan ini juga menyelenggarakan "sadranan" (upacara
memperingati hari meninggalnya seorang leluhur yang dimuliakan)
di makam leluhur kepala desa itu. Yang hadir waktu itu (7
Januari 1977) sekitar dua ribu orang. Tak- urung ini membuat
curiga banyak orang, termasuk intel tentu saja. Setidaknya
karena menjelang pemilu lah, ternyata IR itu tadi adalah bekas
PKI yang belum lama dibebaskan, kabarnya termasuk golongan B.
Gerakan IR mencari silsilah dan sadranan ini sangat menarik
perhatian luas penduduk desa situ dan sekitarnya. Leo Ngali
membenarkan, gerakan "Sapu Angin" tersebut hingga ahli yang
diketahui hanya terhatas pada soal silsilah dan sadranan itu
saja. Seluruh pengurus yayasan itu sudah diperiksa dan kemudian
dilepaskan. Tidak ada yang ditahan. Dan bukit Sapu Angin telah
menjadi basis PKI sebelum meletusnya G 30 S.
Mbah Suro
Alkisah, seorang pemuda dari desa Sandell, Kecamatan Sanden.
Kabupaten Lumajang bernama RS (Resigutama), 24, mendirikan"
jangga Buana", sebuah organisasi bela diri. Dia sendiri pemain
ludruk di Lumajang Jatim. Selain itu ia mendirikan pula
perkumpulan keagamaan yang disingkat PHD.
Ayah RS yang bernama Kusrin dengan sejumlah alias mati terbunuh
oleh rakyat di kota Babat, Jatim Tahun 1966 RS ini menjadi
cantriknya Mbah Suro Blora. Dukun yang menghebohkan ini telah
dilebur oleh ABRI bersama rakyat waktu itu. RS ini dibawa oleh
seorang bernama HR (Hardjono) ke padepokan Mbah Suro yang juga
seorang PKI.
Begitulah, di "Sangga Buana" ini RS melatih anggotanya sekitar
20 orang itu dengan bela diri, telepati dan hipnotisme, termasuk
teknik melempar arit, melempar pisau dan lain-lain.
Pada suatu hari RS mengungkap maksudnya untuk mengadakan "teror"
di depan anak buahnya itu. Teror ini ia lakukan karena dendam.
Tapi tidak jelas dendam perkara apa. Barangkali dendam karena
kematian ayahnya. Maka ditetapkan hari "1" tanggal 7 Juli 1977.
Untuk itu ia akan memberi komando dari gunung Semeru.
Tarpi kata "teror" ini kemudian terdengar oleh penduduk di
sekitar situ dau sampai pula ke telinga petugas keamanan. Belum
sempat komando itu terucap, bulan Juni, RS dan anggotanya
digulung yang berwajib. Kemudian RS mengakui bahwa dia mempunyai
tumpukan senjata di suatu tempat. Eh, ketika dicek, ternyata
senjata itu tidak ada. Yang dikemukakan adalah sepucuk pistol
milih RS sendiri berkaliber jenis Colt, model 1938. RS juga
mengaku, bahwa anggotanya juga tersebar di Kalimantan Timur.
Ketika Laksusda Kalimantan Timur mengadakan penelitian, ternyata
tidak Ida.
Kini ada 6 anggotta Sangga Buana yang ditahan Laksusda Jatim
Katanya mereka semua bekas PKI. Tapi adakah sekarang kader PKI
yang kaliber kakap? "Kalau di dalam negeri kader-kader mereka
tidak lagi punya kelas," kata Leo Ngali. "Semuanya masih di
bawah kelasnya Iramani." Iramani tertangkap di Purwodadi
beberapa tahun lalu. Dan Leo Ngali oleh pers di Jawa Tengah
dikenal sebagai "orang yang paling tahu tentang gerakan
sisa-sisa PKI."
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini