KERETAKAN dalam tubuh Partai Persatuan makin tampak di permukaam
Sebab-musababnya cukup ruwet. Memang tak ada pertentangan dalam
intern NU misalnya, tapi adalah antara NU dan Parmusi.
Hal itu tampak ketika menghadapi kasus pertentangan antara Haji
Aini (NU) dengan Aji Zainuddin (Parmusi), dua pimpinan dalam DPW
PP Kalimantan Timur. Koresponden Dahlan Iskan melaporkan,
pertentangan itu berkisar di seputar kursi pimpinan DPRD
setempat dan wakil di MPR yang keduanya diincar oleh NU. Karena
kemudian ternyata Wakil Ketua DPRD Kalimantan Timur jatull pada
Hasbullah Nashir (NU), maka Zainuddin pun mencalonkan diri, di
luar partai, sebagai wakil MPR. Kontall Aini mengirim surat ke
Jakarta "ada oknum pimpinan partai yang indisipliner." Maka
Nuddin Lubis dan Chalid Mawardi (ketua dan sekjen DPP unsur NU)
menjawab: Harap itu oknum di-recall. Gantian kini Zainuddin
terbang ke Jakarta. Pulangnya sudah mengantongi surat Mintaredja
dan Darussamin (ketua umum dan wakil sekjen DPP unsur Parmusi)
yang minta agar recalling tersebut dibatalkan.
Sementara itu koresponden Zakaria M. Passe menulis, konflik
dalam tubuh DPW PPP Sumatera Utara lebih ruwet lagi. Bermula
dari kasus pemalsuan surat suara pemilu' yang konon dilakukan
oleh salah seorang pimpinan DPW, Haji Angin Bugis Lubis, yang
keburu meninggal sebelum ada vonis dari pengadilan. Maka Zainal
Arifm Abbas, pimpinan yang lain, memecat Fuad Said, rekan
almarhum, yang selama ini menjadi ketua merangkap koordinator.
Tapi kemudian turun keputusan DPP di Jakarta memecat Arifin
Abbas. Bahkan 5 Agustus kemarin DPP merecall lima orang: Arifin
Abbas, (yang mengaku ketua merangkap koordinator), Hasan Basri
Batu bara (wakil ketua DPRD) Djalaluddin Noer, Raali Husin dan
Djafar Nasution. Konon mereka dianggap "menuruti kemauan
penguasa."
Tapi dualisme pimpinan DPW tetap jalan: Fuad Said dan Arifin
Ahhas. Untuk menyelesaikan hal itu, pertengahan Oktober lalu
dilangsunkan pekan konsultasi. Hasillnya menyetujui kepemimpinan
Fuad Said yang diakui dalam SK DPP 15 Juni yang ditandatangani
oleh Idham Chalid dan KH Masjkur. Juga disepakati recalling
terhadap kelima orang tersebut. Tapi tampaknya kemelut itu juga
dibumbui oleh 'campur tangan luar' pula. Pidato Pj. Gubernur
Marah Halim di luar' teks mengesankan hal itu. Awal Agustus,
kabarnya Gubernur bahkan pernah mengirim surat kepada Mendagri.
menyinggung formasi kepengurusan DPW tersebut. Dalam penerbitan
20 Oktober lalu, pojok koran Waspada di Medan menulis: "Apa
namanya kalau orang suka campur tangan urusan orang lain ?"
Duel
Di Kalimantan Selatan juga ada anak muda yang tak puas, "karena
DPW hanya mementingkan salah satu unsur." Anak - muda itu, Usman
Rifani (PSII) menuding Haji Mukeri Gawist (NU), sang ketua DPW.
Tudingan Usman ini, seperti digambarkan oleh koresponden Syahran
R, tampaknya dimaksud buat membokong aksi Syamsuri Dja'far
(Perti) yang menuduh DPC PP Banjarmasin "berjuang untuk
kepentingan oknum penguasa."
Ini berkisar soal kursi juga. Perti menghendaki 16 kursi yang
didapat dibagi sama-rata. Tapi bagi NU, yang katanya sesuai
dengan ketentuan DPP di Jakarta: kursi musti dibagi berdasarkan
hasil Pemilu 1971. Artinya, NU juga yang akan meraih kursi
paling banyak.
Pertentangan makin tajam ketika tiba-tiba PP di sana menyokong
Golkar menduduki kursi ketua DPRD. Kabarnya Hassan Thamrin dulu
ketua Perti sempat mengajak duel Zaini Ismail (ketua DPC PPP
Banjarmasin). Dan orang banyak di Balaikota. Perti pun mengirim
surat kepada Laksusda. Tentu saja tak dilayani.
Bagaimana mengatasi kemelut itu? Harapan satu-satunya bagi Nuddm
Lubis, menyelenggarakan kongres yang diperkirakan setelah SU MPR
mendatang. "Asal jangan pula dipengaruhi lagi oleh aspirasi
golongan," katanya. Mintaredja yang tak bersedia memberikan
keterangan banyak, lebih menekankan disiplin partai. Dan kepada
Said Muchsin dari TEMPO ia menyatakan perlunya uchuwwah
islamiyah - persaudaraan Islam pesan yang kuno, bukan?
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini