Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
TEMPO.CO, Jakarta - Presiden Prabowo Subianto melantik Terawan Agus Putranto sebagai Penasihat Khusus Presiden Bidang Kesehatan di Istana Negara, Jakarta, pada Selasa, 22 Oktober 2024. Mantan Kepala Rumah Sakit Pusat Angkatan Darat Gatot Subroto itu dilantik bersama dengan enam Penasihat Khusus Presiden lainnya.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Penunjukkan Terawan sebagai Penasihat Khusus Presiden Bidang Kesehatan ini berhubungan dengan jabatan yang pernah diembannya, yakni sebagai Menteri Kesehatan pada 2019-2020. Kendati demikian, Terawan tak luput dari sejumlah kontroversi.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
1. Dipecat dari IDI
Majelis Kehormatan Etik Kedokteran (MKEK) Ikatan Dokter Indonesia (IDI) memberhentikan Terawan secara permanen dari anggota IDI dibacakan dalam Sidang Muktamar ke-31 IDI di Banda Aceh, Jumat, 25 Maret 2022. Dikutip dari Koran Tempo edisi 28 Maret 2022, MKEK membeberkan lima fakta utama di balik alasan pemecatan Terawan dari IDI, di antaranya:
- Terawan belum menyerahkan bukti telah menjalankan sanksi etik sesuai SK MKEK No. 009320/PB/MKEK-Keputusan/02/2018 tertanggal 12 Februari 2018 hingga hari ini.
- Terawan melakukan promosi kepada masyarakat luas tentang Vaksin Nusantara sebelum penelitiannya selesai.
- Terawan bertindak sebagai Ketua dari Perhimpunan Dokter Spesialis Radiologi Klinik Indonesia (PDSRKI) yang dibentuk tanpa melalui prosedur sesuai dengan Tatalaksana dan Organisasi (PRTALA) IDI dan proses pengesahan di Muktamar IDI.
- Menerbitkan Surat Edaran nomor: 163/AU/Sekr.PDSRKI/XII/2021 tertanggal 11 Desember 2021 yang berisikan instruksi kepada seluruh ketua cabang dan anggota PDSRKI di seluruh Indonesia agar tidak merespons ataupun menghadiri acara PB IDI.
- Terawan telah mengajukan permohonan permohonan keanggotaan dari IDI Cabang Jakarta Pusat ke IDI Cabang Jakarta Barat.
2. Vaksin Nusantara
Saat masih menjabat Menteri Kesehatan, Terawan sempat mempromosikan vaksin Nusantara ke masyarakat, padahal risetnya belum tuntas. Kepala Badan Pengawas Obat dan Makanan saat itu, Penny Kusumastuti Lukito, tidak meloloskan uji klinisnya. Ia menilai vaksin Nusantara masih banyak kekurangan dan riset vaksin Nusantara tak bisa dilanjutkan. Akan tetapi penelitiannya masih diperbolehkan berjalan.
3. Covid Bisa Sembuh Sendiri
Terawan pernah melontarkan pernyataan kontroversial. Dirinya menyebut penyakit Covid-19 bisa sembuh dengan sendirinya dan mengimbau masyarakat agar tidak perlu khawatir. "Teorinya benar bahwa Covid-19 ini adalah self limiting disease yang akan sembuh sendiri," kata Terawan saat jumpa pers di RSUP Persahabatan, Jakarta Timur, 12 Maret 2020.
4. Doa Cegah Virus Corona
Pada Februari 2020, sejumlah negara telah mengonfirmasi temuan kasus infeksi Covid-19. Saat itu, pemerintah belum mengumumkan adanya virus Corona yang masuk ke Indonesia. Melalui pernyataannya yang kemudian menjadi kontroversi, Terawan menyebut bahwa virus Corona tidak bisa masuk ke Indonesia karena kekuatan doa.
"Kita ini negara yang Berketuhanan Yang Maha Esa, apa pun agamanya selama kita berpegang teguh pada Pancasila, doa itu menjadi hal yang harus utama. Maka namanya ora et labora (berdoa dan berusaha)," ujar Terawan pada 17 Februari 2020.
5. Keganjilan ‘Cuci Otak’
Disertasi Terawan berjudul Efek Intra Arterial Heparin Flushing terhadap Cerebral Flood Flow, Motor Evoked Potensials, dan Fungsi Motorik pada Pasien Iskemik, mengundang pergunjingan. Sejumlah dokter menganggap disertasi yang juga membahas intra-arterial heparin flushing (IAHF) alias 'cuci otak' itu tak memenuhi syarat klinis sebagai metode penyembuhan stroke.
Dalam disertasinya, Terawan menyebutkan metode cuci otak itu hasil modifikasi terhadap digital substraction angiography (DSA) serta penggunaan heparin. Dia mengklaim metode itu bisa langsung dipakai pada manusia tanpa melakukan uji klinis, yang umumnya dilakukan pada binatang. "Ya, tidak perlu karena risetnya sudah ada," kata Terawan dikutip dari Majalah Tempo edisi Senin, 2 Desember 2019. Alasannya, DSA dan penggunaan heparin telah lazim diterapkan pada manusia.
BUDIARTI UTAMI PUTRI | KORAN TEMPO | MAJALAH TEMPO