Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Nusa

Ditunggu: masjid 'komplit'

Kal-bar akan punya masjid megah. dibangun di daerah elit di kota pontianak, masjid itu diperkirakan akan menelan biaya rp 350 juta. arsitekturnya tidak seluruhnya bergaya arab.

16 April 1977 | 00.00 WIB

Image of Tempo
Perbesar

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

SEBENTAR lagi Kalimantan Barat bakal punya sebuah masjid baru, komplit dan siap menjadi semacam pusat Islam di sana. Itulah Masjid Mujahiddin. terletak di atas areal seluas 3 Ha lebih - diapit oleh Jalan Mujahiddin dan Jalan Yani di bilangan daerah elite Sentiong. Pontianak. Masjid itu diharap sedikitnya bisa dipakai sembahyang sekitar bulan Juli nanti, setelah dikerjakan selama setahun lebih. Sebenarnya sudah cukup lama masjid ini diimpikan, bila diingat bahwa yayasan yang mengurus pembangunannya dibentuk pada bulan Oktober 1953. Namun berhubung angan-angan itu kurang ditunjang oleh organisasi yang rapi, nasibnya pun merana: sebegitu jauh belum sepotong tiangpun nancap di sana. Lalu sekitar dua tahun silam, gubernur Kadarusno mengambil prakarsa membenahi yayasan tersebut, yang pengurusnya sudah keburu tinggal dua orang saja. Rencana dipatok, maketpun dibuat Setelah itu maklumat dilayangkan ke tengah masyarakat, termasuk mengenai biaya yang diperlukan meliputi Rp 350 juta. Alhamdulillah, pada Pebruari 1976 pembangunannya dimulai, dan melibatkan 3 insinyur: Said Ja'far, pejabat PU propinsi Kalimantan Barat, yang pernah menggarap arsitektur Kalbar di proyek TMII Jakarta. Lalu Arifin Hadi, kepala PU Kalbar, dan Muchlis dari PT Barata Bandung yang mengatur pemasangan konstruksi baja masjid itu. Hingga hari ini, "sudah menelan biaya Rp 200 juta", tutur Kadarusno dalam kedudukannya sebagai ketua yayasan tersebut. Diungkapkannya uang yang masuk baru berjumlah Rp 240 juta, berasal dari bantuan Presiden Rp 30 juta. dari APBD selama dua tahun Rp 200 juta, dan selebihnya berupa sumbangan masyarakat. Dalam perkara pos sumbangan masyarakat ini, dikenal ada empat penggolongan. Ada yang berupa sumbangan uang, ada yang berbentuk barang. "Seorang ibu, misalnya, menyumbangkan gelang dan cincin kawin", kata Kadarusno. Sumbangan lain di samping uang atau barang tadi ialah: tenaga. Caranya, ikut bantu mengangkut pasir atau menggotong batu. Menggergaji kayu atau mengaduk semen. Selanjutnya silakan memainkan kebolehan masing-masing. Terserah mau kerja satu atau dua hari saja. Yang penting ada keikhlasan menyumbang. Bentuk sumbangan keempat adalah yang paling unik, yaitu doa. Berdoa dari tempat masing-masing agar pembangunan "Rumah Tuhan" itu dapat berlangsung selamat dan selesai pada waktunya. (Direncanakan siap dalam tempo dua tahun). Mungkin berkat adanya doa itu, pembangunan berjalan mulus. Tak sampai membawa korban, seperti dikemukakan ir Said. Syukurlah. Gendut Segi lain yang mungkin menarik juga ialah gaya arsitektur masjid itu. Lain dari yang lain. Tidak seperti lazimnya yang seluruhnya berbau Arab atau rada ke-India-an. Lihat saja kubahnya, bukan berbentuk bulatan yang berperut gendut melainkan bagaikan payung setengah mekar yang disangga 16 tiang berlapis marmar. Bahan marmar ini didatangkan dari Citatah, Jawa Barat berdasarkan keputusan Kadarusno sepulangnya dari perjalanan ke Korea tempo hari. Menaranya pun berfungsi ganda: buat cantolan pengeras suara untuk adzan dan menjadi menara air. Ada dua tabung di dalamnya, siap mengatur lalu lintas air buat berwudhu. Menara setinggi 4,5 meter itu di ubun-ubunnya diberi penangkal petir. Tentu saja. Cuma yang satu ini bukan sembarangan. Sebab alat itu terbilang moderen, pakai bahan radio aktif. Sehingga kemampuannya menangkal hajaran geledek bisa diandalkan melindungi radius 500 meter. Karena ia menyangkut bahaya radiasi, maka pemasangannya perlu izin BATAN dan buat memasangnya hatus orang BATAN pula. Pontianak yang lazim menjadi langganan kemarau panjang, nampaknya tak usah tisau tekor air di masjid ini. Musim kering ataupun kemungkinan PAM ngadat telah dihitung jauh-jauh hari. Untuk mengatasinya di samping menara ada bak serap yang mampu menampung 47 M3 air. Di kiri kanan masjid dibuatkan pula penampung air hujan, yang masing-masing sanggup mengumpulkan air langit itu sebanyak 30 M3. Singkat cerita, masjid yang bakal mampu menampung 2500 jemaah ini ditambah pula tempat di plaza yang amat luas, kelak siap juga menampung calon-calon santri. Di ujung depan halaman masjid ada "Pondok Karya Mujahiddin". Tentu saja bakal dilengkapi fasilitas, sehingga nanti "pusat perkembangan Islam di Kalimantan Barat, ada di sini, di Pontianak ini", begitu harapan Kadarusno.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
Image of Tempo
Berlangganan Tempo+ untuk membaca cerita lengkapnyaSudah Berlangganan? Masuk di sini
  • Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
  • Akses penuh seluruh artikel Tempo+
  • Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
  • Fitur baca cepat di edisi Mingguan
  • Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo
Lihat Benefit Lainnya

Image of Tempo

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
>
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus