SEBENTAR lagi Kalimantan Barat bakal punya sebuah masjid baru,
komplit dan siap menjadi semacam pusat Islam di sana. Itulah
Masjid Mujahiddin. terletak di atas areal seluas 3 Ha lebih -
diapit oleh Jalan Mujahiddin dan Jalan Yani di bilangan daerah
elite Sentiong. Pontianak.
Masjid itu diharap sedikitnya bisa dipakai sembahyang sekitar
bulan Juli nanti, setelah dikerjakan selama setahun lebih.
Sebenarnya sudah cukup lama masjid ini diimpikan, bila diingat
bahwa yayasan yang mengurus pembangunannya dibentuk pada bulan
Oktober 1953. Namun berhubung angan-angan itu kurang ditunjang
oleh organisasi yang rapi, nasibnya pun merana: sebegitu jauh
belum sepotong tiangpun nancap di sana.
Lalu sekitar dua tahun silam, gubernur Kadarusno mengambil
prakarsa membenahi yayasan tersebut, yang pengurusnya sudah
keburu tinggal dua orang saja. Rencana dipatok, maketpun dibuat
Setelah itu maklumat dilayangkan ke tengah masyarakat, termasuk
mengenai biaya yang diperlukan meliputi Rp 350 juta.
Alhamdulillah, pada Pebruari 1976 pembangunannya dimulai, dan
melibatkan 3 insinyur: Said Ja'far, pejabat PU propinsi
Kalimantan Barat, yang pernah menggarap arsitektur Kalbar di
proyek TMII Jakarta. Lalu Arifin Hadi, kepala PU Kalbar, dan
Muchlis dari PT Barata Bandung yang mengatur pemasangan
konstruksi baja masjid itu.
Hingga hari ini, "sudah menelan biaya Rp 200 juta", tutur
Kadarusno dalam kedudukannya sebagai ketua yayasan tersebut.
Diungkapkannya uang yang masuk baru berjumlah Rp 240 juta,
berasal dari bantuan Presiden Rp 30 juta. dari APBD selama dua
tahun Rp 200 juta, dan selebihnya berupa sumbangan masyarakat.
Dalam perkara pos sumbangan masyarakat ini, dikenal ada empat
penggolongan. Ada yang berupa sumbangan uang, ada yang berbentuk
barang. "Seorang ibu, misalnya, menyumbangkan gelang dan cincin
kawin", kata Kadarusno. Sumbangan lain di samping uang atau
barang tadi ialah: tenaga. Caranya, ikut bantu mengangkut pasir
atau menggotong batu. Menggergaji kayu atau mengaduk semen.
Selanjutnya silakan memainkan kebolehan masing-masing.
Terserah mau kerja satu atau dua hari saja. Yang penting ada
keikhlasan menyumbang.
Bentuk sumbangan keempat adalah yang paling unik, yaitu doa.
Berdoa dari tempat masing-masing agar pembangunan "Rumah Tuhan"
itu dapat berlangsung selamat dan selesai pada waktunya.
(Direncanakan siap dalam tempo dua tahun). Mungkin berkat adanya
doa itu, pembangunan berjalan mulus. Tak sampai membawa korban,
seperti dikemukakan ir Said. Syukurlah.
Gendut
Segi lain yang mungkin menarik juga ialah gaya arsitektur masjid
itu. Lain dari yang lain. Tidak seperti lazimnya yang seluruhnya
berbau Arab atau rada ke-India-an. Lihat saja kubahnya, bukan
berbentuk bulatan yang berperut gendut melainkan bagaikan payung
setengah mekar yang disangga 16 tiang berlapis marmar. Bahan
marmar ini didatangkan dari Citatah, Jawa Barat berdasarkan
keputusan Kadarusno sepulangnya dari perjalanan ke Korea tempo
hari.
Menaranya pun berfungsi ganda: buat cantolan pengeras suara
untuk adzan dan menjadi menara air. Ada dua tabung di dalamnya,
siap mengatur lalu lintas air buat berwudhu. Menara setinggi
4,5 meter itu di ubun-ubunnya diberi penangkal petir. Tentu
saja. Cuma yang satu ini bukan sembarangan. Sebab alat itu
terbilang moderen, pakai bahan radio aktif. Sehingga
kemampuannya menangkal hajaran geledek bisa diandalkan
melindungi radius 500 meter. Karena ia menyangkut bahaya
radiasi, maka pemasangannya perlu izin BATAN dan buat
memasangnya hatus orang BATAN pula.
Pontianak yang lazim menjadi langganan kemarau panjang,
nampaknya tak usah tisau tekor air di masjid ini. Musim kering
ataupun kemungkinan PAM ngadat telah dihitung jauh-jauh hari.
Untuk mengatasinya di samping menara ada bak serap yang mampu
menampung 47 M3 air. Di kiri kanan masjid dibuatkan pula
penampung air hujan, yang masing-masing sanggup mengumpulkan air
langit itu sebanyak 30 M3.
Singkat cerita, masjid yang bakal mampu menampung 2500 jemaah
ini ditambah pula tempat di plaza yang amat luas, kelak siap
juga menampung calon-calon santri. Di ujung depan halaman masjid
ada "Pondok Karya Mujahiddin". Tentu saja bakal dilengkapi
fasilitas, sehingga nanti "pusat perkembangan Islam di
Kalimantan Barat, ada di sini, di Pontianak ini", begitu harapan
Kadarusno.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini