Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Pendidikan

Dokter Macam Apa ?

Pendidikan kedokteran harus berorientasi kepentingan masyarakat. calon dokter perlu menguasai ilmu ke masyarakatan. tidak teoritis, perlu dilengkapi pengalaman praktis, potensi serta sikap.

27 November 1976 | 00.00 WIB

Image of Tempo
Perbesar

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

MASYARAKAT desa, tambah si penanya itu, terlambat diperkenalkan pada mahasiswa kedokteran. Hanya baru pada saat-saat terakhir, setelah hampir lima tahun pertama disibukkan di antara empat dinding tertutup, pengetahuan tentang masyarakat itu diperkenalkan. Apa yang diperoleh di FK, adalah pelajaran ilMu kedokteran, bukan pendidikan ilmu kedokteran. Si penanya itu selanjutnya beranggapan proyek Puskesmas tidak beda dengan proyek Bimas dan BUUD di masyarakat desa sekarang. "Puskesmas merupakan konsep pembangunan yang salah", katanya, "yang datang berobat ke Puskesmas adalah elit masyarakat setempat". Begitu ucap seorang penanya pada diskusi panel 11 Nopember lalu di Aula FKUI Jakarta. Diskusi panel itu bertema: "Sejauh mana community oriented? Dengan para pemrasaran Dr. Hapsara DPH, Kepala Biro Perencana Departemen Kesehatan, Ma'arifin Husin dari CMS P&K Moeljono S. Trastotenojo Dekan FK Undip, Dr. SG Nainggolan MPH, Dekan FK UKI, dan Aries Wiganda, Kepala Puskesmas Kecamatan Batujaya, Karawang, diskusi dalam rangka peringatan 125 tahun pendidikan kedokteran itu banyak juga dikunjungi peminat. Hapsara, pembicara pertama, menyinggung perlunya tenaga dokter yang community oriented. Penduduk, katanya, banyak tinggal di pedesaan. Taraf pendidikan dan mutu kehidupan yang masih rendah, menyebabkan masyarakat desa masih mengutamakan kebutuhan primair lainnya yang dirasa lebih penting dari pada kesehatan. Kepala Biro Depkes itu juga menunjukkan rendahnya jangkauan pelayanan yang ada. Diperhitungkan bahwa pada umumnya sekitar 50% penduduk desa yang sakit tidak mencari pengobatan. Dari yang mencari pengobatan hanya sekitar 20% yang dilayani oleh fasilitas-fasilitas kesehatan melalui Puskesmas. Tugas Medis Teknis Dengan alasan itu, Hapsara berpendapat, seorang dokter pemerintah yang ditempatkan di kecamatan, diberi tanggung jawab dan wewenang atas pemeliharaan kesehatan dari seluruh penduduk wilayah kerjanya. Dokter tersebut perlu mengetahui betul-betul keadaan penyatik di masyarakat, sikap danpotensi masyarakat, termasuk hal yang menyangkut antara lain segi-segi sosial budaya dan ekonomi masyarakat. Dengan kata lain dokter yang community oriented adalah dokter yang memiliki pengetahuan, ketrampilan dan sikap, sehingga dapat melakukan fungsi yang meliputi pokok-pokok, seperti, Managemen Usaha Kesehatan, Pelayanan Kesehatan (yang mencakup pelayanan yang bersifat promotip, preventip, kuratip dan rehabilitatip), dan kepemimpinan. Kepemimpinan seorang dokter tidak hanya mencakup bidang kesehatan, tapi termasuk juga bidang di luar kesehatan, kata Hapsara. Namun apa yang bisa diberikan Departemen P&K lewat FK-nya memang belum bisa mencetak dokter seperti yang diinginkan Departemen Kesehatan. Praktek dokter-dokter muda di lapangan ternyata berbeda jauh dengan ilmu yang diperolehnya di bangku kuliah. "Dibandingkan dengan tugas-tugas medis teknis, hampir 90% dari tenaga, waktu dan pikiran disita oleh tugas-tugas managerial seorang dokter", ucap dr. Aries Wiguna. Di kecamatannya, Kepala Puskesmas Batujaya itu memulai tugasnya dengan usaha mempopulerkan Puskesmasnya. Antara lain dengan mengadakan panggung hiburan Tanji, Topeng pada hari-hari besar nasional di halaman Puskesmas. Usaha itupun ternyata harus berhadapan dengan kenyataan adanya obat-obatan yang sangat terbatas haik dari segi kwalitas maupun kwantitas. Sementara dokter di mata masyarakat di sana tak lebih hanya tukang jeksi saja. Apalagi tokoh yang disegani masyarakat hanya Camat, Lurah, dan mereka yang berseragam ABRI. Aries Wiguna selanjutnya melemparkan kritik terhadap pendidikan kedokteran dewasa ini. Katanya, pengetahuan teori terlalu banyak, sehingga pengetahuan praktis kurang. Terlalu banyak pendidikan praktis di bangsal dari pada di poliklinik. Pendidikan mahasiswa terlalu banyak diserahkan kepada asisten ahli. Kurang latihan dalam Human Approach. Proses pendidikan kurang multi-disipliner. Tapi Aries menyarankan, agar dipertimbangkan untuk mengadakan pendekatan dengan ilmu-ilmu lain seperti ilmu sosial, managemen dan lainnya yang berhubungan dengan kemasyarakatan. Jadi bagaimanakah pendidikan dokter itu seharusnya? Departemen P&K lewat CMS saat ini memang sedang mempersiapkan bentuk pendidikan dokter sebagaimana yang diharapkan. Namun sering-sering bila ada semacam lokakarya misalnya, keinginan untuk menyesuaikan kearah community medicine, terbentur kepada pertanyaan tentang macam dokter bagaimana yang dierlukan untuk pelayanan kesehatan masyarakat itu. Karena itu perlu dirumuskan dulu sebelumnya, tujuan pendidikan kedokteran. "Hal inilah yang sukar dilaksanakan, berhubung pengarahan dari atas kurang jelas untuk dapat merumuskan tujuan pendidikan dokter", ucap Ma'arifin Husin dari CMS. Menurut Ma'arifin, oleh karena pendidikan ke arah community medicine itu lebih menekankan kepada perobahan sikap dari para calon dokter, maka ada kecenderungan untuk memberikan kepada mahasiswa pengalaman belajar di masyarakat. Namun pendidikan dasar untuk ketrampilan dan pengetahuan klinik tetap diberikan. Bahkan diusahakan untuk menggunakan cara-cara yang relevan dan inovatif. Keinginan untuk berubah dari hampir semua FK yang ada, memang sudah nampak terutama sejak 1970 yang lalu. FK Universitas Andalas misalnya telah mulai melakukan perubahan-perubahan ke arah community medicine sejak lima tahun yang lalu. "Rasanya lulusan kami sementara ini sudah memenuhi harapan", ucap dr. Sumanto, Dekan FK Unand. Jadi apakah sekarang pendidikan kedokteran sudah bisa dianggap community oriented? "Saya sendiri belum berani mengatakan apakah pendidikan kedokteran sekarang sudah community oriented, atau belum", ucap Ma'arifin lagi.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
Image of Tempo
Berlangganan Tempo+ untuk membaca cerita lengkapnyaSudah Berlangganan? Masuk di sini
  • Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
  • Akses penuh seluruh artikel Tempo+
  • Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
  • Fitur baca cepat di edisi Mingguan
  • Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo
Lihat Benefit Lainnya

Image of Tempo

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
>
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus