Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Politik

Emil Dardak Menolak Mundur Sebagai Bupati Trenggalek

Emil Dardak berharap bisa tetap memimpin Trenggalek hingga 2019. Emil Dardak mengatakan jika mundur dia merasa melepas tanggung jawab.

28 November 2017 | 14.03 WIB

Image of Tempo
Perbesar
Bupati Trenggalek Emil Elestianto Dardak tiba di kantor Dewan Pimpinan Pusat Partai Golkar, Jalan Anggrek Neli Murni, Slipi, Jakarta pada Rabu, 22 November 2017. TEMPO/Putri.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

TEMPO.CO, Jakarta - Bupati Trenggalek Emil Elestianto Dardak  berharap bisa tetap memimpin Kabupaten Trenggalek hingga tahun 2019. Jika mundur, dia justru merasa lepas tanggungjawab kepada masyarakat Trenggalek.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Emil mengungkapkan ini setelah ada desakan mundur dari Menteri Dalam Negeri Tjahjo Kumolo. Emil diminta mundur setelah ia bersama Khofifah mendapat dukungan resmi dari Demokrat dan Golkar untuk maju di Pilgub Jawa Timur 2018.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Emil mengatakan imbauan Tjahjo Kumolo kepada dirinya untuk mengundurkan diri dari jabatan Bupati Trenggalek perlu dikaji ulang. Permintaan itu harus dilandasi peraturan perundang-undangan sebagai dasar hukum. “Bukannya saya mau melawan Pak Menteri, tetapi kita harus ikuti peraturan perundang-undangannya,” kata Emil kepada Tempo, Selasa 28 Nopember 2017.

Emil menuturkan, jika dirinya mundur dari jabatan Bupati Trenggalek, maka tudingan terhadap dirinya yang tidak bertanggungjawab atas pemerintahan Trenggalek makin kuat. Karena itu sebisa mungkin Emil akan tetap mengemban kewajibannya memimpin Kabupaten Trenggalek hingga tahun keempat 2019 mendatang.

Suami artis Arumi Bachsin ini juga berjanji tak akan menggunakan jabatan dan fasilitas pemerintah untuk keperluan pemilihan gubernur. Bahkan dia juga mengganti kendaraan dan sopir pribadi jika sedang tak melakukan perjalanan dinas.

Demikian pula kegiatan yang mengatasnamakan pemerintah Trenggalek tidak akan dipergunakan Emil untuk mengkampanyekan dirinya. “Besok saya diundang dalam seminar dewan, karena urusan dinas saya tak akan berkampanye,” kata Emil.

Emil Elestianto Dardak juga meluruskan pendapat sebagian pihak yang menudingnya telah melakukan tindakan pelanggaran etis terhadap Partai Demokrasi Indonesia Perjuangan. Soal etika, menurut dia, akan sangat beragam sesuai kacamata masing-masing orang.

Dia meyakini jika keputusannya maju dalam pemilihan gubernur tak mengkhianati siapapun, utamanya warga Trenggalek. Sebab kalaupun kelak terpilih menjadi pemimpin propinsi, dia tetap bisa memajukan kabupaten yang pernah dipimpinnya itu.

Sementara itu kiai sepuh Nahdlatul Ulama Anwar Iskandar justru meminta para kandidat melepaskan jabatan selama mengikuti proses pemilihan gubernur mendatang. Sikap Menteri Dalam Negeri Tjahjo Kumolo yang meminta Emil mundur dari jabatannya dianggap tepat untuk menghindari penyalahgunaan kekuasaan. “Betul itu untuk menghindari penyalahgunaan kekuasaan,” kata Kiai Anwar.

Pengasuh Pondok Pesantren Al Amin Ngasinan Kediri ini juga meminta Khofifah Indar Parawansa mundur dari jabatannya sebagai Menteri Sosial. Demikian pula Syaifullah Yusuf sebagai Wakil Gubernur Jawa Timur dan Azwar Anas sebagai Bupati Banyuwangi.

Tak hanya para kandidat, Kiai Anwar juga berharap agar Presiden Joko Widodo beserta Gubernur Jawa Timur Soekarwo tak ikut campur dalam pemilihan gubernur mendatang. Apalagi posisi Soekarwo saat ini juga menjabat Ketua Partai Demokrat yang mengusung pasangan Khofifah Indar Parawansa dan Emil Elestianto Dardak.

Image of Tempo

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
>
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus