Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
TEMPO.CO, Jakarta - Epidemiolog dari Griffith University, Dicky Budiman, memprediksi Indonesia akan mengalami puncak gelombang pertama Covid-19 pada akhir Juni 2021.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
“Indonesia masih dalam gelombang pertamanya, namun saat ini sudah makin matang dan menuju pada puncak gelombang pertama,” kata Dicky kepada Tempo, Senin, 7 Juni 2021.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Ia mengungkapkan, kondisi tersebut bisa disebabkan oleh akumulasi kasus lama yang tidak terkendali, baik itu perburukan akibat pemilu, rangkaian libur panjang, aktivitas masyarakat yang mulai longgar, hingga arus mudik dan balik.
“Itu lah sebabnya kenapa prediksi puncak di akhir Juni yang bisa mencapai 100 ribu per hari. Namun itu belum selesai,” katanya.
Dari gelombang pertama ini, kata Dicky, juga masih ada potensi ledakan kasus yang jauh lebih besar akibat adanya varian baru yang lebih cepat menular.
Menurut Dicky, selain Indonesia, negara dengan tipe gelombang pertama kasus Covid-19 yang panjang, lama dan menguat juga terjadi di Brazil dan India. Kedua negara tersebut sudah meledak lebih dulu kasusnya. “Dalam potensi besar Indonesia ini siap meledak. Jadi kalau tidak diantisipasi benar, berbahaya,” ujar dia.
Dicky mengatakan, permasalahan klasik pengendalian pandemi Covid-19 di Indonesia terletak pada manajemen dan strateginya. Manajemen pengendalian pandemi seharusnya dipimpin sektor kesehatan, dengan Menteri Kesehatan sebagai komandonya.
“Dan strateginya harus fokus di penguatan test, trace, treat, isolasi karantina dibantu vaksinasi dan 5M. Semua dimuat dalam satu rencana yang komprehensif dengan indikator yang tepat dan terukur,” ujarnya soal gelombang pertama Covid-19.