Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Kemudian, muncul desas-desus Marzuki menjadi sasaran santet. Dikabarkan, hawa seantero kantorterutama kursi kerjanyamenjadi supergerah. Pendingin ruangan tak sanggup menyejukkan suasana. Menurut si empunya cerita, paranormal yang diundang menemukan beberapa "kantong energi" yang tidak wajar dan sukses mengembalikan kenyamanan ruang Jaksa Agung.
Boleh jadi dugaan santet terhadap orang nomor satu di Kejaksaan Agung itu berlebihan. Marzuki sendiri menyangkal kemungkinan ada hal tak rasional yang menerjangnya. "Bukan santet," katanya. Tapi orang-orang dekat Marzuki tetap yakin ada kekuatan magis yang telah beraksi.
Santet memang bergerak di antara kutub "ya" dan "tidak". Ada banyak orang yang tak percaya. Tapi tak sedikit pula yang percaya adanya santet, apalagi sering ditemukan ada berbagai benda di dalam tubuh pasien yang tak bisa terdeteksi secara medis. Dengar saja cerita Tantowi Yahya, yang mengaku pernah kena santet. Sepanjang 1988, pembawa acara terkenal itu sering mengeluhkan dadanya. "Seperti ditusuk pisau," katanya. Anehnya, dokter mengatakan semua organ tubuhnya dalam kondisi bagus. Kemudian, seorang paranormal memastikan bahwa penyakit itu terjadi karena santet. Untuk mengusirnya, tiga malam berturut-turut Tantowi harus mandi dengan air bunga. Pada malam keempat, disaksikan beberapa orang, sang paranormal menyentuh bagian yang sakit. Tiba-tiba, "Dari dada saya keluar tiga ekor lintah hidup," ujar Tantowi. Bersamaan dengan itu, rasa sakit menguap dan ia pun sehat kembali.
Dalam lingkup agama, santet ternyata bukan sesuatu yang tak dikenal. "Saya sering mengobati orang yang terkena santet. Ada yang kemasukan roh jahat sehingga tak sadarkan diri dan bicaranya ngelantur. Yang lebih parah, ada yang 'mengirim' benda-benda tertentu yang menyebabkan orang tersebut terancam jiwanya," kata rohaniwan Katolik, Mudji Sutrisno.
Menurut Romo Mudji, santet sudah dikenal sejak zaman animisme dan dinamisme. Fenomena itu ternyata terus berlanjut meski telah lahir agama Nasrani dan Islam. Kebetulan, lahan tumbuh santet selalu ada: jiwa manusia yang "bercelah" karena tekanan hidup. "Celah ini gampang dimasuki roh jahat," kata Mudji. Di sisi lain, senantiasa ada pengecut yang lebih suka meminjam tangan setan ketimbang berhadapan langsung.
Pendapat senada muncul dari Mustofa Bisri, pengasuh Pondok Pesantren Raudlatut Thalibin, Rembang, Jawa Tengah. Santet, katanya, adalah bagian dari ilmu sihirmenggunakan bantuan setanyang jelas-jelas dilarang agama. Dalam Islam, dikenal jin yang melaksanakan peribadatan kepada Allah, yang statusnya sama dengan manusia ("Tidak Kuciptakan jin dan manusia kecuali untuk beribadat kepada-Ku"Ad-Dzaariat: 56). Tapi ada jin kafir yang tak mau tunduk kepada Allah dan bisa disewa untuk menyantet manusia.
Meski, seperti diakui Mudji, santet memang bisa membahayakan keselamatan jiwa orang yang diserang, orang bisa dengan mudah menghindarinya. "Bila seseorang 100 persen beriman kepada Allah, dia dijamin tidak akan bisa disantet. Kekuatan jahat tidak akan bisa masuk ke dalam dirinya. Keimanan itu seperti nyala lilin, sedangkan roh jahat itu adalah kegelapan. Bila banyak lilin dinyalakan dalam gelap, yang akan timbul adalah cahaya terang, cahaya Allah," katanya.
Keyakinan yang sama dikatakan Gus Mus. "Orang Islam punya cara yang mudah tapi sangat ampuh untuk menangkal santet. Salat lima waktubila dikerjakan secara benardapat menghindarkan seseorang dari ancaman santet. Selain itu, kalau kita mau tidur, dianjurkan membaca ayat Kursi (QS Al-Baqarah: 255). Allahu laailahailla huwwal hayyu qayyum ," kata Gus Mus.
Bila Anda ingin cara yang lebih "masuk akal", boleh juga mencoba teknik ilmiah Ryzca Natasuwarna. Bagi lulusan Teknik Mesin Institut Teknologi Bandung ini, santet adalah energi negatif yang bersumber dari kebencian dan niat jahat. Untuk menangkal energi santet, ia membuat mesin antisantet pertama di dunia yang ia beri nama Frekuensi Generator Energi Prima. Sejak diciptakan, 1995, mesin seharga Rp 20 juta ini laku rata-rata enam unit per tahun. Konsumennya dukun, perusahaan, atau perorangan.
Mardiyah Chamim, Andari Karina, Setiyardi
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
- Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
- Akses penuh seluruh artikel Tempo+
- Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
- Fitur baca cepat di edisi Mingguan
- Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo