Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
TEMPO.CO, Jakarta - Forum Agama G20 atau Forum R20 Bali berlanjut diadakan di Yogyakarta dan Jawa Tengah pada Jumat hingga Ahad, 4-6 November 2022. Peserta kegiatan ini mengunjungi sejumlah tempat peribadatan dan pusat studi keislaman, yaitu Candi Kimpulan di area kampus Universitas Islam Indonesia (UII), Candi Prambanan, Vihara Mendut, Candi Borobudur, dan Pondok Pesantren Sunan Pandanaran didatangi.
Ketua Umum Pengurus Besar Nahdlatul Ulama (PBNU), KH Yahya Cholil Staquf, mengungkapkan kehidupan yang rukun dan tenteram merupakan kewajiban yang harus dilakukan, dirawat, dan ditunjukkan oleh seluruh elemen bangsa dengan latar belakang apapun, baik dari sisi etnis, budaya, suku, maupun agamanya.
“Kita dalam posisi dan kapasitas, untuk membela negara kita sebagai bangsa Pancasila, hidup rukun di antara berbagai golongan dan umat beragama dalam satu kesatuan bangsa Republik Indonesia,” katanya, saat memberikan sambutan pada Malam Perpisahan di Pondok Pesantren Sunan Pandanaran, Yogyakarta, Ahad, 6 Novermber 2022.
Menurutnya, warga NU dan Indonesia tidak hanya menerima perbedaan, tetapi juga sudah menganggapnya sebagai persaudaraan manusia. Hal ini untuk memberikan gambaran tentang bangsa Indonesia hidup bersama untuk kemanusiaan dan peradaban manusia yang lebih baik. Gus Yahya sadar bahwa akan lebih banyak pekerjaan yang harus dilakukan ke depan.
Baca: Jokowi di Forum R20 Bali, Agama Bisa Hentikan Perang
Islam Indonesia menginspirasi
Sementara itu, Prof Greg Barton dari Universitas Deakin Australia menyampaikan bahwa indahnya agama dan keharmonisan yang dijalinnya. Islam yang ada di Pulau Jawa dan NU sebagai motornya memberikan inspirasi bagi tokoh-tokoh agama dunia yang hadir pada Forum R20.
Mengutip KH Abdurrahman Wahid (Gus Dur), Barton menyampaikan bahwa Tuhan tidak usah dibela karena dia sudah maha segalanya. Membela Tuhan dilakukan dengan membela orang yang diperlakukan tidak adil. Menurutnya, Forum R20 bisa menjadi titik tolak untuk mencapai tujuan manusia global lebih harmonis dan rukun menjalani kehidupan bersama. “Indonesia maju ke depan dan sangat penting peran dan sumbangan agama lebih banyak dipahami,” katanya.
Kesan yang mendalam juga dirasakan Zainab Zuwaij dari Kongres Islam Amerika. Ia sangat bahagia untuk dapat hadir kedua kalinya di pesantren yang didirikan oleh KH Mufid Mas’ud ini. Ia menyampaikan, bahwa para tokoh yang hadir pada Forum R20 itu datang dari negara, akidah, hingga agama yang berbeda. Namun, ada titik temu yaitu kemanusiaan dan etika luhur.
Akhlak atau etika, menurutnya, merupakan dasar yang menjadi fondasi kehidupan. Adapun pokok dari akhlak adalah saling memahami, cinta, kasih, toleransi, saling memaafkan, serta menghormati mereka, baik dari akidahnya ataupun agamanya. Ia mengaku sangat senang dapat hadir di Forum R20 dan Pondok Pesantren Pandanaran. “Sangat senang. Insyaallah saya akan bertemu lagi dalam waktu dekat,” katanya.
Pada malam itu, tampil berbicara juga Syekh Kabir Helminski, pendiri The International Tresholds Society. Mengawali pidatonya, ia dengan penuh keyakinan mengatakan, "Kamu sekalian (para santri) adalah harapan." Kontan sorak sorai tepuk tangan membahana.
Ia datang ke Indonesia beberapa kali. Ia mengaku suka sekali dengan orang-orang Indonesia. Kecintaannya semakin bertambah dan bertumbuh setelah datang di Pondok Pesantren Sunan Pandanaran dan mengikuti Forum R20.
“Saya punya teman luar biasa di sini seperti Pak Yahya dan Holland Taylor. Mereka menjadi inspirasi dalam hidup saya,” katanya.
Mengutip Rumi, ia menegaskan Muslim harus kreatif dan merdeka. Ia menjelaskan, merdeka yang dimaksud adalah bebas dari segala hal negatif dan kebencian. “Dan di sini adalah contoh yang sangat indah,” ujar pria asal Amerika Serikat itu. “Dan sekarang saya terinspirasi dari apa yang saya lihat dan cinta,” lanjutnya.
Di Pondok Pesantren Sunan Pandanaran, semua pembicara tampak gembira. Mereka disambut dengan penuh gegap gempita oleh para santri. Beberapa santri di awal langsung mendekat dan mengajak berbincang tetamu itu dengan bahasa Inggris yang fasih. Marching Band, Tari Saman, hingga lagu-lagu dan koreografi yang ditampilkan mampu memainkan emosi para pemimpin agama itu menjadi tenang, sendu, dan gembira.
NAOMY A. NUGRAHENI
Baca juga: Forum R20 Bali Bahas Persekusi oleh Pemeluk Agama Mayoritas
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Ikuti berita terkini dari Tempo di Google News, klik di sini.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini