Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Politik

Gara-gara hasan tiro

Kerjasama abri dan penduduk aceh dalam menumpas gpk membuat keamanan di aceh membaik. bahktiar ismail dan ahmad saidi divonis pengadilan negeri langsa masing-masing 20 tahun penjara.

25 Mei 1991 | 00.00 WIB

Image of Tempo
Perbesar

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Semangat anti-GPK marak. Hasan Tiro mau digantung. REUTERS pekan silam memberitakan lagi soal penembakan di Aceh atas pengikut gerakan yang oleh Pemerintah disebut Gerombolan Pengacau Keamanan (GPK). Bahkan, ada eksekusi di depan umum. Setidaknya, menurut laporan kantor berita Inggris itu, ditemukan lima mayat di Kota Sigli, Pidie. Letnan Kolonel Achmad Soedjai membantah. Kepala Penerangan Kodam I/Bukit Barisan itu justru menunjuk 13 gembong GPK yang awal Mei lalu divonis di peradilan terbuka. Juga Brigjen. Nurhadi, Kepala Pusat Penerangan ABRI, menegaskan, "Yang ada proses peradilan resmi." Semula berita itu membuat bingung Bupati Pidie Diah Ibrahim karena ditemui wartawati Reuters Elizabeth Pisani. "Tapi bukan seperti diberitakan itu saya katakan," katanya. Setahu Diah, tak ada eksekusi di depan umum. Anggota GPK yang diadili selalu didampingi penasihat hukum. Contohnya Bakhtiar Ismail, 31 tahun, dan Ahmad Saidi, 60 tahun, yang disertai Pengacara Arnis, S.H. Mereka divonis 14 Mei lalu di Pengadilan Negeri Langsa, masing-masing 20 tahun penjara. Pada 20 Mei tahun lalu, Bakhtiar dan rekannya membunuh Sersan Dua Faisal dan Kopral Satu Molem. Ini sama dengan vonis terhadap sepuluh tokoh GPK di Banda Aceh dan Jantho, Aceh Besar. Hasbi Abdullah kena 14 tahun penjara. Bekas dosen FE Unsyiah ini, dan sembilan temannya, disebut tokoh intelektual Gerakan Aceh Merdeka. Menurut Pangdam Mayjen. H.R. Pramono kepada TEMPO, keamanan di Aceh membaik. Bersama ABRI kini penduduk menumpas GPK. Di Pidie, kata Bupati Diah, 420 ribu penduduk siap. Di Samalanga, Aceh Utara, muncul poster mengutuk GPK. Ketika 7 Mei lalu bertatap muka dengan Danrem Lilawangsa, Kolonel Syarwan Hamid, 15 ribu penduduk bertekad menggantung Hasan Tiro, yang menyebut dirinya "presiden" Aceh Merdeka. Aksi senada, 15 Mei lalu, juga menghampiri Menteri Koperasi Bustanil Arifin dan Gubernur Aceh Ibrahim Hasan saat meresmikan jembatan Arakundo (panjang 210, lebar 10 meter, dan biayanya Rp 6 milyar) di Aceh Timur. Di antara sekitar 5.000 orang yang menghadiri peresmian itu, ada yang mengibarkan poster: " Gara-gara Hasan Tiro karu nanggrou anco bangsa" (Gara-gara Hasan Tiro negeri rusuh, bangsa hancur).

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
Image of Tempo
Berlangganan Tempo+ untuk membaca cerita lengkapnyaSudah Berlangganan? Masuk di sini
  • Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
  • Akses penuh seluruh artikel Tempo+
  • Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
  • Fitur baca cepat di edisi Mingguan
  • Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo
Lihat Benefit Lainnya

Image of Tempo

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
>
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus