Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Pendidikan

Gus Yaqut Sebut Ada Kelompok yang Menggiring Agama Jadi Norma Konflik

"Bahasa ekstremnya, siapapun yang berbeda keyakinan, maka dianggap musuh dan karenanya harus diperangi. itu populisme Islam," ujar Gus Yaqut.

28 Desember 2020 | 06.32 WIB

Image of Tempo
Perbesar
Menteri Agama Yaqut Cholil Qoumas. ANTARA/HO Kementerian Agama

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

TEMPO.CO, Jakarta - Menteri Agama Yaqut Cholil Qoumas atau Gus Yaqut mengatakan belakangan ada yang berusaha menggiring agama menjadi norma konflik.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

"Bahasa ekstremnya, siapapun yang berbeda keyakinan, maka dia dianggap musuh dan karenanya harus diperangi. Istilah kerennya itu populisme Islam," ujar Yaqut dalam sebuah acara webinar lintas agama, Ahad, 27 Desember 2020.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Sebagai Ketua GP Ansor sebelumnya, kata Yaqut, ia berkali-kali selalu mengatakan bahwa tidak ada Indonesia jika tidak ada Islam, Kristen, Katolik, Budha, Hindu, Konghucu dan agama lokal lain.

Bangsa Indonesia, kata dia, berdiri sebagai kesepakatan antar kultur, antarbudaya dan antaragama. "Jadi, barangsiapa ingin menghilangkan satu sama lain atas dasar agama, maka artinya mereka tidak mengakui Indonesia, mereka tidak memiliki rasa ke-Indonesiaan," tuturnya.

Yaqut mengatakan tak ingin populisme Islam ini berkembang luas. Untuk itu, kata Yaqut, dalam pidato pertamanya sebagai Menteri Agama, ia mengajak seluruh rakyat Indonesia menjadikan agama sebagai sumber inspirasi dan bukan aspirasi. "Karena aspirasi agama ini, kalau salah-salah orang bisa berbahaya," ujar Yaqut.

Image of Tempo

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus