Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Politik

Harta Melimpah di Kolong Jembatan

Kekayaan Megawati Soekarnoputri dan Jusuf Kalla melimpah ruah. Jualan minyak dan bisnis taman hiburan.

8 Juni 2009 | 00.00 WIB

Image of Tempo
Perbesar

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

TAK seperti di tempat lain, jembatan layang di kawasan Lapangan Ros, Tebet, Jakarta Selatan, bukan tempat berlindung bagi pemulung dan gelandangan. Di bawah jembatan itu, Rabu pekan lalu, berjejer setidaknya 12 mobil mengkilap. Disusun dalam dua baris, di saf depan terlihat Toyota Fortuner hitam, sebuah mobil sport, dan Mitsubishi Kuda warna senada, serta Toyota Kijang Innova hijau muda. Di belakangnya terdapat dua sedan terbungkus penutup keperakan serta sebuah Toyota Alphard.

"Garasi" beratap beton itu dibatasi sisi jalan layang yang menanjak di sebelah kiri dan warung makan di sebelah kanan. Sisi belakang ditutup jeruji besi berlapis plastik tebal. Bentangan pagar berkarat setinggi satu meter memisahkan "garasi" itu dengan stasiun pengisian bahan bakar umum yang terletak tepat di depannya. Stasiun yang buka 24 jam itu milik Megawati Soekarnoputri, calon presiden dari Partai Demokrasi Indonesia Perjuangan.

Tak seperti istrinya, Taufiq Kiemas, suami Mega, kerap datang ke sini. Saat ditanya siapa pemilik mobil-mobil itu, Kiagus Hasan, pengawas stasiun pengisian yang 15 tahun mengabdi di sana, berujar ringan, "Itu punya Pak Taufiq." Kepada Komisi Pemberantasan Korupsi, Megawati melaporkan memiliki 23 mobil dan 10 motor senilai 4,9 miliar.

l l l

KOMISI Pemberantasan Korupsi pada Mei lalu menyambangi kediaman Megawati untuk memeriksa kekayaan terakhir calon presiden itu. Klarifikasi ini adalah bagian dari persyaratan yang harus dipenuhi Megawati sebagai kandidat presiden. Kepada Direktur Laporan Kekayaan Harta Kekayaan Pejabat Negara Muhammad Sigit, Megawati melaporkan kekayaannya menggendut menjadi sekitar Rp 180 miliar.

Menurut Gayus Lumbuun, yang mendampingi Megawati saat verifikasi, jumlah pundi-pundi Ketua Umum Partai Demokrasi Indonesia Perjuangan ini berlipat 265 persen sejak akhir masa pemerintahannya pada 2004. Saat itu hartanya tercatat "cuma" Rp 68 miliar. Kepada Sigit, Megawati sempat "menggugat" pemeriksaan itu. "Bukankah ini hak privat?" Sigit menjawab, "Ini sesuai dengan aturan perundangan."

Menurut Undang-Undang Nomor 42 Tahun 2008, setiap calon presiden dan calon wakil presiden wajib melaporkan kekayaannya ke Komisi Pemberantasan Korupsi. Data itu lalu dicek ulang. Verifikasi terhadap harta Mega, menurut Wakil Ketua Komisi Pemberantasan Korupsi Muhammad Yasin, menunjukkan fulus Megawati Rp 256,5 miliar, lebih tinggi daripada yang dilaporkan.

Kepada pers seusai pemeriksaan, Sigit mengaku kesulitan menghitung kekayaan Megawati, terutama yang berbentuk stasiun pengisian bahan bakar. Gayus mengatakan aset Megawati di 18 stasiun pengisian bahan bakar itu bisa ditelusuri dari kepemilikan sahamnya di perusahaan. "Tapi saya tidak ingat detailnya," kata Gayus kepada Tempo. Melonjaknya kekayaan Megawati itu, menurut Gayus, adalah akibat naiknya nilai jual obyek pajak dari tiga rumah Megawati.

Menurut Heriyanto, koordinator stasiun pengisian bahan bakar milik Megawati, bosnya memiliki tambahan lima pom bensin setelah berhenti jadi presiden pada 2004. Lima pom tambahan itu terletak di Jatinegara, Matraman, Galur Senen, Cengkareng, dan Jalan Casablanca.

Lima pom bensin itu, plus lima lainnya yang telah dibangun sebelumnya, dimiliki oleh PT Magendra Shatra Pratama, yang dipimpin Mohammad Rizki Pratama, putra Megawati. Satu stasiun di dekat lapangan golf Rawamangun, Jakarta Timur, dimiliki putri Mega, Puan Maharani, di bawah bendera PT Brahma Dirgajaya Asri.

Stasiun Lapangan Ros adalah yang tertua-dibangun pada 1981. Berada di jalur hijau, pom itu segera rata tanah. "Akan kami bongkar," kata Kepala Dinas Pertamanan dan Pemakaman DKI Jakarta Ery Basworo. Surat keputusan Gubernur DKI Jakarta Fauzi Bowo tentang pembongkaran itu sudah dikeluarkan bulan lalu.

Tiga stasiun pengisian terbesar terletak di Lapangan Ros, Pluit, dan Rawamangun. Menurut Kiagus, jika rata-rata satu pom bensin menjual 25 ton premium per hari, dengan untung Rp 200 per liter, total laba semua stasiun bisa mencapai Rp 90 juta per hari. Dalam setahun laba terkumpul sekitar Rp 32,4 miliar.

l l l

SEMENTARA peruntungan Megawati dari jualan minyak, Jusuf Kalla, 67 tahun, justru anjlok di bisnis itu. Ketika membuka stasiun pengisian bahan bakar di Makassar pada dekade 1990, ia malah buntung. "Ya, terus ditutup," kata Ahmad Kalla, adik Jusuf Kalla, kepada Tempo Kamis pekan lalu.

Peruntungan Kalla meluber dari bisnis lain yang dikendalikannya sejak 1982. Menurut Achmad, sumber pendapatan Daeng Ucu, begitu sapaan Jusuf di keluarganya, berasal dari PT Hadji Kalla, perusahaan keluarga yang berdiri sejak dekade 1950. Perusahaan ini menaungi sedikitnya 24 perusahaan.

Tahun lalu, induk perusahaan meraup pendapatan sekitar Rp 4 triliun. Kontribusi pendapatan terbesar berasal dari PT Bukaka Teknik Utama dan induk perusahaan-distributor mobil Toyota. "Daeng Ucu punya saham 50 persen di induk perusahaan," kata Achmad.

Selain menjadi dealer mobil Toyota, PT Hadji Kalla, yang berkantor pusat di Makassar, juga menjadi penyalur mobil asal Korea, KIA, lewat anak perusahaan PT Makassar Raya Motor. Perusahaan induk juga merambah bisnis infrastruktur jalan, pengairan, serta perumahan lewat PT Bumi Karsa. Untuk jasa transportasi laut, Jusuf mendirikan PT Kalla Lines.

Sewaktu Komisi Pemberantasan Korupsi mengecek kekayaan Kalla bulan lalu, kekayaan Jusuf bertambah Rp 50 miliar. Dua tahun lalu, hartanya tercatat Rp 253,9 miliar, dan kini menjadi Rp 303,9 miliar. Itu belum termasuk valuta asing sekitar US$ 14.928. "Mayoritas pertambahan kekayaan dari saham," kata Direktur Gratifikasi KPK Lambor Hutahuruk. Saat klarifikasi berlangsung, Kalla diwakili adik lelaki dan putra: Suhaelly Kalla dan Solichin Jusuf Kalla.

Menurut Achmad Kalla, kini Direktur Utama PT Bukaka Teknik Utama, kakaknya tidak memutar uangnya di bursa saham. Peningkatan harta Jusuf terutama berasal dari bagian pendapatan di perusahaan keluarga. Selain saham, Jusuf Kalla juga memiliki dua rumah di kawasan Dharmawangsa, Jakarta Selatan; dan di Jalan Lembang, Jakarta Pusat. Ada juga rumah di Makassar plus 40 bidang tanah.

Menurut Fatimah Kalla, Direktur Utama PT Hadji Kalla lima tahun terakhir, sang kakak menunjuk adik-adiknya menjadi direktur utama di sejumlah anak perusahaan. Halim ditunjuk memimpin PT Makassar Raya Motor dan PT Intim Utama Mobil. Suhaelly memimpin PT Sahid Makassar Perkasa. Dua anak Jusuf juga kebagian tugas: Solichin memimpin PT Bukaka Lintastama dan Imelda memimpin PT Makassar Mina Usaha.

Mesin uang lain yang tengah disiapkan mencetak rupiah adalah PT Trans Kalla-perusahaan patungan Hadji Kalla dengan Para Group milik Chairul Tanjung. Perusahaan itu rencananya akan mengembangkan kawasan hiburan terintegrasi di atas lahan 14 hektare di Kota Makassar. Kawasan hiburan ini ditargetkan menjadi tempat hiburan terbesar di Indonesia. "Semacam Disneyland," kata Fatimah.

Budi Riza, Iqbal Muhtarom (Jakarta), Irmawati (Makassar)

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
Image of Tempo
Berlangganan Tempo+ untuk membaca cerita lengkapnyaSudah Berlangganan? Masuk di sini
  • Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
  • Akses penuh seluruh artikel Tempo+
  • Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
  • Fitur baca cepat di edisi Mingguan
  • Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo
Lihat Benefit Lainnya

Image of Tempo

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
>
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus