BAGI penduduk desa Soroako, Kecamatan Nuha, Sulawesi Selatan,
memasak batu bukanlah hal yang mustahil. Tempo dulu penduduk
asli Soroako memiliki kepandaian membuat besi dengan jalan
memasak batu. Tetapi seperti kata Camat Nuha, P. Thengkano,
kepandaian itu tak dapat diwariskan kepada penduduk Soroako
sekarang karena adanya larangan dari pemerintah Belanda.
Kemungkinan orang-orang Belanda waktu itu sudah menduga kalau
batu dan tanah di daerah tersebut mengandung banyak biiih-bijih
nikel.
Hal ini sesuai pula dengan keterangan ir. Rumengan Musu, Mine
Superintendant PT Inco, bahwa mula diketahuinya daerah sekitar
Danau Matana itu kaya dengan bijih-bijih nikkel adalah berdasar
laporan'orang-orang Belanda juga. Bahkan di zaman Belanda pernah
diadakan penyelidikan di tiga buah gunung yang banyak mengandung
nikkel. Tersebutlah gunung Pangesa, Gunung Sampe dan Gunung
Butoh. Pangesa dan Sampe adalah nama Foreman yang memimpin
pehyelidikan ke gunung tersebut. Sedang Butoh, berasal dari nama
Buton, karena di gunung itu banyak orang yang berasal dari Pulau
Buton. Tetapi karena cara penyebutan orang-orang Belanda maka
Buton disebutnya Butoh. Sampai sekarang bernamalah gunung yang
kaya dengan nikkel itu dengan nama "Gunung Butoh".
Desa Percontohan
Kecamatan Nuha, di mana PT Inco melakukan penambangan nikkel,
berpenduduk 15.000 jiwa. Setelah adanya PT Inco, penduduk di
kecamatan itu hertambah 7500 orang. Penambahan penduduk itu
termasuk warga negara asing 1100 orang. Menurut C.J. Dagg,
Manager Administration PT Inco, tenaga asing yang bekerja di
sini terdiri dari 22 bangsa, di antaranya bangsa Klada,
Australia, Amerika, India, Korea. Tenaga-tenaga asing itu ada
yang bekerja langsung pada PT Inco ada juga yang bekerja pada
kontraktor Bechtel dan Dravo.
Bukan saja pertambahan penduduk, desa yang dulunya hanya ramai
oleh bunyi-bunyi burung dan binatang hutan, kini sepanjang hari
menderu berbagai jenis truk. Di waktu malam bunyi PLTU yang
membuat desa itu tidak sunyi lagi. Apabila Proyek Pembangkit
Listrik Tenaga Air di sungai Larona selesai, akan menghasilkan
lagi tenaga listrik sebesar 165 mega watt. Sebanyak 5 megawatt
di antaranya akan diserahkan PT Inco kepada PLN guna disalurkan
ke masyarakat.
Selain itu, sesuai pengakuan Camat Nuha, dengan adanya PT Inco
beroperasi di daerahnya, boleh dikata taraf hidup ikut
meningkat. Hampir seluruh penduduk di kecamatan ini kini sudah
menjadi pekerja. Dulunya hanya mencari nafkah dari hasil hutan,
karena tanah di daerah tersebut termasuk kurang subur. Lagi pula
pendatang-pendatang baru makin bertambah mengunjungi
kecamatannya. Sehingga diramalkan 5 tahun mendatang daerah itu
akan menjadi daerah yang padat penduduknya.
Untuk menghindari kepadatan penduduk, PT Inco bekerja sama
dengan pemerintah daerah akan membangun dua buah desa
percontohan yang sama sekali baru. Di kedua desa itu, yaitu desa
Wasapunda dan desa Wawondula PT Inco akan membangun rumah-rumah
seharga Rp 350.000 per buah untuk dibeli oleh karyawannya dengan
cicilan. Selain itu juga dipersiapkan sarana-sarana lainnya,
seperti jalan-jalan, sekolah,rumah sakit, balai desa, gedung
bioskop, pengangkutan dan lain-lain.
Salah satu hal yang menguntungkan masyarakat sekarang ialah
tidak adanya lagi kerja bakti membuat jalan. Sebelumnya jalan
Soroako dan Malili paljangnya 90 Km, sekarang dengan jalan baru
yang dibuat PT Inco sudah menjadi lebih pendek, 60 Km. Lalu
lintas pun menjadi ramai dibuatnya. Penyakit menular boleh
dikata sudah lenyap. PT Inco telah mendirikan rumah sakit yang
tiap harinya mengobati 500 pasien dengan cuma-cuma. Selain untuk
karyawan, rumah sakit dengan 3 orang tenaga dokter itu, juga
memberi pengobatan kepada masyarakat umum.
Soroako dulu memang desa yang sunyi dari keramaian kota. Tapi
kini, merupakan desa yang baru telah dibangun oleh PT Inco
lengkap dengan fasilitas transport, listrik, air minum dan
lain-lain. Bulan Agustus tahun ini siaran televisi dari segala
penjuru sudah dapat ditangkap dengan menggunakan pemancar
satelit. Selain itu Soroako adalah tempat yang sejuk dengan
pemandangan alam yang indah karena terletak di pinggir danau
Matana yang jernih. Ketinggiannya kl. 300 meter dari muka laut.
Mungkin itulah sebabnya kebanyakan orang asing yang ditanya
mengatakan "Senang sekali tinggal di sini".
Penambangan
Daerah operasi penambangan nikkel PT Inco seluas 6,6 juta Ha.
Terletak di sekitar 3 danau: Towuti, Matana, dan Mahalona.
Tanahnya bergunung-gunung dan ditumbuhi hutan lebat. Tanah yang
mengandung biji-biji nikkel terdapat di lapisan ketiga. Lapisan
pertama sedalam 6 meter harus disingkirkan. Juga ada lapisan
tanah bernama Limonite yang harus disingkirkan tapi tidak
dibuangmelainkan ditampung di suatu tempat untuk diolah pada
pase berikutnya. Tanhn-tanah yang mengandung nikkel sedalam 8
meter. Tanah inilah yang dikeruk kemudian diangkut ke tempat
yang bernama Up Grading 1. Di situ tanah yang berwarna
kecoklat-coklatan itu dipisah. Butiran di atas 20 inci
disingkirkan dan di bawah 20 inci diangkut lagi untuk disaring
di tempat up grading II. Di tempat ini disaring lagi untuk
mendapatkan butiran-butiran di bawah ukuran 6 inci Di atas 6
inci disingkirkan. Butiran tanah yang di bawah 6 inci diangkut
ke plant site untuk diproses. Di tempat itu dihilangkan unsur
sulfur besi dan lain-lain. Akhirnya dihasilkan bijih-bijih
nikkel yang berkadar 7'. Dan melalui pelabuhan Malili, di
teluk Bone, bijih nikkel itu diekspor ke luar negeri untuk
dijual.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini