Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
APEL pagi di Pusat Pendidikan Direktorat Polisi Air Kepolisian Daerah Metro Jakarta Raya di Pondok Dayung, Tanjung Priok, Rabu pekan lalu, usai pada pukul 10.15. Sebanyak 149 polisi bergegas ke barak masing-masing untuk berkemas. Itu hari terakhir setelah sebulan mereka mendapat pelatihan perawatan dan elektronik kapal plus cara menghadapi situasi darurat di laut.
Kepala Pusat Pendidikan Komisaris Besar I Wayan Sunarta, yang memimpin upacara itu, berada di kamarnya ketika mendengar dentuman amat keras. Ia menengok jam, pukul 10.25. Belum sempat ia memastikan asal ledakan, dentuman besar kembali terdengar.
Ledakan kedua bahkan diikuti bunyi longsor di atas kepala Wayan. Besi, bebatuan, dan kayu menerobos plafon, berjatuhan ke arah dia. Wayan lari tanpa tahu apa yang sedang terjadi. Di luar, polisi berhamburan menyelamatkan diri. Menghindari gedung yang roboh, mereka berlari menuju jembatan penyeberangan, sekitar 200 meter dari barak. "Kalau tak lari, habislah kami," Wayan menceritakan peristiwa itu kepada Tempo, Kamis pekan lalu.
Di jembatan itu, barulah Wayan paham apa yang terjadi. Gudang mesiu milik Pasukan Katak TNI Angkatan Laut, yang hanya terpisah tembok dengan barak pendidikan polisi air, membubungkan asap hitam. Ledakan itu menghancurkan 16 bangunan di Pusat Pendidikan Polisi Air. Atap semua bangunan itu hancur. Temboknya ambrol.
Menurut Wayan, tak ada anak buahnya yang terluka berat. Semuanya selamat. Hanya beberapa siswa lecet karena terpontal-pantil saat menyelamatkan diri. Ada pula yang terempas akibat hebatnya ledakan. Wayan menggambarkan efek ledakan gudang mesiu itu membuat bumi berguncang seperti digoyang gempa.
Guncangan itu membuyarkan pula kerja empat montir yang sedang memperbaiki kapal Mediterania di pantai-sekitar 100 meter dari gudang mesiu. "Kami semua tiarap begitu mendengar ledakan," kata Hasanuddin, kapten kapal. Tiga anak buahnya terluka oleh pecahan besi dan hujan proyektil.
Dari atas kapal, Hasanuddin melihat dengan jelas apa yang terjadi di gudang mesiu. Begitu ledakan pertama terdengar, semua anggota Pasukan Katak yang berada di sana lari kocar-kacir. Ada yang bersembunyi di balik pohon, ada yang terus berlari tanpa menoleh ke belakang. Pada ledakan kedua, Hasanuddin terbelalak karena dentuman diikuti hamburan pelbagai benda yang melesat ke arah mereka-termasuk tubuh manusia.
Seorang tentara yang terlempar akibat embusan angin tak bisa melihat sekeliling. Matanya gelap karena asap begitu pekat. Ia merangkak menjauhi gudang. Tentara yang menolak dicantumkan identitasnya ini sedang menyapu lantai ketika gudang peluru di belakangnya meletus. "Saya tak menduga gudang bakal meledak," ujarnya.
Tiga jam setelah kejadian, Kepala Staf TNI Angkatan Laut Laksamana Marsetio mengatakan penyebab ledakan adalah hubungan arus pendek listrik di gudang yang memercikkan api. Api membesar tanpa bisa dipadamkan perwira jaga. "Karena panas itu, mesiu meledak," katanya.
Titanium nitrat-bahan baku bom-serta mesiu senjata laras panjang dan pendek merupakan sumber ledakan. Marsetio tak merinci jumlah peluru dan mesiu yang tersimpan di gudang tersebut, yang dibangun sejak zaman Belanda. Satu orang meninggal dan 87 orang terluka akibat ledakan itu. Mereka dirawat di Rumah Sakit Koja dan Rumah Sakit TNI Angkatan Laut Mintohardjo. "Sersan Satu Imam Syafei, yang meninggal, dinaikkan pangkatnya menjadi sersan kepala," ujar Marsetio.
Meski tak ada korban sipil, sang Laksamana mengakui gudang peluru itu sudah tak layak untuk menyimpan mesiu. Selain berimpitan dengan dua dermaga bongkar-muat batu bara dan pasir, bangunannya sudah terlalu tua. Jaringan kabelnya mungkin bermasalah. Dermaga dan gudang hanya terpisah selat selebar 50 meter. "Memang sudah terlalu padat," Marsetio menegaskan.
Ada yang berbeda antara keterangan versi resmi TNI Angkatan Laut dan para saksi mata yang diwawancarai Tempo. Menurut Kepala Dinas Penerangan Angkatan Laut Laksamana Pertama Untung Suropati, ledakan pertama terjadi pada pukul 09.25. "Asap pekat mengepul pukul 09.15," katanya.
Petugas jaga yang melihat asap itu berusaha mematikan api dengan semprotan tabung pemadam. Menurut Untung, api membesar dengan cepat. Kurang dari satu menit setelah setrum itu tepercik, ledakan pertama terjadi. Dari keterangan pasukan jaga, kata Untung, tak ada yang curiga terhadap susunan kabel yang bisa menimbulkan salah arus. Sejam sebelum terjadi ledakan, petugas jaga memeriksa gudang dan membersihkannya.
Baik Wayan Sunarta maupun Hasanuddin ketika ditanya ulang tentang persisnya ledakan pertama memastikan bahwa gudang meletus pukul 10 lewat. Upacara berakhirnya pelatihan polisi air yang dia pimpin dimulai pukul 9 dan berlangsung satu jam. Hasanuddin ingat ia mulai mengerjakan perbaikan kapal Mediterania sekitar waktu itu.
Penyelidikan TNI Angkatan Laut masih berlangsung sampai berita ini diturunkan. Markas tentara belum bisa merilis jumlah kerugian dan amunisi yang meledak di gudang pasukan khas katak marinir ini. Untung Suropati memastikan radius ledakan hanya 200 meter, berbeda dengan ledakan gudang amunisi Cilandak, Jakarta Selatan. Terjadi pada 29 Oktober 1984, ledakan tersebut sampai-sampai menerbangkan senjata laras panjang. Getarannya terasa hingga jarak 20 kilometer.
Gudang peluru Cilandak milik marinir itu jauh lebih besar ketimbang gudang mesiu milik Komando Pasukan Katak. Isinya senjata berat berupa roket, mortir, dan dinamit. Butuh tiga hari petugas pemadam kebakaran memadamkan kobaran api. Sebanyak 17 orang meninggal dan 224 terluka akibat terempas ledakan ataupun terkena lontaran logam dalam tragedi tersebut.
Kegiatan di Pondok Dayung dihentikan sejak ledakan pada pekan lalu. Polisi dan TNI belum menghitung kerugian serta biaya renovasi bangunan yang ambruk. Padahal, kata Wayan Sunarta, bulan depan Pusat Pendidikan Polisi Air itu akan menerima siswa baru untuk pelatihan lagi.
Bagja Hidayat, Istman Musaharun, Khairul Anam
Gudang Mesiu di Jakarta
Selain di Pondok Duyung, Tentara Nasional Indonesia memiliki beberapa gudang amunisi serta senjata berat dan ringan di Jakarta. Beberapa malah berada di lokasi permukiman yang kian padat. Dewan Perwakilan Rakyat akan mengevaluasi keberadaan gudang-gudang senjata dan mesiu serta memindahkannya ke luar permukiman.
Guntur, Jakarta Selatan
TNI Angkatan Darat
Cilandak
TNI Angkatan Laut
Gunung Sahari
TNI Angkatan Laut
Cijantung
TNI Angkatan Darat
Halim Perdanakusuma
TNI Angkatan Udara
Kelapa Dua
Brigade Mobil Polisi
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
- Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
- Akses penuh seluruh artikel Tempo+
- Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
- Fitur baca cepat di edisi Mingguan
- Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo